May 29, 2008

FORMA-UNIB: APA PENDAPAT ANDA TENTANG BLT?

PENGIRIM: DIAN NOVITASARI (KOMUNIKASI-UNIB)
Pemberian BLT kepada masyarakat miskin, sebenarnya merupakan ide yang cukup baik yang dicanangkan guna membantu masyarakat miskin. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa ternyata dan BLT ini belum sepenuhnya tepat sasaran,selain karena sebagian dari penerima BLT tersebut adalah orang-orang berada di atas garis kemiskinan, ternyata kebanyakan masyarakat penerima BLT ini tidak memanfaatkan bantuan yang diberikan sebagai mana mestinya. melainkan hanya digunakan untuk berfoya-foya seperti membeli perabotan rumah tangga, pakaian dll padahal tujuan utama dari pemberian BLT ini adalah untuk menekan angka kemiskinan yang ada di Negara kita seperti yang diungkapkan oleh Andi malarangeng dan menteri sosial, bawasannya apabila masyarakat diberikan dana BLT , masyarakat akan merasa terbantu,akan tetapi dana tersebut juga akan cepat habis, karena tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya seperti membuka usaha rumah tangga sehingga perputaran uang bantuan tersebut bisa dirasakan terus-menerus, tidak untuk dihabiskan dalam sekejap.




May 28, 2008

PEMENANG KI-1

Sepanjang sejarah Indonesia, gerakan kaum muda terpelajar memiliki posisinya yang khas: penting, tetapi tidak selalu menentukan. Sejak masa kolonial, gerakan kaum muda terpelajar mulai tumbuh seiring dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan di jaman politik etis. Meski format dan platform gerakan kaum muda terpelajar ini boleh dibilang cukup lebar: dari gerakan yang berbasis pendidikan (Budi Utomo), berbasis perjuangan politik (Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia), berbasis penguatan ekonomi rakyat (Sarekat Islam), berbasis kaum buruh (ISDV/PKI), dan berbasis kaum petani (Sarekat Rakyat), tetapi semua gerakan ini pada umumnya memberikan kontribusi dalam memahat bangunan keindonesiaan dan kebangsaan. Salah satu ciri yang paling menonjol dari gerakan kaum muda terpelajar ini adalah bahwa sebagian besar dari pergerakan ini merupakan pergerakan rakyat, berbasis massa rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh partisipasi rakyat yang sedemikian tinggi tak hanya dalam vergadering-vergadering, tetapi juga terlibat aktif dalam pergerakan tersebut.

REORIENTASI ARAH JUANG GERAKAN MAHASISWA (PEMUDA)
(evaluasi gerakan mahasiswa/ pemuda)
OLEH : Dedi Hardiansyah P*
Sepanjang sejarah Indonesia, gerakan kaum muda terpelajar memiliki posisinya yang khas: penting, tetapi tidak selalu menentukan. Sejak masa kolonial, gerakan kaum muda terpelajar mulai tumbuh seiring dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan di jaman politik etis. Meski format dan platform gerakan kaum muda terpelajar ini boleh dibilang cukup lebar: dari gerakan yang berbasis pendidikan (Budi Utomo), berbasis perjuangan politik (Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia), berbasis penguatan ekonomi rakyat (Sarekat Islam), berbasis kaum buruh (ISDV/PKI), dan berbasis kaum petani (Sarekat Rakyat), tetapi semua gerakan ini pada umumnya memberikan kontribusi dalam memahat bangunan keindonesiaan dan kebangsaan. Salah satu ciri yang paling menonjol dari gerakan kaum muda terpelajar ini adalah bahwa sebagian besar dari pergerakan ini merupakan pergerakan rakyat, berbasis massa rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh partisipasi rakyat yang sedemikian tinggi tak hanya dalam vergadering-vergadering, tetapi juga terlibat aktif dalam pergerakan tersebut.
Seiring waktu, gerakan kaum muda terpelajar ini mulai mengambil bentuk klub-klub studi. Algemenee Studie Club adalah salah satu yang paling menonjol. Klub studi ini didirikan oleh Soekarno yang bertujuan untuk mengajukan kajian strategis untuk partai-partai politik yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia, dan mencetak kaum intelektual yang berpihak dan berpijak pada kepentingan rakyatnya. Ketika krisis kolonialisme mulai menjelang, berbagai perkumpulan kaum muda yang mengambil bentuk dan nama yang unik, asrama, mulai tumbuh dan berderap mengusung api kermerdekaan. Tumbuhnya model-model gerakan kaum muda yang berbentuk, asrama, ini dipicu oleh intruksi kolonialisme Jepang yang berwatak fasis. Ketika berkuasa, Jepang melarang berbagai bentuk kegiatan yang berbau politik, serta membubarkan berbagai organisasi kepemudaan, mahasiswa, dan partai politik. Menyiasati hal ini, sekelompok kaum muda tersebut kemudian melakukan perkumpulan dan diskusi di asrama-asrama mahasiswa. Di antara yang paling menonjol dari asrama-asrama ini adalah: Asrama Angkatan Baru Indonesia (Menteng 31), Asrama Fakultas Kedokteran, dan Asrama Indonesia Merdeka. Asrama-asrama ini melakukan proses pendidikan pergerakan yang cukup maju. Dengan pengajar yang terdiri dari aktivis-aktivis dan intelektual pergerakan yang lebih senior seperti Soekarno (politik), Hatta (ekonomi), Sutan Syahrir (sosialisme di Asia), M. Yamin (pendidikan dan kebudayaan), Sanusi Pane (kebudayaan), serta Suwondo (sejarah pergerakan nasional Indonesia), para pemuda yang lahir dari model-model asrama ini kelak merupakan sosok-sosok yang tak hanya mendorong lahirnya kemerdekaan Indonesia, melainkan juga mempengaruhi konstalasi politik dan pergerakan di Indonesi. Beberapa nama yang lahir dari model ?pergerakan asrama? ini adalah: Chaerul Saleh, Wikana, Sukarni, Sidik Kertapati, DN Aidit, Khalid Rasjidi, dll.
Setelah Indonesia merdeka, berbagai gerakan mahasiswa yang berinti-kelompok pada mahasiswa sendiri, serta bercorak identitas atau ideologi, dam berafiliasi pada partai politik tertentu mulai lahir. Di antaranya adalah HMI, GMKI, PMKRI, GMNI, dan CGMI. Pada fase ini, akibat tersubodinasinya berbagai gerkan ini pada ideologi dan partai politik, serta krisis politik yang kian memanas, utamanya pada tahun 1965-1966, terjadi konfrontasi yang keras di antara gerakan mahasiswa, bahkan menuju pada anihilasi. Seiring dengan tampilnya Orde Baru yang menghancurkan elemen-elemen kerakyatan dan Kiri, termasuk di antaranya gerakan mahasiswa. Kehancuran elemen-elemen gerakan mahasiswa yang bercorak progresif dan Kiri ini, dibantu oleh berbagai gerakan mahasiswa lain yang terlibat konfrontasi dengannya, serta berupaya menggulingkan Orde Lama sembari bergandeng tangan dengan militer. Berbagai gerakan mahasiswa inilah yang kelak turut mendirikan sebuah rejim neofasis yang bernama Orde Baru.
Belum genap Orde baru berumur setengah windu, gerakan mahasiswa kembali bergolak dan bergeliat. Menyaksikan korupsi yang merajalela, serta kemiskinan yang kian meruyak, mereka tampil kembali melayangkan perlawanan terahdap rejim. Gerakan mahasiswa pada era ini mulai membesar, dan memiliki jangkauan isu yang luas: dari isu korupsi (1970), boikot pemilu/Golput (1971), kritik terhadap paradigma dan praktek pembangunan yang dijalankan Orde baru yang makin menyisihkan kaum miskin (1973), hingga perlawanan massal terhadap dominannya investasi asing (Malari 1974), serta berujung pada tahun 1978 dimana gerakan mahasiswa mulai mengambil isu yang lebih tegas semisal menuntut mundurnya Soeharto, menata ulang struktur ekonomi-politik, dan menegakkan hukum. Menanggapi aksi dan perlawanan dari gerakan mahasiswa ini, rejim mengeluarkan serangkaian kebijakan represif, militeristik, dan hegemonik. Tak hanya itu, Orde Baru juga menjalankan politik rumah kaca dengan mengeluarkan NKK/BKK, yang menormalisasi dan menyeterilkan perguruan tinggi dari aktivitas pergerakan mahasiswa. Situasi ini membuat lambat laun para mahasiswa menyadari bahwa mereka justru menjadi korban dari monster yang dulu mereka ciptakan sendiri: Orde Baru.
Tetapi, tak ada kekuasaan yang tak niscaya berakhir. Akibat dari watak kekuasaan Orde Baru yang semakin bersifat oligopolis dan fasis, rejim ini mulai mengalami krisis. Serangan pertama kali datang dari gerakan-gerakan buruh yang turut diradikalisasi dan diorganisir oleh berbagai gerakan mahasiswa. Di tahap krisis ini pula, muncul berbagai macam gerakan mahasiswa yang bercorak baru, yang merupakan antitetis dari gerakan mahasiswa yang telah ada dan dimapankan oleh rejim selama masa Orde Baru. Gerakan mahsiswa yang bercorak baru ini tak hanya mengambil mahasiswa sebagai basis dari gerakannya, melainkan juga berupaya merambah sektor-sekto buruh, miskin kota, dan petani. Berbagai gerakan ini seakan membangkitkan kembali gerakan mahasiswa yang bercorak populis dan diobori oleh teori-teori sosial radikal seperti marxisme, dan gerakan sosial baru. Pada Mei 1998, melalui ribuan aksi-massa rakyat dan mahasiswa, sebuah pukulan terakhir dilayangkan ke wajah Orde Baru. Dengan pemogokan massal, dan menduduki gedung DPR/MPR, dengan telak gerakan tersebut membuat Soeharto turun tahta, rejim Orde Baru pun runtuh.
Setelah runtuhnya Orde Baru, kini gerakan mahasiswa berada pada masa transisi yang sulit dan rumit. Ditempa oleh pengalaman melawan totalitarianisme negara Orde Baru, kini gerakan mahasiswa harus berhadapan dengan situasi demokrasi liberal dan terjangan globalisasi neoliberal. Pada fase ini, tak sedikit gerakan mahasiswa mengalami disorientasi, dan terpaku pada isu dan pola gerakan yang lama.
Kini saatnya gerakan mahasiswa untuk menjadi lebih berpihak dan berpijak pada kepentingan rakyat, beralih menuju gerakan sosial, yang tak lagi hanya berintikan dan berorientasikan mahasiswa, melainkan berorentasikan rakyat. Hal ini harus dimulai dengan menyusun kerangka ideologis yang berwatak populis-kerakyatan. Menurut keduanya, marxisme cukup memberikan landasan teoretis dan ideologis yang tegas tentang hal ini. Yang tak kalah pentingnya adalah perlunya untuk menggeser perhatian dari totalitarianisme negara ke imperialisme modal. Intrusi imperialisme modal yang sedemikian kejam itulah yang menjadi dasar bagi gerakan mahasiswa untuk seharusnya bertransformasi menuju pergerakan rakyat. Artinya, menjadikan rakyat sebagai subyek pergerakan. Aspek penting dari transformasi ini, pada sisi lain, adalah untuk merebut kuasa negara yang kini dikangkangi oleh imperialisme modal. Merebut kuasa negara dengan mendirikan pemerintah demokratik-revolusioner yang tak hanya berwatak populis-demokratis, melainkan juga berciri anti-imperialis, serta menyingkirkan tatanan non-demokratis dan oligharkis warisan Orde Baru. Di muara itulah seharusnya gerakan mahasiswa menuju.
*Aktivis BOM (Barisan Oposisi Muda)


MASIH TENTANG BENSIN

celetukan bapak tersebut membuat kita tersadar, betapa masih banyak saudra kita yang bermental bobrok. Mental seperti apa? Mental suka melihat orang susah atau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Coba kita renungkan, BBM naik saja masih banyak yang menimbung untuk mengeruk keuntungan besar. Bagaimana seandainya BBM tidak jadi dinaikkan. Dimanakah hari nurani mereka yang melihat saudara-saudaranya yang berjejer panjang di tengah terik matahari, hanya untuk mendapatkan bensin 2-10 liter?



Seorang bapak, kira2 berumur 30-an tahun nyeletuk “saya setuju BBM (bahan bakar minyak) naik, tetapi harus selalu ready stock atau saya tidak perlu antri untuk membelinya. Loh sekarang ini uangnya ada untuk membeli bensin, tetapi barangnya tidak ada!”
celetukan bapak tersebut membuat kita tersadar, betapa masih banyak saudra kita yang bermental bobrok. Mental seperti apa? Mental suka melihat orang susah atau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Coba kita renungkan, BBM naik saja masih banyak yang menimbung untuk mengeruk keuntungan besar. Bagaimana seandainya BBM tidak jadi dinaikkan. Dimanakah hari nurani mereka yang melihat saudara-saudaranya yang berjejer panjang di tengah terik matahari, hanya untuk mendapatkan bensin 2-10 liter?
Pemandangan seperti mobil yang ditinggal pemiliknya, sudah menjadi tontonan biasa. Pemandangan biasa tesebut dapat kita lihat di kota curup-kabupaten rejang lebong-propinsi bengkulu. Waktu terus berjalan dan berapa banyak waktu yang telah tersia-siakan hanya antri membeli BBM. Jelas hal tersebut tidak produktif bagi bangsa ini.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, saya mempunyai usulan untuk pertamina. Saya mengusulkan agar pertamina (dalam hal ini SPBU) tidak menjual BBM untuk eceran dan menutup semua celah bagi penjualan eceran, apapun alasannya! Usul ini juga harus diimbangi dengan membuat depot atau sub-SPBU dengan modal yang terjangkau untu bisniskan. Namun pertamina tetap meregistrasi dan memperketat izin pendiriannya. Ini perlu dilakukan agar pendirian depot dan sub-SPBU tepat tujuan.
Pertamina juga harus membuat jaringan online antar SPBU. Jar-on ini dibuat untuk mencegah pengisian BBM secara abnormal dengan mengisi tangki mobil angkot dan pribadi secara berulang-ulang. Penggunaan jar-on dapat melacak plat nomor mobil, data digital akan memberikan sinyal code red, dan ini terhubung langsung dengan pihak kepolisian dalam satu jaringan.

Ini semua adalah usulan pribadi. Layak atau tidak usulan ini masih banyak yang perlu diperdebatkan. Untuk itu, kawan-kawan pembaca bisa membuat tanggapan atau tulisan yang lebih bagus untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan BBM serta antisipasinYA

May 23, 2008

TUKANG PARKIR

Siapa yang tidak kenal tukang parkir? Seseorang yang selalu mangkal di pinggir jalan yang penuh dengan kendaraan, kantor, dan toko. Tukan parkir bertugas memandu dan menertibkan kendaran bermotor yang mau berhenti di pinggir jalan agar tidak mengganggu jalan raya yang penuh dengan kendaran bermotor lain yang lalu-lalang. Tulisan ini dibuat untuk mengambil pelajaran dari tingkah laku tukang parkir.

Ada satu hal yang paling saya benci dengan perilaku atau sikap dari tukang parkir yaitu, pelayanan. Setiap kali kita ingin pergi dari tempat parkir, tukang parkir segera datang untuk menarik uang parkir. Namun yang paling menjengkelkan adalah ketika uang sudah diberikan, tukang parkirnya langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Kendaraan kita pun belum bisa pergi, tiba-tiba tukang parkir langsung ngeloyor pergi menuju kendaraan lain. Padahal motor atau mobil kita belum berada pada posisi “take-off”. Wajar jika timbul komentar, “ah, dasar tukang parkir, maunya uang saja!”



Siapa yang tidak kenal tukang parkir? Seseorang yang selalu mangkal di pinggir jalan yang penuh dengan kendaraan, kantor, dan toko. Tukan parkir bertugas memandu dan menertibkan kendaran bermotor yang mau berhenti di pinggir jalan agar tidak mengganggu jalan raya yang penuh dengan kendaran bermotor lain yang lalu-lalang. Tulisan ini dibuat untuk mengambil pelajaran dari tingkah laku tukang parkir.

Ada satu hal yang paling saya benci dengan perilaku atau sikap dari tukang parkir yaitu, pelayanan. Setiap kali kita ingin pergi dari tempat parkir, tukang parkir segera datang untuk menarik uang parkir. Namun yang paling menjengkelkan adalah ketika uang sudah diberikan, tukang parkirnya langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Kendaraan kita pun belum bisa pergi, tiba-tiba tukang parkir langsung ngeloyor pergi menuju kendaraan lain. Padahal motor atau mobil kita belum berada pada posisi “take-off”. Wajar jika timbul komentar, “ah, dasar tukang parkir, maunya uang saja!”

Pernahkah kita melakukan suatu tindakan atau perilaku seperti tukang parkir tadi? Jika ada maka segeralah berubah, jika tidak alamat rugi akan menantikan kita. Hal ini berlaku untuk pemilik usaha jasa maupun barang dalam melayani seorang pembeli atau mitra bisnis kita. Perilaku yang diperlihatkan oleh tukang parkir sangat berbahaya jika diterapkan pelaku usaha dan para pegawainya. Pelaku usaha jangan pernah menyepelkan masalah ini, karena pelayanan adalah faktor penting yang membuat pelanggan tertarik atau tidak untuk membeli sesuatu. Pelayanan sama dengan memposisikan pelanggan sebagai orang istimewa karena memiliki uang. Selain itu, pelanggan yang menerima pelayanan yang baik akan menjadi sarana promosi gratis bagi kita, ketika ia menyarankan orang lain untuk berbelanja kepada kita.

Pembahasan tentang pelayanan ini dalal dunia usaha bukanlah barang baru. Ia selalu menjadi bahan kajian semua perusahaan dan dicoba untuk selalu dipraktekan dalam dunia usaha. Permasalahanya adalah seringkali pelayanan yang dilakukan pegawai tidak timbul dari hati, justru merupakan kewajiban yang membebani pegawai, sehingga pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tampak dipaksakan. Inilah yang akan menjadi bahasan kita.

Pelayanan yang muncul dari hati akan memberikan efek positif yang luar biasa bagi semua pihak. Pelanggan yang merasakan pelayanan dari hati ini akan merasa ia benar-benar dilayani dan terpaksa. Hal ini dirasakan tanpa perlu penjelasan ilmiah. Pelanggan merasa dirinya dilayani bukan karena ia memiliki uang yang banyak atau orang miskin yang perlu dikasihani. Pelanggan dilayani adalah sebuah keniscayaan hubungan antar manusia yang lebih hakiki.

Tentunya pelayanan dari hati tidak timbul begitu saja tanpa sebab. Ia membutuhkan pelatihan terus menerus dengan mengasa kepekaan jiwa melalui aspek spiritual. Pelayanan dari hati ini berkaitan erat dengan pemahaman seseorang terhadap aspek spiritual yang dimilikinya. Seseorang yang memahami dirinya sebagai makhluk ekonomi, maka dia berusaha untuk mengekploitasi sumber-sumber ekonomi yang ada. Sedang seseorang yang memahami dirinya sebagai produk ilahi, maka dia berusaha untuk menjadikan hidupnya penuh dengan kebijaksanaan dan kejujuran. Manusia dianggap sebagai pribadi yang sempurna dan perlu dihargai dan dihormati oleh sesama.

Pelatihan untuk kepekaan jiwa ini dimulai dari pembiasaan untuk menjalani nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam agama. Agama dilahirkan bukan untuk menghancurkan, membunuh, berperang, tetapi untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hukum manusia tidak dapat mengalahkan hukum tuhan. Hukum manusia dibuat untuk mengatur hubungan antar mereka saja, namun lebih banyak dilanggar dibandingkan ditaati. Sedangkan hukum ilahi sangat luas jangkauannya. Hukum Allah bersifat absolut dan nyata, kecuali yang masih mutasyabihat. Untuk hal mutasyabihat kita diwajibkan untuk mengimaninya saja.


MENATAP BAYI

Pernahkah anda menatap bayi sedang tidur di ayunan atau tempat tidur? Saya katakan menatap, bukan melihat. Jika anda pernah menatapnya, apa yang ada di pikiran anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda-beda. Namun saya ingin kita satu suara untuk menjawabnya (anda boleh setuju atau tidak setuju).

Di dalam pikiran kita, ada sebuah ungkapan setelah menatap seorang bayi yang sedang tidur. Anak ini benar-benar tidak berdaya dan tidak berdosa. Keluguan seorang anak manusia yang tidak memiliki prasangka. Bebas dari nafsu angkara murka. Kita juga pernah mengalami hal itu. Namun mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sangat berbeda jauh?!




Pernahkah anda menatap bayi sedang tidur di ayunan atau tempat tidur? Saya katakan menatap, bukan melihat. Jika anda pernah menatapnya, apa yang ada di pikiran anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda-beda. Namun saya ingin kita satu suara untuk menjawabnya (anda boleh setuju atau tidak setuju).

Di dalam pikiran kita, ada sebuah ungkapan setelah menatap seorang bayi yang sedang tidur. Anak ini benar-benar tidak berdaya dan tidak berdosa. Keluguan seorang anak manusia yang tidak memiliki prasangka. Bebas dari nafsu angkara murka. Kita juga pernah mengalami hal itu. Namun mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sangat berbeda jauh?!

Bayi seperti kertas kosong yang putih bersih tak berbekas belum ternoda oleh noktah hitam atau merah. Siapapun memandangnya akan merasa sejuk dan hilanglah rasa penat sehabis kerja atau kuliah maupun aktivitas rutinitas keseharian. Kelucuannya, keimut-imutannya, matanya yang jernih, kulitnya yang halus, dan tangisannya yang memecah keheningan malam membangunkan orang tuanya untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita akan merenungi masa lalu ketika kita masih bayi dan kanak-kanak. Pada waktu itu kita tidak berdaya sama sekali. Kita sangat membutuhkan uluran tangan orang lain yaitu, orang tua kita sendiri! Ketika kita menangis, ibu kita datang tanpa memperdulikan ia sedang apa atau sesibuk apapun. Seketika itu juga, ia menyusui kita dan memeriksa apakah kita pipis atau BAB. Dengan kasih sayangnya kita disusui dan kitapun dibelainya dengan lembut tanpa memperdulikan kesusahan yang dialaminya saat itu. Orang tua kita tidak pernah mengeluh untuk menyusui kita!

Orang tua kita tidak meminta bayaran ketika kita disusui, membersihkan popok, memandikan kita, dan melindungi kita dari sengatan matahari, dinginnya malam, dan dari nyamuk malaria. Saat itu kita menjadi makhluk yang paling egois dan tidak mau tahu kesusahan yang dihadapi oleh orang tua kita. Kita hanya tahu kebutuhan kita terpenuhi.

Kita disusui paling lama dua tahun bahkan lebih. Kita juga terus dibina dan didoakan semoga menjadi anak yang saleh dan saleha. Anak yang cerdas dan taat beragama. Anak yang selalu berbuat baik dan patuh kepada orang tuanya. Anak yang cinta kepada tanah airnya.

Dulu kita masih bayi. Kemudian berkembang menjadi anak sekolah dasar. Naik lagi, anak sekolah menengah pertama. Terus, anak sekolah menengah atas, dan lagi menjadi anak kuliahan, dan seterusnya. Apakah kita masih seperti orang yang tidak memiliki dosa atau menyadari bahwa kita adalah pendosa?

Baik-buruknya kita tergantung oleh bimbingan orang tua. Orang tualah yang menjadikan kita islam yang taat, yahudi, nasrani, atau majusi. Orang tua adalah tangan pertama yang mendidik kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Masa kanak-kanak merupakan masa imitasi atau meniru-niru karena sikap dan pikiran kritis belum berkembang dengan baik.

Ternyata, yang membuat kita manjadi baik atau buruk bukan hanya dari orang tua. Pengaruh itu datang juga dari lingkungan sebaya dan media massa cetak maupun elektronik. Pengaruh media massa saat ini lebih kuat dari orang tua. Maka orang tua yang tidak memberikan perhatian kepada anak-anaknya, siap-siap saja menemui karakter anarkhis dari mereka.

Bagaimana dengan orang tua yang sibuk dan supersibuk? Terserah mereka dan mereka punya otak untuk berpikir bagaimana mengakali untuk membagi waktu antara mengasuh anak dan bekerja. Itu semua tergantung dari kemauan dan tekad yang kuat untuk mendidik generasi yang saleh dan cerdas. Orang tua yang menanam benih baik dan berkualitas akan menikmati hasil yang sama. Sebaliknya, orang tua yang cuek dan putus asa akan menikmati hasil yang sepadan.

Namun saya ingin kita semua mengoreksi diri. Mengoreksi tentang dosa yang selama ini kita lakukan. Padahal dulu kita adalah makhluk tanpa dosa dan lugu. Sekarang kita menemui banyak sekali tantangan dan hambatan. Mari kita mengoreksi diri untuk selalu berbenah diri menjadi pribadi yang paripurna. Kita bukan malaikat yang suci, tapi kita bisa melebihi malaikat. Setiap kejahatan haruslah dibarengi dengan kebaikan bahkan lebih banyak kebaikan ketimbang kejahatan. Diri kita seperti kaca jendela rumah yang bersih dan bening. Seiring bertambahnya waktu, jendela tersebut akan berdebu-debu oleh polusi. Bayangkanlah jendela yang tidak pernah dibersihkan…lama-lama jendela tersebut akan menjadi gelap dan sangat kotor. Jendela yang penuh dengan debu, akan menutupi “cahaya” yang ingin menyinari seisi rumah agar terbebas dari “virus” maupun “bakteri” penyakit. Maka, rajin-rajinlah kita membersihkan jendela tersebut, agar sinar matahari yang cerah bisa memasuki rumah kita.

Sekali-kali maupun seringkali, cobalah untuk menatap seorang bayi ketika mereka tidur di ayunan atau tempat tidur. Terserah, apakah bayi itu anak anda, anak paman atau bibi anda, anak tetangga, anak saudara laki-laki atau perempuan, atau anak yang anda temui di depan rumah anda…perhatikan dan tatap mereka lebih dalam. Setelah itu, cobalah untuk merenunginya sedalam-dalam yang anda mampu. Selamat mencoba dan merenung!


Putih Tak Berdosa

Pernahkah anda menatap bayi sedang tidur di ayunan atau tempat tidur? Saya katakan menatap, bukan melihat. Jika anda pernah menatapnya, apa yang ada di pikiran anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda-beda. Namun saya ingin kita satu suara untuk menjawabnya (anda boleh setuju atau tidak setuju).

Di dalam pikiran kita, ada sebuah ungkapan setelah menatap seorang bayi yang sedang tidur. Anak ini benar-benar tidak berdaya dan tidak berdosa. Keluguan seorang anak manusia yang tidak memiliki prasangka. Bebas dari nafsu angkara murka. Kita juga pernah mengalami hal itu. Namun mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sangat berbeda jauh?!

Menatap Bayi

Pernahkah anda menatap bayi sedang tidur di ayunan atau tempat tidur? Saya katakan menatap, bukan melihat. Jika anda pernah menatapnya, apa yang ada di pikiran anda? Bisa jadi jawabannya akan berbeda-beda. Namun saya ingin kita satu suara untuk menjawabnya (anda boleh setuju atau tidak setuju).

Di dalam pikiran kita, ada sebuah ungkapan setelah menatap seorang bayi yang sedang tidur. Anak ini benar-benar tidak berdaya dan tidak berdosa. Keluguan seorang anak manusia yang tidak memiliki prasangka. Bebas dari nafsu angkara murka. Kita juga pernah mengalami hal itu. Namun mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sangat berbeda jauh?!

Bayi seperti kertas kosong yang putih bersih tak berbekas belum ternoda oleh noktah hitam atau merah. Siapapun memandangnya akan merasa sejuk dan hilanglah rasa penat sehabis kerja atau kuliah maupun aktivitas rutinitas keseharian. Kelucuannya, keimut-imutannya, matanya yang jernih, kulitnya yang halus, dan tangisannya yang memecah keheningan malam membangunkan orang tuanya untuk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita akan merenungi masa lalu ketika kita masih bayi dan kanak-kanak. Pada waktu itu kita tidak berdaya sama sekali. Kita sangat membutuhkan uluran tangan orang lain yaitu, orang tua kita sendiri! Ketika kita menangis, ibu kita datang tanpa memperdulikan ia sedang apa atau sesibuk apapun. Seketika itu juga, ia menyusui kita dan memeriksa apakah kita pipis atau BAB. Dengan kasih sayangnya kita disusui dan kitapun dibelainya dengan lembut tanpa memperdulikan kesusahan yang dialaminya saat itu. Orang tua kita tidak pernah mengeluh untuk menyusui kita!

Orang tua kita tidak meminta bayaran ketika kita disusui, membersihkan popok, memandikan kita, dan melindungi kita dari sengatan matahari, dinginnya malam, dan dari nyamuk malaria. Saat itu kita menjadi makhluk yang paling egois dan tidak mau tahu kesusahan yang dihadapi oleh orang tua kita. Kita hanya tahu kebutuhan kita terpenuhi.

Kita disusui paling lama dua tahun bahkan lebih. Kita juga terus dibina dan didoakan semoga menjadi anak yang saleh dan saleha. Anak yang cerdas dan taat beragama. Anak yang selalu berbuat baik dan patuh kepada orang tuanya. Anak yang cinta kepada tanah airnya.

Dulu kita masih bayi. Kemudian berkembang menjadi anak sekolah dasar. Naik lagi, anak sekolah menengah pertama. Terus, anak sekolah menengah atas, dan lagi menjadi anak kuliahan, dan seterusnya. Apakah kita masih seperti orang yang tidak memiliki dosa atau menyadari bahwa kita adalah pendosa?

Baik-buruknya kita tergantung oleh bimbingan orang tua. Orang tualah yang menjadikan kita islam yang taat, yahudi, nasrani, atau majusi. Orang tua adalah tangan pertama yang mendidik kita menjadi manusia yang sesungguhnya. Masa kanak-kanak merupakan masa imitasi atau meniru-niru karena sikap dan pikiran kritis belum berkembang dengan baik.

Ternyata, yang membuat kita manjadi baik atau buruk bukan hanya dari orang tua. Pengaruh itu datang juga dari lingkungan sebaya dan media massa cetak maupun elektronik. Pengaruh media massa saat ini lebih kuat dari orang tua. Maka orang tua yang tidak memberikan perhatian kepada anak-anaknya, siap-siap saja menemui karakter anarkhis dari mereka.

Bagaimana dengan orang tua yang sibuk dan supersibuk? Terserah mereka dan mereka punya otak untuk berpikir bagaimana mengakali untuk membagi waktu antara mengasuh anak dan bekerja. Itu semua tergantung dari kemauan dan tekad yang kuat untuk mendidik generasi yang saleh dan cerdas. Orang tua yang menanam benih baik dan berkualitas akan menikmati hasil yang sama. Sebaliknya, orang tua yang cuek dan putus asa akan menikmati hasil yang sepadan.

Namun saya ingin kita semua mengoreksi diri. Mengoreksi tentang dosa yang selama ini kita lakukan. Padahal dulu kita adalah makhluk tanpa dosa dan lugu. Sekarang kita menemui banyak sekali tantangan dan hambatan. Mari kita mengoreksi diri untuk selalu berbenah diri menjadi pribadi yang paripurna. Kita bukan malaikat yang suci, tapi kita bisa melebihi malaikat. Setiap kejahatan haruslah dibarengi dengan kebaikan bahkan lebih banyak kebaikan ketimbang kejahatan. Diri kita seperti kaca jendela rumah yang bersih dan bening. Seiring bertambahnya waktu, jendela tersebut akan berdebu-debu oleh polusi. Bayangkanlah jendela yang tidak pernah dibersihkan…lama-lama jendela tersebut akan menjadi gelap dan sangat kotor. Jendela yang penuh dengan debu, akan menutupi “cahaya” yang ingin menyinari seisi rumah agar terbebas dari “virus” maupun “bakteri” penyakit. Maka, rajin-rajinlah kita membersihkan jendela tersebut, agar sinar matahari yang cerah bisa memasuki rumah kita.

Sekali-kali maupun seringkali, cobalah untuk menatap seorang bayi ketika mereka tidur di ayunan atau tempat tidur. Terserah, apakah bayi itu anak anda, anak paman atau bibi anda, anak tetangga, anak saudara laki-laki atau perempuan, atau anak yang anda temui di depan rumah anda…perhatikan dan tatap mereka lebih dalam. Setelah itu, cobalah untuk merenunginya sedalam-dalam yang anda mampu. Selamat mencoba dan merenung!


May 22, 2008

Seks Bebas


Bungin mengatakan dalam bukunya,” media massa elektronika memberikan pengaruh signifikan terhadap sikap seks remaja dibandingkan media massa cetak dan peer group.” Pernyataan bungin ini memperkuat pendapat lain mengenai penyebab remaja melakukan seks bebas.

Bungin mengatakan dalam bukunya,” media massa elektronika memberikan pengaruh signifikan terhadap sikap seks remaja dibandingkan media massa cetak dan peer group.” Pernyataan bungin ini memperkuat pendapat lain mengenai penyebab remaja melakukan seks bebas.
Remaja mempunyai dorongan yang kuat untuk mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya. Rasa ingin tahun dan mencoba dalam diri remaja begitu besar. Ini merupakan potensi yang luar biasa jika diarahkan atau dibina untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Namun, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Harian Rakyat Bengkulu (RB) di halaman muka memberitakan tentang penemuan gambar wanita telanjang di Handphone siswa sekolah menengah atas swasta di Bengkulu, setelah dilakukan razia oleh pihak dinas pendidikan nasional. Sebelum itu, ada yang lebih heboh, yaitu UNIT III MEMBARA (atau apapun namanya). Ini adalah fenomena social yang muncul ke permukaan dan telah diekspos oleh media massa. Bagaimana fenomena social atau kejadian serupa yang tidak ditemukan. Sangat mungkin lebih banyak, apalagi dengan menjamurnya internet dan teknologi handphone yang makin terjangkau.
Bengkulu kembali diguncang oleh berita dan kejadian menghebohkan. Sepasang pelajar di bengkulu selatan melakukan hubungan seks layaknya suami-istri. Hubungan intim tersebut direkam dengan kamera ponsel dan beredar cepat pada publik setelah diekspos media massa. Bilamana video tersebut tidak dibocorkan, kita tidak akan pernah terjadi atau mengetahui kejadian tersebut. Yang jelas kejadian itu sangat nista dan membuat dunia pendidikan kembali tercoreng. Menurut pengamatan penulis, ini adalah kejadian yang ketiga terjadi di propinsi bengkulu dan terekspos. Dan sangat mungkin peristiwa serupa masih banyak yang belum terekspos, apalagi dengan kecanggihan TIK saat ini.
Sungguh peristiwa adegan porno yang dilakukan oleh pelajar sudah sering terjadi, baik di bengkulu maupun tempat lain. Malahan, dari waktu-ke waktu kejadian tersebut menunjukkan tren peningkatan. Kondisi ini tampaknya perlu mendapat perhatian serius dan penanganan khusus. Bagaimanapun remaja adalah aset bangsa yang harus diselematkan tanpa diskriminasi. Mereka adalah calon pemimpin dan ibu masa depan. Alangkah sedihnya jika masa depan mereka hancur di usia muda atau ibarat bunga yang layu sebelum berkembang. Kita tidak usah saling menyalahkan atau mencari kambing hitam (atau kambing putih). Yang perlu dilakukan saat ini semua pihak harus proaktif menyusun rencana taktis preventif dan kuratif untuk menanggulangi masalah tersebut.
Yang harus dilakukan pertama kali adalah pengawasan dan kontrol orang tua harus ditingkatkan. Ortu sebagai orang yang lebih tahun tentang anaknya dan merupakan “tangan pertama” harus meningkatkan pengawasan terhadap remajanya. Ortu harus waspada terhadap lingkungan atau teman sepermainan anak-anaknya. Ortu harus banyak menggali informasi tentang kawan-kawan anaknya dan aktivitas mereka. Hal ini disebabkan karena pengaruh teman sebaya kontribusinya signifikan terhadap perilaku remaja. Karakteristik remaja yang mempunyai keinginan untuk selalu hidup berkelompok (dan itu memang sifat dasar manusia) memang sudah sewajarnya. Membatasi pergaulan mereka sama saja memancing perseteruan yang tak kunjung selesai. Remaja juga ingin selalu diakui dan dihargai oleh komunitasnya. Remaja sangat sensitif dengan ejekan dan perbandingan dari teman-temannya. Sehingga banyak remaja melakukan apa saja agar diakui oleh teman-temannya. Remaja juga sering ingin tampil sempurna dan beda agar selalu tampak gaul. Semua mode pakaian dan rambut terkini diikuti. Semua tren pergaulan yang ditunjukkan artis dan aktor dijiplak tuntas (finished). Inilah dunia remaja yang penuh gejolak dan energi. Dunia orang dewasa berbeda jauh dengan anak-anak dan remaja.
Ortu harus mewaspadai waktu luang remaja dan keberadaan di rumah tanpa pengawasan. Sangat besar peluang yang dilakukan oleh remaja jika waktu luangnnya tidak digunakan untuk hal-hal yang positif bagi masa depannya. Permasalahan penggunaan waktu luang juga mesti mendapatkan perhatian. Remaja perlu diarahkan untuk bisa menggunakan waktu luang sebaik mungkin dengan membuat jadwal. Waktu luang tersebut bisa digunakan untuk belajar, bermain, kumpul-kumpul, menyalurkan hobi, ikut ekskul, kerohanian islam, sukarelawan, dan sebagainya. Biasanya remaja malas ketika pertama kali melakukan kegiatan di atas. Kebanyakan mereka menghabiskan waktu luang untuk nonton TV atau film. Jika tidak, ngumpul dengan kawan-kawan tanpa tujuan yang jelas. Berhati-hatilah jika remaja sering berada dirumah, mengurung diri, dan banyak diam. Bukan berarti berada di rumah dilarang, tetapi lebih baik jika mereka meluaskan pergaulan untuk mengeksplorasi potensi atau bakat yang mereka miliki sebagai investasi masa depan.
Kemudian para guru juga ikut serta menanggulangi permasalah tersebut. Guru merupakan “tangan kedua” setelah ortu. Waktu tatap muka guru dengan remaja dari jam 7.30 s.d. 14.00. dan itu adalah jam sekolah secara normal dan rata-rata. Ada waktu sekitar 6-7 jam tatap muka dan mereka berada di lingkungan sekolah. Para guru harus peka terhadap perilaku remaja di kelas dan sekolah. Pengamatan secara mendalam setiap siswa menjadi mutlak dilakukan. Memang jumlah guru dan murid berbeda, namun setiap guru bisa mengambil 5-10 remaja yang berada dalam pengawasan. Atau ada cara lain yang lebih efektif. Yang penting adalah kemauan untuk mendidik remaja seutuhnya. Di mana ada kemauan di situ aja jalan. Kemalasan akan melahirnkan banyak dalih atau alasan. Dalam permasalahan ini, solusi kongkrit dan pelaksanaan mendesak untuk dilakukan.
Tugas pemerintah adalah meminimalisir peredaran film-film barat yang cenderung seronok dan mengumbar syahwat remaja. Pemerintah harus lebih ketat, melalui lembaga sensor film, meloloskan sebuh film asing. Pemerintah juga meningkatkan razia film-film porno dan akses internet porno yang makin banyak. Menurut ahli telematika, sulit bagi pemerintah menghentikan atau memblok sekian banyak situs porno di internet. Kalau itu yang menjadi kendala, pemerintah hendaknya memperketat izin pendirian warnet yang semakin menjamur. Pemerintah harus bisa mendesain ulang kamar-kamar warnet yang terkotak-kotak dan tertutup menjadi terbuka seperti di universitas. Artinya tidak ada sekat-sekat dan ini harus distandarkan untuk seluruh usaha warnet. Alasan yang mengatakan warnet rugi, itu hanyalah sebuah bentuk dukungan terhadap rusaknya moral remaja. Sama artinya membiarkan bangsa ini hancur dan dikuasai bangsa lain. Harus diakui pornografi dan pornoaksi akan melemahkan bahkan meruntuhkan sendi-sendi sosial masyarakat seperti remaja yang tidak perawan/perjaka lagi, hamil di luar nikah, putus sekolah, anak tanpa bapak, terkucilkan karena dijauhi masyarakat dan penyakit AIDS hingga kematian yang tragis.
LSM peduli nasib bangsa juga ikut serta berpartisipasi mencegah kemerosotan moral remaja. LSM harus berjuang mendesak pemerintah untuk membuat peraturan yang lebih ketat dan kuat tentang pornografi. Sampai saat ini kita tidak pernah tahu nasib RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Sudah setahun RUU tersebut belum juga disahkan menjadi UU. Jangan biarkan penjahat dan penikmat kelamin bersuka cita dengan kondisi tersebut. Wacana tentang RUU harus digulirkan kembali sampai menjadi UU dan segera dilaksanakan di semua daerah tanpa terkecuali. Bagaimana pun semua agama dan orang-orang sehat sepakat bahwa pornografi dan pornoaksi harus dihapuskan dari negara Indonesia dan propinsi Bengkulu tanpa ampun. Untuk itu semua elemen anak bangsa harus bersatu padu dan semangat menggalang kekuatan melawan mafia pornografi dan pornoaksi. Siapa saja yang menentang RUU tersebut berarti telah ikut serta menjerumuskan bangsa ini dalam kehancuran. Itu artinya mereka tidak punya sense of nationality atau nasionalisme. Orang-orang seperti iti dengan antek-anteknya harus segera diberikan sanksi moral dan hukum. Save our generation



Bungin mengatakan dalam bukunya,” media massa elektronika memberikan pengaruh signifikan terhadap sikap seks remaja dibandingkan media massa cetak dan peer group.” Pernyataan bungin ini memperkuat pendapat lain mengenai penyebab remaja melakukan seks bebas.

Bungin mengatakan dalam bukunya,” media massa elektronika memberikan pengaruh signifikan terhadap sikap seks remaja dibandingkan media massa cetak dan peer group.” Pernyataan bungin ini memperkuat pendapat lain mengenai penyebab remaja melakukan seks bebas.
Remaja mempunyai dorongan yang kuat untuk mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya. Rasa ingin tahun dan mencoba dalam diri remaja begitu besar. Ini merupakan potensi yang luar biasa jika diarahkan atau dibina untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Namun, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Harian Rakyat Bengkulu (RB) di halaman muka memberitakan tentang penemuan gambar wanita telanjang di Handphone siswa sekolah menengah atas swasta di Bengkulu, setelah dilakukan razia oleh pihak dinas pendidikan nasional. Sebelum itu, ada yang lebih heboh, yaitu UNIT III MEMBARA (atau apapun namanya). Ini adalah fenomena social yang muncul ke permukaan dan telah diekspos oleh media massa. Bagaimana fenomena social atau kejadian serupa yang tidak ditemukan. Sangat mungkin lebih banyak, apalagi dengan menjamurnya internet dan teknologi handphone yang makin terjangkau.
Bengkulu kembali diguncang oleh berita dan kejadian menghebohkan. Sepasang pelajar di bengkulu selatan melakukan hubungan seks layaknya suami-istri. Hubungan intim tersebut direkam dengan kamera ponsel dan beredar cepat pada publik setelah diekspos media massa. Bilamana video tersebut tidak dibocorkan, kita tidak akan pernah terjadi atau mengetahui kejadian tersebut. Yang jelas kejadian itu sangat nista dan membuat dunia pendidikan kembali tercoreng. Menurut pengamatan penulis, ini adalah kejadian yang ketiga terjadi di propinsi bengkulu dan terekspos. Dan sangat mungkin peristiwa serupa masih banyak yang belum terekspos, apalagi dengan kecanggihan TIK saat ini.
Sungguh peristiwa adegan porno yang dilakukan oleh pelajar sudah sering terjadi, baik di bengkulu maupun tempat lain. Malahan, dari waktu-ke waktu kejadian tersebut menunjukkan tren peningkatan. Kondisi ini tampaknya perlu mendapat perhatian serius dan penanganan khusus. Bagaimanapun remaja adalah aset bangsa yang harus diselematkan tanpa diskriminasi. Mereka adalah calon pemimpin dan ibu masa depan. Alangkah sedihnya jika masa depan mereka hancur di usia muda atau ibarat bunga yang layu sebelum berkembang. Kita tidak usah saling menyalahkan atau mencari kambing hitam (atau kambing putih). Yang perlu dilakukan saat ini semua pihak harus proaktif menyusun rencana taktis preventif dan kuratif untuk menanggulangi masalah tersebut.
Yang harus dilakukan pertama kali adalah pengawasan dan kontrol orang tua harus ditingkatkan. Ortu sebagai orang yang lebih tahun tentang anaknya dan merupakan “tangan pertama” harus meningkatkan pengawasan terhadap remajanya. Ortu harus waspada terhadap lingkungan atau teman sepermainan anak-anaknya. Ortu harus banyak menggali informasi tentang kawan-kawan anaknya dan aktivitas mereka. Hal ini disebabkan karena pengaruh teman sebaya kontribusinya signifikan terhadap perilaku remaja. Karakteristik remaja yang mempunyai keinginan untuk selalu hidup berkelompok (dan itu memang sifat dasar manusia) memang sudah sewajarnya. Membatasi pergaulan mereka sama saja memancing perseteruan yang tak kunjung selesai. Remaja juga ingin selalu diakui dan dihargai oleh komunitasnya. Remaja sangat sensitif dengan ejekan dan perbandingan dari teman-temannya. Sehingga banyak remaja melakukan apa saja agar diakui oleh teman-temannya. Remaja juga sering ingin tampil sempurna dan beda agar selalu tampak gaul. Semua mode pakaian dan rambut terkini diikuti. Semua tren pergaulan yang ditunjukkan artis dan aktor dijiplak tuntas (finished). Inilah dunia remaja yang penuh gejolak dan energi. Dunia orang dewasa berbeda jauh dengan anak-anak dan remaja.
Ortu harus mewaspadai waktu luang remaja dan keberadaan di rumah tanpa pengawasan. Sangat besar peluang yang dilakukan oleh remaja jika waktu luangnnya tidak digunakan untuk hal-hal yang positif bagi masa depannya. Permasalahan penggunaan waktu luang juga mesti mendapatkan perhatian. Remaja perlu diarahkan untuk bisa menggunakan waktu luang sebaik mungkin dengan membuat jadwal. Waktu luang tersebut bisa digunakan untuk belajar, bermain, kumpul-kumpul, menyalurkan hobi, ikut ekskul, kerohanian islam, sukarelawan, dan sebagainya. Biasanya remaja malas ketika pertama kali melakukan kegiatan di atas. Kebanyakan mereka menghabiskan waktu luang untuk nonton TV atau film. Jika tidak, ngumpul dengan kawan-kawan tanpa tujuan yang jelas. Berhati-hatilah jika remaja sering berada dirumah, mengurung diri, dan banyak diam. Bukan berarti berada di rumah dilarang, tetapi lebih baik jika mereka meluaskan pergaulan untuk mengeksplorasi potensi atau bakat yang mereka miliki sebagai investasi masa depan.
Kemudian para guru juga ikut serta menanggulangi permasalah tersebut. Guru merupakan “tangan kedua” setelah ortu. Waktu tatap muka guru dengan remaja dari jam 7.30 s.d. 14.00. dan itu adalah jam sekolah secara normal dan rata-rata. Ada waktu sekitar 6-7 jam tatap muka dan mereka berada di lingkungan sekolah. Para guru harus peka terhadap perilaku remaja di kelas dan sekolah. Pengamatan secara mendalam setiap siswa menjadi mutlak dilakukan. Memang jumlah guru dan murid berbeda, namun setiap guru bisa mengambil 5-10 remaja yang berada dalam pengawasan. Atau ada cara lain yang lebih efektif. Yang penting adalah kemauan untuk mendidik remaja seutuhnya. Di mana ada kemauan di situ aja jalan. Kemalasan akan melahirnkan banyak dalih atau alasan. Dalam permasalahan ini, solusi kongkrit dan pelaksanaan mendesak untuk dilakukan.
Tugas pemerintah adalah meminimalisir peredaran film-film barat yang cenderung seronok dan mengumbar syahwat remaja. Pemerintah harus lebih ketat, melalui lembaga sensor film, meloloskan sebuh film asing. Pemerintah juga meningkatkan razia film-film porno dan akses internet porno yang makin banyak. Menurut ahli telematika, sulit bagi pemerintah menghentikan atau memblok sekian banyak situs porno di internet. Kalau itu yang menjadi kendala, pemerintah hendaknya memperketat izin pendirian warnet yang semakin menjamur. Pemerintah harus bisa mendesain ulang kamar-kamar warnet yang terkotak-kotak dan tertutup menjadi terbuka seperti di universitas. Artinya tidak ada sekat-sekat dan ini harus distandarkan untuk seluruh usaha warnet. Alasan yang mengatakan warnet rugi, itu hanyalah sebuah bentuk dukungan terhadap rusaknya moral remaja. Sama artinya membiarkan bangsa ini hancur dan dikuasai bangsa lain. Harus diakui pornografi dan pornoaksi akan melemahkan bahkan meruntuhkan sendi-sendi sosial masyarakat seperti remaja yang tidak perawan/perjaka lagi, hamil di luar nikah, putus sekolah, anak tanpa bapak, terkucilkan karena dijauhi masyarakat dan penyakit AIDS hingga kematian yang tragis.
LSM peduli nasib bangsa juga ikut serta berpartisipasi mencegah kemerosotan moral remaja. LSM harus berjuang mendesak pemerintah untuk membuat peraturan yang lebih ketat dan kuat tentang pornografi. Sampai saat ini kita tidak pernah tahu nasib RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi. Sudah setahun RUU tersebut belum juga disahkan menjadi UU. Jangan biarkan penjahat dan penikmat kelamin bersuka cita dengan kondisi tersebut. Wacana tentang RUU harus digulirkan kembali sampai menjadi UU dan segera dilaksanakan di semua daerah tanpa terkecuali. Bagaimana pun semua agama dan orang-orang sehat sepakat bahwa pornografi dan pornoaksi harus dihapuskan dari negara Indonesia dan propinsi Bengkulu tanpa ampun. Untuk itu semua elemen anak bangsa harus bersatu padu dan semangat menggalang kekuatan melawan mafia pornografi dan pornoaksi. Siapa saja yang menentang RUU tersebut berarti telah ikut serta menjerumuskan bangsa ini dalam kehancuran. Itu artinya mereka tidak punya sense of nationality atau nasionalisme. Orang-orang seperti iti dengan antek-anteknya harus segera diberikan sanksi moral dan hukum. Save our generation


May 18, 2008

OTOKRITIK SEBELUM MENGKRITIK

Pernahkah kita merasa dibohongi oleh pemimpin yang telah kita pilih dalam pilkada? Jawabannya mungkin saja banyak dan berbeda. Namun bila kita cermati disekeliling kita, maka kita akan menemui orang yang merasa dibohongi oleh calon yang didukungnya, namun setelah terpilih calon tersebut, orang tadi menganggap bahwa calon tadi telah melakukan tindakan korupsi. Ambil contoh yang terjadi pada pilkada gubernur tahun 2005. sebutlah pelaksanaan tes cpns yang tidak sesuai dengan konsep awal, sanak-keluarga yang duduk dijajaran birokrasi yang satu daerah, pembangunan yang banyak menimbulkan kebocoran, dan sebagainya. Ucapan ini seringkali muncul, walaupun susah untuk dibuktikan. Yang jelas inilah opini kebanyakan masyarakat yang ada di propinsi Bengkulu. Komentar-komentar negative seringkali terlontar dari mulut mereka walaupun mereka sendiri sukar untuk membuktikannya. Siapakah yang perlu disalahkan dalam hal ini? Pemilih atau yang dipilih?


Sudahlah kita tidak perlu saling menyalahkan diantara kita semua. Yang perlu kita perbaiki dulu adalah diri kita masing-masing. Kita seringkali tidak menyadari bahwa diri kita juga pernah melakukan korupsi, melakukan nepotisme, maupun kolusi. Hal inilah yang jarang kita renungi. Kita hanya menginginkan orang lain berubah, tetapi kita jarang sekali berusaha untuk merubah diri kita sendiri. Atau kita tidak pernah tahu apakah diri kita bersalah atau tidak. Apakah kita pernah ditegur oleh nurani bahwa kita telah melakukan kesalahan. Cobalah kita berpikir untuk melihat sisi terdalam dari diri kita sendiri. Percuma saja kita mengkritik orang lain, tetapi diri kita sendiri tidak pernah dikritik atau anti terhadap kritik itu sendiri. Kita hanya menginginkan orang itu dikritik, tetapi pernahkah kita mengkritik diri kita sendiri? Atau kita merasa diri inilah yang paling benar dan tidak perlu dikritik. Ayolah, jangan sombong dan sadarlah bahwa kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri setiap hari.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara gampang. Menjadi pemimpin itu sangat sulit dan besar sekali tanggung jawabnya (kalau calon pemimpin itu sadar!). menjadi pemimpin memerlukan pengorbanan besar baik harta, waktu, bahkan jiwa. Seorang pemimpin memiliki waktu 24 jam sama dengan masyarakat biasa, bedanya kualitas pemanfaatan waktu 24 jam tersebut. Seringkali seorang pemimpin yang menjadi presiden, gubernur, walikota maupun bupati selalu menjadi sasaran empuk cacian- makian, kritikan, sumpah-serapah, masukan, bahkan pembunuhan dari masyarakatnya sendiri.
Di sisi lain, masyarakat selalu dijadikan sapi perah, dieksploitir, dibohongi. Namun tidak semua hal itu terjadi pada semua masyarakat maupun pemimpin. Ada juga pemimpin dan masyrakat yang bermitra dalam hal positif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara mereka.
Dalam konteks propinsi Bengkulu, saya sering mendengar ucapan yang mengatakan bahwa gubernur Agusrin itu meminta fee 10 % dari proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan sekarang, bapak Agusrin juga disebutkan telah memasukan sanak-keluarganya di jabatan-jabatan strategis di pemerintahan, sehingga ada istilah Semua Dari Manna (SDM), Bengkulu selatan, yaitu tempat gubernur dilahirkan. Ada juga yang mengatakan bahwa pembangunan yang dilakukan gubernur tidak konsisten dengan rencana awal. Gubernur juga dikatakan telah menitipkan utang bagi anak-cucu yang ada di propinsi Bengkulu. Akibatnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bintang Reformasi (PBR) yang mendukung Agusrin kena getahnya, termasuk wakil gubernur Muhammad Syamlan yang terkenal sebagai ustadz kondang di Bengkulu.
Sebagai partai yang terkenal dengan gerakan moralitas dan keagamaan, PKS mengalami penurunan image dari para simpatisan yang telah memilihnya kemarin. Keputusan PKS untuk mengusung Agusrin dan Syamlan harus diakui merupakan pilihan yang tepat karena perpaduan antara profesi pengusaha dan ustadz (guru). Pilihan ini diharapkan dapat memajukan propinsi Bengkulu di bidang ekonomi dan juga meningkatkan akhlak dari penduduknya. Sebuah perpaduan yang ideal.
Setelah berjalan sekian lama masyarakat menilai harapan tersebut jauh panggang dari api. Akibatnya kepercayaan yang diberikan kepada mereka berdua menjadi turun dan masyarakat menilai bahwa mereka telah dibohongi oleh Gubernur. Walaupun banyak orang berharap Wagub dapat menyeimbangkan perilaku Gubernur, namun apalah daya Wagub yang memiliki kewenangan yang terbatas.
Tentu kita semua masih ingat dengan pemecatan Wagub sebagai kordinator tes CPNS. Semenjak itulah Agusrin telah menabuh genderang perang terhadap reformasi yang telah lama digulirkan. Agusrin disebut-sebut tidak mampu membawa perubahan yang selalu dijadikan jargon kampanyenya. Agusrin dianggap masih memiliki pola pikir orde baru. Akhirnya harapan masyarakat yang begitu besar dan terlanjur dialamatkan kepada Agusrin menjadi sirna. Efeknya masyarakat menilai pemimpinnya sama aja dengan orde baru. Sudah pasti ditebak, hal ini pasti akan berimbas pada pemilu selanjut, masyarakat berpikir untuk golput atau tidak memilih pada pilkada yang akan datang. Kalau sudah begitu otomatis tingkat partisipasi politik mereka menjadi menurun. Apesnya, jika yang ikut pilkada bukanlah seorang reformis, sudah dipastikan bangsa ini akan flashback kembali pada zaman soeharto. Akankah kita merelakan hal itu terjadi kembali? Padahal sudah berapa nyawa dan tenaga yang dikorbankan untuk menurunkan soeharto dari tampuk kepemimpinan.
Tapi ada pertanyaan lain yang mesti kita jawab, apakah Agusrin dan Syamlan itu malaikat yang tidak punya nafsu dan tidak akan pernah berbuat dosa? Apakah kita menganggap mereka adalah orang suci yang hanya beribadah dan tidak berbuat dosa? Makhluk seperti apakah mereka kalau begitu? Kita seenaknya saja mengkritik mereka, tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana sulitnya membangun propinsi Bengkulu yang heterogen dan tertinggal ini. Atau justru pola pikir kita yang primitif menyebabkan kita menjadi miskin. Kita selalu menginginkan perubahan secara revolusioner bukan secara gradual. Coba jika jabatan gubernur dan wakil gubernur itu kita yang menjalankannya? Apakah sama dengan mereka, lebih buruk dari mereka, atau lebih baik dari mereka? Pernahkah kita membayangkan hal tersebut? Saya berani mengatakan bahwa tidak ada jaminan apapun kita lebih baik dari mereka. Yang ada hanyalah ucapan-ucapan dari mulut yang tidak ada action-nya sama sekali, alias omong doang (omdo).
Saya menulis tulisan ini tidak ada maksud melakukan pembelaan terhadap siapa-siapa, hanya mencoba mengkaji fenomena sosial yang ada disekeliling kita secara objektif mungkin. Tidak ada tendensi apapun dalam tulisan ini. Tulisan ini lahir dari sebuah keprihatinan yang mendalam betapa kita seringkali mengkritik seseorang namun kita jarang sekali mengkritik dan memperbaiki diri kita sendiri. Lisan kita selalu berkata, namun perkataan yang kita ucapkan jarang sekali yang baik dan berbobot.
Sekarang yang mesti kita lakukan adalah terus mengawali setiap proyek pembangunan yang sedang berjalan. Kita harus proaktif untuk mengawasi proyek-proyek tersebut dari awal sampai selesai. Kalau mereka bersalah kita harus ingatkan bahwa uang itu bukan milik pribadi melainkan milik orang banyak. Jika mereka berprestasi dan benar harus kita dukung dengan hati yang tulus dan ikhlas dan tidak boleh disembunyikan pujian tersebut. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dari pembangunan. Kita harus ikut serta memberikan sumbangsih yang positif dalam pembangunan daerah kita. Sebagai contoh, jika gubernur ingin menjadikan Bengkulu sebagai kawasan wisata yang dikunjungi oleh orang asing, maka akan kita dukung secara penuh. Tetapi jika pembangun wisata internasional memberikan peluang yang besar untuk menjadi Bengkulu kota pelacuran dan perjudian, wajib hukumnya bagi kita untuk menolaknya secara mentah-mentah. Hal seperti inilah yang mesti kita lakukan agar pembangunan Bengkulu berjalan sesuai hati nurani kita. Ini hanyalah contoh kecil dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

OTOKRITIK SEBELUM MENGKRITIK

Pernahkah kita merasa dibohongi oleh pemimpin yang telah kita pilih dalam pilkada? Jawabannya mungkin saja banyak dan berbeda. Namun bila kita cermati disekeliling kita, maka kita akan menemui orang yang merasa dibohongi oleh calon yang didukungnya, namun setelah terpilih calon tersebut, orang tadi menganggap bahwa calon tadi telah melakukan tindakan korupsi. Ambil contoh yang terjadi pada pilkada gubernur tahun 2005. sebutlah pelaksanaan tes cpns yang tidak sesuai dengan konsep awal, sanak-keluarga yang duduk dijajaran birokrasi yang satu daerah, pembangunan yang banyak menimbulkan kebocoran, dan sebagainya. Ucapan ini seringkali muncul, walaupun susah untuk dibuktikan. Yang jelas inilah opini kebanyakan masyarakat yang ada di propinsi Bengkulu. Komentar-komentar negative seringkali terlontar dari mulut mereka walaupun mereka sendiri sukar untuk membuktikannya. Siapakah yang perlu disalahkan dalam hal ini? Pemilih atau yang dipilih?


Sudahlah kita tidak perlu saling menyalahkan diantara kita semua. Yang perlu kita perbaiki dulu adalah diri kita masing-masing. Kita seringkali tidak menyadari bahwa diri kita juga pernah melakukan korupsi, melakukan nepotisme, maupun kolusi. Hal inilah yang jarang kita renungi. Kita hanya menginginkan orang lain berubah, tetapi kita jarang sekali berusaha untuk merubah diri kita sendiri. Atau kita tidak pernah tahu apakah diri kita bersalah atau tidak. Apakah kita pernah ditegur oleh nurani bahwa kita telah melakukan kesalahan. Cobalah kita berpikir untuk melihat sisi terdalam dari diri kita sendiri. Percuma saja kita mengkritik orang lain, tetapi diri kita sendiri tidak pernah dikritik atau anti terhadap kritik itu sendiri. Kita hanya menginginkan orang itu dikritik, tetapi pernahkah kita mengkritik diri kita sendiri? Atau kita merasa diri inilah yang paling benar dan tidak perlu dikritik. Ayolah, jangan sombong dan sadarlah bahwa kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri setiap hari.
Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara gampang. Menjadi pemimpin itu sangat sulit dan besar sekali tanggung jawabnya (kalau calon pemimpin itu sadar!). menjadi pemimpin memerlukan pengorbanan besar baik harta, waktu, bahkan jiwa. Seorang pemimpin memiliki waktu 24 jam sama dengan masyarakat biasa, bedanya kualitas pemanfaatan waktu 24 jam tersebut. Seringkali seorang pemimpin yang menjadi presiden, gubernur, walikota maupun bupati selalu menjadi sasaran empuk cacian- makian, kritikan, sumpah-serapah, masukan, bahkan pembunuhan dari masyarakatnya sendiri.
Di sisi lain, masyarakat selalu dijadikan sapi perah, dieksploitir, dibohongi. Namun tidak semua hal itu terjadi pada semua masyarakat maupun pemimpin. Ada juga pemimpin dan masyrakat yang bermitra dalam hal positif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara mereka.
Dalam konteks propinsi Bengkulu, saya sering mendengar ucapan yang mengatakan bahwa gubernur Agusrin itu meminta fee 10 % dari proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan sekarang, bapak Agusrin juga disebutkan telah memasukan sanak-keluarganya di jabatan-jabatan strategis di pemerintahan, sehingga ada istilah Semua Dari Manna (SDM), Bengkulu selatan, yaitu tempat gubernur dilahirkan. Ada juga yang mengatakan bahwa pembangunan yang dilakukan gubernur tidak konsisten dengan rencana awal. Gubernur juga dikatakan telah menitipkan utang bagi anak-cucu yang ada di propinsi Bengkulu. Akibatnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Bintang Reformasi (PBR) yang mendukung Agusrin kena getahnya, termasuk wakil gubernur Muhammad Syamlan yang terkenal sebagai ustadz kondang di Bengkulu.
Sebagai partai yang terkenal dengan gerakan moralitas dan keagamaan, PKS mengalami penurunan image dari para simpatisan yang telah memilihnya kemarin. Keputusan PKS untuk mengusung Agusrin dan Syamlan harus diakui merupakan pilihan yang tepat karena perpaduan antara profesi pengusaha dan ustadz (guru). Pilihan ini diharapkan dapat memajukan propinsi Bengkulu di bidang ekonomi dan juga meningkatkan akhlak dari penduduknya. Sebuah perpaduan yang ideal.
Setelah berjalan sekian lama masyarakat menilai harapan tersebut jauh panggang dari api. Akibatnya kepercayaan yang diberikan kepada mereka berdua menjadi turun dan masyarakat menilai bahwa mereka telah dibohongi oleh Gubernur. Walaupun banyak orang berharap Wagub dapat menyeimbangkan perilaku Gubernur, namun apalah daya Wagub yang memiliki kewenangan yang terbatas.
Tentu kita semua masih ingat dengan pemecatan Wagub sebagai kordinator tes CPNS. Semenjak itulah Agusrin telah menabuh genderang perang terhadap reformasi yang telah lama digulirkan. Agusrin disebut-sebut tidak mampu membawa perubahan yang selalu dijadikan jargon kampanyenya. Agusrin dianggap masih memiliki pola pikir orde baru. Akhirnya harapan masyarakat yang begitu besar dan terlanjur dialamatkan kepada Agusrin menjadi sirna. Efeknya masyarakat menilai pemimpinnya sama aja dengan orde baru. Sudah pasti ditebak, hal ini pasti akan berimbas pada pemilu selanjut, masyarakat berpikir untuk golput atau tidak memilih pada pilkada yang akan datang. Kalau sudah begitu otomatis tingkat partisipasi politik mereka menjadi menurun. Apesnya, jika yang ikut pilkada bukanlah seorang reformis, sudah dipastikan bangsa ini akan flashback kembali pada zaman soeharto. Akankah kita merelakan hal itu terjadi kembali? Padahal sudah berapa nyawa dan tenaga yang dikorbankan untuk menurunkan soeharto dari tampuk kepemimpinan.
Tapi ada pertanyaan lain yang mesti kita jawab, apakah Agusrin dan Syamlan itu malaikat yang tidak punya nafsu dan tidak akan pernah berbuat dosa? Apakah kita menganggap mereka adalah orang suci yang hanya beribadah dan tidak berbuat dosa? Makhluk seperti apakah mereka kalau begitu? Kita seenaknya saja mengkritik mereka, tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana sulitnya membangun propinsi Bengkulu yang heterogen dan tertinggal ini. Atau justru pola pikir kita yang primitif menyebabkan kita menjadi miskin. Kita selalu menginginkan perubahan secara revolusioner bukan secara gradual. Coba jika jabatan gubernur dan wakil gubernur itu kita yang menjalankannya? Apakah sama dengan mereka, lebih buruk dari mereka, atau lebih baik dari mereka? Pernahkah kita membayangkan hal tersebut? Saya berani mengatakan bahwa tidak ada jaminan apapun kita lebih baik dari mereka. Yang ada hanyalah ucapan-ucapan dari mulut yang tidak ada action-nya sama sekali, alias omong doang (omdo).
Saya menulis tulisan ini tidak ada maksud melakukan pembelaan terhadap siapa-siapa, hanya mencoba mengkaji fenomena sosial yang ada disekeliling kita secara objektif mungkin. Tidak ada tendensi apapun dalam tulisan ini. Tulisan ini lahir dari sebuah keprihatinan yang mendalam betapa kita seringkali mengkritik seseorang namun kita jarang sekali mengkritik dan memperbaiki diri kita sendiri. Lisan kita selalu berkata, namun perkataan yang kita ucapkan jarang sekali yang baik dan berbobot.
Sekarang yang mesti kita lakukan adalah terus mengawali setiap proyek pembangunan yang sedang berjalan. Kita harus proaktif untuk mengawasi proyek-proyek tersebut dari awal sampai selesai. Kalau mereka bersalah kita harus ingatkan bahwa uang itu bukan milik pribadi melainkan milik orang banyak. Jika mereka berprestasi dan benar harus kita dukung dengan hati yang tulus dan ikhlas dan tidak boleh disembunyikan pujian tersebut. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dari pembangunan. Kita harus ikut serta memberikan sumbangsih yang positif dalam pembangunan daerah kita. Sebagai contoh, jika gubernur ingin menjadikan Bengkulu sebagai kawasan wisata yang dikunjungi oleh orang asing, maka akan kita dukung secara penuh. Tetapi jika pembangun wisata internasional memberikan peluang yang besar untuk menjadi Bengkulu kota pelacuran dan perjudian, wajib hukumnya bagi kita untuk menolaknya secara mentah-mentah. Hal seperti inilah yang mesti kita lakukan agar pembangunan Bengkulu berjalan sesuai hati nurani kita. Ini hanyalah contoh kecil dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

May 14, 2008

Eni Kusumah


Eni kusumah
Potret TKW berprofesi sebagai Penulis dan Motivator

Berita tentang TKW disiksa dan dibunuh/bunuh diri sudah sering kita dengar. Berita-berita tersebut seringkali kita dengar di media massa. Sebagai contoh untuk mengingat kembali adalah kasus yang dialami TKW asal NTT, Nirmala Bonat yang mengalami penyiksaan fisik. Akibat penyiksaan fisik tersebu, bonat harus menjalani operasi dan perawatan kesehatan yang memakan waktu lama. Masih banyak lagi kisah-kisah sedih tentang TKW kita di luar negeri seperti malaysia, singapura, dan hongkong. Kebanyakan TKW kita diperlakukan seperti layaknya binatang, bukan manusia. Bisa anda bayangkan saja, binatang saja belum tentu melakukan tindakan sekejam itu. Padahal binatang tidak memiliki akal tetapi naluriah kebinatangannya. Tetapi manusia dapat melakukan lebih kejam bahkan biadab daripada binatang. Itulah kenyataan pahit yang harus dialami para TKW, pahlawan devisa, di luar negeri.

Namun dibalik potret buram tentang TKW indonesia di luar negeri, ada juga seorang TKW yang menjadi penulis buku best seller dan motivator ulung. Dialah Eni Kusumah. Profel Eni sempat dikupas pada stasiun TV swasta hari ini (14 Mei 2008) pukul 11.30 (kalau tidak salah). Eni merupakan gambaran TKW yang bisa merubah nasibnya dan keluar dari lingkaran kemiskinan mental dan materi. Sosok Eni mematahkan belenggu yang selama ini banyak terekam dalam pikiran sadar maupun tidak sadar TKW lainnya. Eni mampu meloncat dari zona “biasa” ke zona “luar biasa”. Suatu loncatan yang mampu dilakukan semua orang, asalkan mampu merobah paradigma lama ke paradigma baru tentang kehidupan itu sendiri.

Sosok Eni sebagai seorang penulis bisa kita lihat dari tutur katanya yang teratur dan mengesankan seorang intelektual. Berbicara tidak terburu-buru dan senantiasa dipikirkan terlebih dahulu. The Liang Gie sendiri di dalam bukunya, Terampil Mengarang, mengatakan kegiatan mengarang (menulis) melahirkan 6 nilai, salah satunya adalah nilai kecerdasan (2002:19). Dengan sering mengarang yang antara lain menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-nimbang sesuatu kata yang tepat, seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan khayalnya sampai tingkat kecerdasannya.

Untuk mengembangkan nilai kecerdasan itu, seorang penulis atau calon penulis harus memperkaya dirinya dengan bermacam-macam bacaan yang bermutu dan berbobot serta positif bagi pengembangan diri penulis. Semakin banyak bahan bacaan yang dibaca dan dipahami, maka semakin banyak kosakata baru yang bisa digunakan untuk pemilihan kalimat dalam suatu tulisan. Hal ini juga yang dikatakan The Liang Gie di dalam buku yang sama.

Artinya, wanita yang bernama Eni mampu mengubah dirinya, selain motivasi yang kuat untuk hidup lebih baik, juga rajin membaca buku. Membaca buku telah mencerdaskan eni dan mengeluarkan dia dari kebodohan dan keterbelakangan. Banyaknya TKW kita yang bernasib naas di luar negeri, bisa jadi disebabkan oleh kebodohan tadi. Sempitnya pemahaman mereka tentang kesejahteraan dan hukum perburuhan di suatu negara serta kurangnya bantuan hukum untuk mereka, membuat para TKW terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kebodohan. Maka melalui seorang Eni, para TKW harus sadar untuk memperbaiki dirinya agar tidak dibodoh-bodohi oleh agen PJTKI nakal dan majikannya di luar negeri. Buat pemerintah: Tegas dan tinggikan martabat bangsa Indonesia di mata bangsa asing!

May 13, 2008

Change!


PERUBAHAN DIRI

“HIDUP ANDA AKAN BERUBAH OLEH DIRI ANDA SENDIRI.
JADILAH SEORANG INISIATOR BAGI PERUBAHAN DIRI”
(SHOOT)



Perubahan dalam hidup itu adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat kita hindari atau tolak. Perubahan itu akan datang tanpa permisi dan tidak minta izin. Perubahan itu akan terus terjadi setiap waktu. Permasalahannya adalah apakah kita siap atau tidak menghadapi perubahan tersebut. Atau kita terlambat menyadari bahwa perubahan itu telah terjadi dan saat ini sedang kita alami. Orang yang anti perubahan akan terlindas dan tersingkir dari arena kehidupan. Orang yang pro status quo akan hancur oleh perubah itu sendiri. Pelihannya adalah ikut atau tidak dengan perubahan tersebut. Tentunya setiap pilihan adalah ikut atau tidak dengan perubahan tersebut. Tentunya setiap pilihan terdapat konsekuensi logis yang mesti ditanggung. Jujur saya akui bahwa saya terlambat dalam menyadari maupun menyikapi perubahan yang terjadi disekitar saya. Klimaksnya terjadi saat ini, hari jumat, tanggal 25 januari 2008, pukul 23:49.

Selama ini saya hanya merasakannya tanpa melakukan sesuatu. Kelihatannya saya hanya bertahan dan bertahan. Saya terlena dengan waktu yang terus berlalu tanpa saya sadari bahwa hal itu akan merugikan masa depan saya. Kesadaran ini timbul setelah saya curhat dengan ibunda tentang kondisi keluarga saat ini, dimana telah terjadi perubahan signifikan dari orang-orang terdekat saya. Contohnya saya sendiri yang harus berpisah dengan istri. Kemudian ibu saya yang saat ini berada di yogya dan sudah berlangsung 2 bulan lebih. Sedangkan ayah berada di bengkulu tanpa ada ibu yang melayani dan menemani. Dodo ani tampaknya tergantung sekali dengan keberadaan ibu. Ayah sibuk dengan permainan gaplek sepanjang waktu, dan hanya pulang untuk makan, tidur, dan sholat. abang ahmed berpindah rumah ke semarang karena tugas. jemi tidak bisa ditemani anita selalu, karena sang istri masih kuliah dan hamil juga. Padahal jika gita berada dirumah ayah, rasanya risih sekali, apalagi jika ayah berangkat ke yogya juga. Otomatis hanya saya dan anita plus ditemani oleh sepupunya. Itu artinya saya tidak leluasa bergerak bebas dirumah sendiri. Dan berekspresi sedalam mungkin. Awalnya saya menganggap peristiwa-peristiwa itu sebuah keganjilan dan tidak normal. Namun saya menyadari bahwa itu semua adalah proses perubahan yang terus berlangsung. Artinya saya harus menghadapi semua perubahan tersebut tanpa stress atau berpikir negatif. Saya juga harus berubah, dan sudah seharusnya saya menjadi orang yang menciptakan perubahan tersebut. Hal itu telah terbukti dan saya melakukan namun bukan dengan pemikiran yang matang dan tidak tergesa-gesa. Saya ingin ke depan menjadi aktor perubahan dan harus siap dengan semua akibat-akibat yang ditimbulkan. Cobaan bertubi-tubi yang dialami mas hendri hendaknya dijadikan pelajaran atau teladan agar saya tidak gampang putus asa atau menyerah. Tetapi saya harus bangkit dan terus berjuang sampai ajal atau maut mengambil nyawa ini. So, perubahan…siapa takut!

Optimis dan yakin usaha akan sampai
Saya…saya…saya…yakin bisa!
Hidup hanya sekali, maka jangan biarkan sia-sia
Hidup anugrah Tuhan, maka manfaatkan kehidupan sebagai
Ladang amal saleh…>>>….>>>….>>>…>>>…>>>


May 12, 2008

Dejavu


Pernah anda mengalami peristiwa seperti ini: malam tadi anda bermimpi bertemu dengan seseorang atau berada di suatu tempat yang belum anda kenal sama sekali? Jika anda pernah mengalaminya dan mengucapkan kalimat seperti ini, “perasaan, saya pernah berada di tempat ini, tapi kapan ya?” Atau “perasaan ambo pernah nengok kau, tapi kapan kito pernah berkenalan?”

Jika anda pernah mengalami hal seperti itu, maka itulah yang dinamakan dejavu. Saya juga pernah mengalaminya, malah sudah tak terhitung lagi sejak saya masih sekolah dasar (sekarang umur saya 27 tahun). Ketika saya tanyakan dengan orang lain, mereka juga pernah mengalaminya. Dan saya sangat yakin sekali anda juga pernah mengalaminya! Namun, bukan sesuatu yang absolut anda mau mengakuinya atau tidak. Tidak ada yang rugi, koq.

Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada kawan-kawan di komunitas kaizen writer club (KWC). Mayoritas mengatakan pernah mengalaminya. Kemudian diantara mereka mengatakan bahwa orang yang sering mengalami dejavu termasuk sakit jiwa. Bukan gila. Namun saya kurang setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka dejavu termasuk bidang kajian psikologi dan istilah dejavu sendiri (nah ini yang banyak diperdebatkan) berasal dari spanyol, prancis, jerman, dan gak ada kepastian asalnya sendiri.

Dejavu sendiri ada filmnya loh. Filmnya diperankan oleh aktor black skin, denzel washington. Namun saya pernah lihat judulnya saja, namun belum tonton filmnya.

Menurut saya pribadi, dejavu adalah sebuah informasi yang diberikan oleh jin. Informasi yang diperoleh oleh jin ini berasal dari langit. Mereka mendapatkan informasi tersebut dengan jalan mencuri-dengar diam-diam. Namun, bagi yang ketahuan nguping pembicaraan langit, para malaikat telah menyiapkan panah yang berapi-api dan siap ditembakkan kepada para pencuri berita tersebut. Namun saya tidak mengetahui secara pasti, untuk apa para jin memberikan informasi tersebut kepada manusia lewat mimpi? Saya sendiri tidak terlalu pusing dengan kejadian seperti itu. Dan jarang sekali dejavu yang saya alami gambarannya jelek atau buruk (nightmare). Dejavu yang sering saya alami seperti berada di suatu tempat dan bertemu dengan seseorang atau berkenalan dengan orang itu

Di dalam hadis sendiri (atau al-quran yach..?) memang dikatakan seperti itu. Di langit banyak jin dan syetan yang berkeliaran mencari berita atau informasi untuk dicuri. Mereka ini kerjanya nguping berita langit. Tetapi sekarang berita langit diperketat dengan penjagaan malaikat yang dibekali oleh panah api atau kilat. Ini memang termasuk kajian supranatural atau ghaib. Saya sendiri bukan ahli di bidang itu. Jika anda masih penasaran dengan dejavu, silahkan tanya dengan psikolog atau ustadz.

Saya hanya bisa mengatakan kepada anda semua, pencinta blog oelatboeloe, gitu aja koq repot! Gak usah dipikirin, masih banyak kerja lain yang perlu mendapatkan prioritas dan kerja kita, getho aja koq repot…aya..aya…wae…

WAK (yang badannya) BUNGKUK


Obras (obrolan sore) kita kali ini adalah seorang lelaki yang berjasa terhadap lingkunganya. Lelaki ini masih terhitung saudara jauh saya dan tinggal di rumah bibi (adiknya ibu saya). Kebetulan kami berdampingan tempat tinggal. Lelaki ini bernama asli Rusli tetapi lebih populer dengan nama Wak (paman) Bungkuk. Memang, lelaki yang akan saya ceritakan ini sejak kecil memiliki cacat di bagian dada. Bagian dadanya tidak tumbuh secara normal tetapi berkembang atau melebar ke depan dan belakang. Kecacatan tersebut menyebabkan pertumbuhan atau tinggi badan Wak Bungkuk tidak normal (lihat foto). Inilah sedikit deskripsi tentang Wak Bungkuk secara fisik.

Suatu sore, saya dan tetangga terlibat pembicaraan ringan. Biasalah, pembicaraan tentang politik, BBM yang bakal naik, pembangunan propinsi bengkulu, dan sebagainya. Tiba-tiba datanglah Wak Bungkuk dan bergabung dengan kami. Wak Bungkuk pun juga terlihat serius namun diselingi tawanya yang khas terlibat bicara. Kehadiran Wak Bungkuk di dalam pembicaraan kami semakin menambah semarak obrolan sore itu.

“tengoklah Wak Bungkuk ini, semenjak ada di tempat kita, seluruh jalan setapak jadi bagus dan terbebas dari ilalang tinggi yang menyeramkan. Dulu, kalo mau ke (kelurahan) Anggut, kita mesti hati-hati jika ingin melewati jalan setapak di belakang, takut dipatuk ular. Sekarang, kita tidak merasa was-was lagi jika melewati jalan itu.” Inilah sekelumit ucapan pak azwar (biasa dipanggil pak haji) tentang Wak Bungkuk. Mendengar dirinya dibicarakan oleh pak haji, Wak Bungkuk tersenyum tersipu-sipu, namu saya tidak melihat guratan wajah kesombongan walaupun dirinya baru saja dipuji.

Wak Bungkuk ini memang lelaki yang memiliki amal bakti yang banyak bagi warga kelurahan penurunan (Kota Bengkulu), khususnya yang tinggal di RT 10. saya anggap Wak Bungkuk adalah sosok pekerja keras yang melakukan apa saja tanpa dipungut bayaran. Seringkali Wak Bungkuk ini bekerja bukan diperintah atau disuruh-suruh. Wak Bungkuk bekerja berdasarkan inisiatifnya sendiri. Dan dia melakukan semua itu enjoy aja alias tanpa beban. Berkat amal baktinya itu, Wak Bungkuk jadi populer di penurunan. Akibat kepopulerannya itu, Wak Bungkuk sering dimintai untuk melakukan kebersihan dirumah tetangga dengan honor ala kadarnya seperti sebungkus rokok dan air minum (kopi). Namun Wak Bungkuk tidak mengeluh atau komplain dengan pemberian tersebut. Tidak tampak sedikitpun raut wajah kekecewaan atas pemberian tersebut. Walaupun tidak semua orang memberikan upah ala kadarnya, tetapi ada juga yang punya perasaan dan manusiawi.

Saya sendiri, jika punya uang atau sedikit rezeki, insyallah saya berikan ke Wak Bungkuk, walaupun nominalnya atau barangnya jauh dari kata sejahtera. Namun, Wak Bungkuk tetap menerimanya dengan lapangan dada dan mengucapkan terima kasih yang tulus. Beda sekali dengan ucapan terima kasih yang dilakukan oleh anggota dewan kita saat ini (ucapan terima kasih dewan memerlukan embel-embelnya alias duit).

Sampai saat ini, Wak Bungkuk masih membujang alias belum menikah. Ketika saya tanya,”berapa umur Wak sekarang?” selalu saja dijawab 40 tahun. Ketika saya tanya,”tanggal berapa Wak Bungkuk lahir?” jawabannya simpel aja, tidak tahu! Saya tidak mengerti dengan Wak Bungkuk ini, kenapa tidak mau menikah. Apakah memang tidak ada yang suka dengannya karena fisiknya yang cacat? Atau Wak Bungkuk tidak perduli dengan urusan tersebut? Entahlah, setahu saya, belum pernah saya mendengar ada keinginan Wak Bungkuk ingin menikah! Bukan berarti Wak Bungkuk seorang abnormal atau homoseksual. Tetapi seperti itulah adanya. Hari-harinya disibukkan dengan bekerja membersihkan lingkungan dan membaguskan jalanan setapak serta membersihkan rumput yang meninggi.

Melihat kerja keras Wak Bungkuk tanpa pamrih tersebut, saya sempat berpikir untuk membuat sebuah acara penganugrahan atau award bagi dia. Sebuah award yang menjadi pengakuan para tetangga atas amal baktinya terhadap lingkungan sekitarnya. Sampai saat ini saya belum melihat inisiatif dari para tetangga untuk melaksanakannya. Padahal Wak Bungkuk sangat berjasa terhadap mereka. Atau mesti saya yang memprakarsainya?wallahu’alam. yang jelas, Wak Bungkuk wajar dan perlu mendapatkan penghargaan untuk amal baktinya itu, seperti penghargaan KALPATARU!

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari contoh di atas? Banyak sekali, kawan! Sosok Wak Bungkuk dan sifatnya itu perlu sekali dicontoh oleh para pemimpin nasional dan daerah. Para pemimpin yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan para pengusaha, apapun jenis usaha dan skalanya. Orang-orang seperti Wak Bungkuk masih tetap ada sepanjang zaman dan tak pernah hilang. Masalahnya, orang-orang seperti itu jarang sekali terekspos karena mereka bukan selebritis atau pejabat publik. Masalah lainnya, kita jarang bisa mengambil hikmah dari sikap dan perilaku orang “bawah” seperti Wak Bungkuk. Kita kadangkala merasa gengsi atau cenderung sombong karena kedudukan dan harta kekayaan yang kita miliki. Kita menganggap diri kita terhormat dengan wajah cantik/tampan, berpendidikan tinggi, kuliah di kampus elit dan negeri, pakaian bagus dan mahal, orang tua yang berkedudukan tinggi dan mempunyai harta banyak, dan sebagainya. Semua itu menjadi belenggu bagi kita untuk bekerja tanpa pamrih. Uang selalu menjadi ukuran dari pekejaan kita. Jarang sekali kita berpikir bahwa uang hanyalah salah satu penghargaan dan konsekuensi logis dari usaha yang kita lakukan. Uang itu intinya akan datang sendiri jika kita ikhlas!

Wak Bungkuk…engkau memang tidak tampan seperti brad pitt, engkau tidak kaya seperti bill gates atau warren buffet, engkau memang tidak mempunyai jabatan seperti presiden SBY, engkau bukan pengusaha sukses seperti yusuf kalla, dan engkau memang bukan selebritis seperti eko patrio, namun engkau adalah sosok yang dibutuhkan negara ini agar bisa sejahtera dan menjadi bangsa yang kokoh dan kuat! Terima kasih wak bungkuk, engkau telah memberikan kami satu lagi contoh teladan untuk menjadi manusia seutuhnya…

May 06, 2008

Setengah Isi Setengah Kosong


Kalimat di atas muncul di benak saya ketika melihat diri saya tidak maksimal dalam menggeluti suatu pekerjaan atau bidang studi. Sewaktu kuliah saya ingin menjadi pengusaha sukses. Hal ini bkan hanya sebatas keinginan tetapi juga dibarengi dengan aksi. Mulailah saat semester awal saya berjualan atau memasarkan majalah-majalah, buku-buku, kaset-kaset, soevenir atau merchandise islami. Setiap hari, di kampus saya menawarkannya kepada teman-teman yang duduk di sekitar gedung kuliah bersama II. Waktu kosong di sela-sela kuliah saya manfaatkan untuk aksi. Awalnya saya malu-malu. Namun lama-kelamaan karena asyik mendapatkan uang, jadi gak malu lagi, alah bisa karena biasa. Hampir dua tahun saya bergelut di dunia bisnis.

Menginjak semester 4 saya tergoda untuk beraktivitas di organisasi mahasiswa. Saya pikir, dengan bergabung dengan mereka relasi saya semakin luas untuk ekspansi bisnis. Seiring berjalan waktu, perlahan tapi pasti, pikiran di awal tersebut berubah. Bisnis saya tinggalkan dan saya terjun total di dunia aktivis kampus sampai lupa waktu pulang dan makan (kecuali kalo makanannya enak, pasti gak akan lupa). Cukup lama saya beraktivitas di ormawa. Karena kecanduan berorganisasi, saya sampai lupa studi. Jadilah saya sekarang mendapat gelar S2 atau MA (Mahasiswa Abadi)…geleng-geleng kepala jika mengingat sepak terjang saya dulu.

Bored di ormawa, saya mencoba merambah dunia kepenulisan dan ingin menjadi penulis. Hal ini dimulai ketika duduk di semester enam. Ketika itu saya ditunjuk oleh pembantu dekan 3 untuk hadir pada pelatihan metode penulisan karya tulis ilmiah selama satu minggu di universitas (UNIB). Selama seminggu, saya dilatih dan digembleng untuk pandai menulis. Pelatihnya semua adalah doktor (S3) dan master (S2), termasuk dekan fisip sekarang. Saya juga tidak terlalu cemas atau canggung ketika mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan sejak dulu saya memang berniat dan berminat menjadi penulis (profesional).
Perlahan tapi pasti, saya mulai mengurangi aktivitas ormawa. Saya lebih banyak terlibat dalam praktek kepenulisan dan membentuk sebuah organisasi kepenulisan. Saya dan beberapa teman mendirikan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang tersebut. Namanya PENGEMBANGAN PENALARAN DAN PENELITIAN MAHASISWA (P3M). saat itu saya dipercaya oleh kawan-kawan untuk duduk sebagai seorang ketua umum. Saya pun menerima tugas berat tersebut, mengingat lembaga tersebut masih sangat baru dan sangat sulit untuk mengembangkannya. Tetapi saya yakin, suatu saat P3M akan berkembang dan menjadi lembaga penelitian mahasiswa yang bergengsi suatu saat nanti, waktu akan membuktikannya.

Sepak terjang saya di P3M lebih hebat lagi dibandingkan di ormawa lain. 2/3 tenaga dan pikiran saya dibaktikan untuk lembaga itu. Hampir tiap hari rapat pengurus dan dosen. Melobi dosen dan mempromosikan P3M. ruarrrrr biasaaaa…perjuangan memperkenalkan ke civitas akademika universitas bengkulu. So pasti banyak suka dukanya, guys!

Beberapa tulisan saya dimuat media massa lokal seperti Rakyat Bengkulu dan majalah remaja NEBTUNUS di Jakarta. Beberapa kali juga saya memenangi kompetisi tulisan lokal dan nasional. Lengkap sudah prestasi saya dari bawah sampai tingkat nasional. Lagi-lagi saya mengorbankan diri untuk kemajuan dunia tulis menulis. Jadilah saya bertambah lama dalam studi.

Tetapi setelah dipikirkan lagi, ternyata dunia tulis-menulis tidak dapat memberikan saya “kekayaan” yang banyak. Profesi seperti itu masih belum dihargai dan jauh dari kata kesejahteraan. Benar-benar tidak seimbang dengan jerih payah untuk membuat sebuah karya tulis. Sulit saya mempertahankan dunia tulis menulis, karena saya seorang manusia biasa dan membutuhkan uang juga agar tetap survive. Honor sebagai penulis benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan. Jangan pernah berpikir honor yang saya terima mampu mengganti semua jerih payah saya. Untuk biaya rental dan print-out saja, honor tersebut tidak cukup atau jauh dari memadai. Sungguh tragis, namun seperti itulah yang saya alami. Akhirnya, karena kondisi keuangan yang sangat kritis, saya akhirnya menyerah dan MENINGGALKAN PROFESI PENULIS!

Setelah “pensiun” dari menulis, saya mulai kembali menggeluti dunia wiraswasta namun untuk produk jasa. Jadilah saya bergabung dengan PT Asuransi Takaful Keluarga menjual produk-produk asuransi jiwa dan umum. Selama enam bulan dan hampir setahun saya bergabung dengan mereka. Lagi-lagi saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Akhirnya saya berhenti perlahan-lahan.

Kemudian saya mencoba berbisnis multi level marketing. Produk utama yang saya jual adalah kopi ginseng asli dari korea. Bergabung tidak terlalu lama, omzet penjualan saya meningkat dratis. Namun usaha yang saya lakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang saya dapatkan. Tetapi hal itu tidak langsung membuat saya berhenti. Saya mencoba bertahan dengan cara berinovasi dalam memasarkan produk kopi ginseng dan derivasinya. Mulailah saya melakukan pendekatan dengan keluarga dan saya ajak semua keluarga untuk bergabung. Alhamdulillah, semua saudara kandung, kecuali no. 1, bergabung dengan saya. Kemudian adik ibu (bucik) juga bergabung. Penjualan terbanyak saya berasal dari bucik yang tak lain adalah adik ibu sendiri, karena pemasarannya sampai ke bank bengkulu.

Lagi semangat berbisnis MLM, kantor pusat mengalami kekisruhan yang menyebabkan management dirombak total dan mengalami konflik. Konflik itu kemudian merembet ke berbagai cabang yang ada di indonesia. Semenjak itu cabang bengkulu mulai tidak bergairah. Saya juga menjadi terpengaruh dan secara perlahan dan pasti, saya mengundurkan diri dari bisnis ini.

Berhenti dari bisnis MLM, saya bingung menentukan profesi yang akan digeluti. Jadi penulis “gagal”. Bekerja sebagai pegawai swasta, “gagal” juga. Berwiraswasta nasibnya juga sama. Kuliah? Nah ini dia yang mesti diselesaikan. Walaupun rasa malas sudah menggelora untuk meninggalkan kuliah, namun saya tidak tega mengecewakan keluarga yang telah membiayai kuliah saya sejak awal. Maka dengan tekad yang bulat dan dipaksa-paksakan, akhirnya saya kuliah kembali setelah cuti sekian lama.

Mulai detik itu saya menyusun semua keperluan untuk kuliah kembali. Walaupun wajah ini sudah sangat malu untuk kuliah, namun saya tetap menguatkan diri untuk tetap menamatkan studi, apapun yang terjadi!

Dari pengalaman hidup yang saya ceritakan ini, saya ingin menghimbau pembaca. SELESAIKAN SATU MASALAH, BARU SELESAIKAN MASALAH YANG LAIN. Artinya, jika kita sedang kuliah, maka tetap fokus kuliah dan segera selesaikan. Kemudian, SETENGAH ISI DAN SETENGAH KOSONG. Artinya, jika ingin menggeluti suatu profesi, jangan setengah-setengah atau hangat-hangat tahi ayam. Berusahalah untuk menekuni profesi tersebut dan jangan lihat kanan-kiri dalam menekuninya. PAKAILAH KACAMATA KUDA, jangan mudah tergoda dengan profesi lain, yang mana kita tidak mempunyai keahliannya. Disiplinlah dalam bekerja. INGAT, semua pekerjaan jika dilakukan setengah-setengah, maka hasilnya juga setengah-setengah dan tidak optimal. Otomatis yang rugi adalah ANDA! Semoga bisa direnungi…

May 03, 2008

Misteri Oelatboeloe


Saya punya teman, namanya prawira ardhi, STP. Beliau ini pns dilingkungan dinas pertanian pemprop bengkulu. Suatu ketika teman ini bertanya kepada saya, “napa namanya (blog) oelatboeloe? Apakah gak ada nama lain?”

Pertanyaan yang bagus sekali dan wajar jika dia menanyakan hal itu!

Oche bro, saya jawab pertanyaannya. Begini ceritanya, alkisah di zaman baheula dulu…(loh koq jadi cerita primitif yach) saya mempunyai klub kepenulisan yang bernama KAIZEN WRITER CLUB. Anggotanya merupakan mahasiswa yang berminat menjadi penulis. Klub ini setiap satu minggu sekali mengadakan training. Trainingnya dilaksanakan di taman belakang perpustakaan universitas bengkulu. Tempatnya memang tepat untuk mengadakan temu bicara sebuah komunitas lesehan. Jadilah kami menggunakan tempat itu rutin untuk melakukan training kepenulisan.

Namun, kami tersadar bahwa tempat itu seringkali dilalui makhluk kecil yang berbulu-bulu. Kami (kita) menamakannya ulat bulu. Siapapun akan jijik melihatnya dan merasa geli (termasuk saya). Di mana mata memandang, pasti ditemukan ulat bulu (temannya si komo). Namun yang paling gak nyaman dengan kehadiran mereka adalah kaum wanita. Para wanita yang ada di klub adalah orang pertama yang akan melarikan diri kalo ketemu si Ulil (ulat lincah).

Walaupun kehadiran si ulil kerapkali mengganggu jalannya training, namun hal itu tidak menyurutkan kami untuk tetap menggunakan tempat itu sebagai lokasi training. Secara spontan saya mendapatkan ide, “napa gx saya gunakan aja untuk nama blog saya?” selama ini saya kebingungan mencari nama yang tepat dan unik untuk blog pemikiran saya. Dan misteri itu akhirnya mendapatkan jawaban: www.oelatboeloe.blogspot.com!
Bagaimana, bro?

Persaudaraan Itu Indah


Saya berharap ada yang tersentuh setelah membaca cerita “kecil” ini. Terutama untuk SESEORANG yang jauh di sana. SESEORANG yang pernah diminta oleh ibunya untuk dibelikan Televisi baru. Namun, SESEORANG itu tidak dapat memenuhinya dengan berbagai alasan. Padahal SESEORANG itu sangat mampu untuk membelinya. Semoga SESEORANG itu sadar bahwa permintaan ibunya tidak sebanding dengan kasih sayang yang pernah diberikan oleh Ibunya! Ingat, Kasih Ibu Sepanjang Hidup, Kasih Anak Sepanjang Galah…

Hari ini saya bahagia sekali. Anda tahu, apa yang membuat saya bahagia? Saya yakin anda tidak akan tahu. Baiklah saya akan mengatakannya kepada anda. SSStttt, hari ini saya mendapatkan sebuah kejutan berupa lemari untuk menyimpan koleksi buku saya. Lemarinya buatan olympic dan warnanya hijau tua dan coklat muda. Lemarinya tinggi tapi ramping. Lemarinya mempunyai kaca di pintu sehingga jika diletakan buku di dalamnya, akan kelihatan. Anda tahu siapa yang memberikan lemari itu? Ibuku

Ternyata ibuku mendukung sekali profesiku untuk menjadi penulis. Lemari tersebut adalah buktinya. Ibuku tidak ingin melihat koleksi bukuku hancur dimakan oleh rayap, sehingga ia terdorong untuk membeli lemari itu. Ibuku tidak ingin melihat satu meja ditumpuki oleh buku-buku yang tebal dan tipis serta 1 unit komputer multimedia (minimalis).

Aku pun bertanya kepada ibu, “dalam rangka apa ibu membeli lemari ini?”
Ibuku menjawab,” inikan permintaan kamu sendiri dari dulu, namun ibu belum bisa membelinya. Kebetulan ibu mendapat rezeki, ya udah ibu beliin aja lemari ini buat kamu. Apalagi ibu tidak mau liat buku-bukumu berantakan seperti itu.”
“oh ya, aku baru ingat kalo pernah minta dibeliin lemari untuk buku.”
“bagaimana caranya endi membalas kebaikan ibu?”
“pantas dong kalo ibu minta dicium sebagai balasannya…”
“oche, aku cium pipi ibu!” aku pun langsung mencium kedua pipi ibuku yang mulai menunjukkan kerutan akibat dimakan usia. Kami berdua tertawa dan aku tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepadanya.

Aku benar-benar tidak menyangka jika ibu masih ingat dengan permohonan aku. Padahal aku sudah lupa karena permohonan itu sudah sangat lama sekali. Oh ibu, mudah-mudahan engkau menjadi hamba Allah yang akan menghuni surga-Nya bersama-sama ayah dan kami, anak-anakmu ini, Amin!

Ibu dan Lemari Buku


Saya berharap ada yang tersentuh setelah membaca cerita “kecil” ini. Terutama untuk SESEORANG yang jauh di sana. SESEORANG yang pernah diminta oleh ibunya untuk dibelikan Televisi baru. Namun, SESEORANG itu tidak dapat memenuhinya dengan berbagai alasan. Padahal SESEORANG itu sangat mampu untuk membelinya. Semoga SESEORANG itu sadar bahwa permintaan ibunya tidak sebanding dengan kasih sayang yang pernah diberikan oleh Ibunya! Ingat, Kasih Ibu Sepanjang Hidup, Kasih Anak Sepanjang Galah…

Hari ini saya bahagia sekali. Anda tahu, apa yang membuat saya bahagia? Saya yakin anda tidak akan tahu. Baiklah saya akan mengatakannya kepada anda. SSStttt, hari ini saya mendapatkan sebuah kejutan berupa lemari untuk menyimpan koleksi buku saya. Lemarinya buatan olympic dan warnanya hijau tua dan coklat muda. Lemarinya tinggi tapi ramping. Lemarinya mempunyai kaca di pintu sehingga jika diletakan buku di dalamnya, akan kelihatan. Anda tahu siapa yang memberikan lemari itu? Ibuku

Ternyata ibuku mendukung sekali profesiku untuk menjadi penulis. Lemari tersebut adalah buktinya. Ibuku tidak ingin melihat koleksi bukuku hancur dimakan oleh rayap, sehingga ia terdorong untuk membeli lemari itu. Ibuku tidak ingin melihat satu meja ditumpuki oleh buku-buku yang tebal dan tipis serta 1 unit komputer multimedia (minimalis).

Aku pun bertanya kepada ibu, “dalam rangka apa ibu membeli lemari ini?”
Ibuku menjawab,” inikan permintaan kamu sendiri dari dulu, namun ibu belum bisa membelinya. Kebetulan ibu mendapat rezeki, ya udah ibu beliin aja lemari ini buat kamu. Apalagi ibu tidak mau liat buku-bukumu berantakan seperti itu.”
“oh ya, aku baru ingat kalo pernah minta dibeliin lemari untuk buku.”
“bagaimana caranya endi membalas kebaikan ibu?”
“pantas dong kalo ibu minta dicium sebagai balasannya…”
“oche, aku cium pipi ibu!” aku pun langsung mencium kedua pipi ibuku yang mulai menunjukkan kerutan akibat dimakan usia. Kami berdua tertawa dan aku tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepadanya.

Aku benar-benar tidak menyangka jika ibu masih ingat dengan permohonan aku. Padahal aku sudah lupa karena permohonan itu sudah sangat lama sekali. Oh ibu, mudah-mudahan engkau menjadi hamba Allah yang akan menghuni surga-Nya bersama-sama ayah dan kami, anak-anakmu ini, Amin!

10 ribu ato 10 liter

Diharapkan tidak ada yang marah setelah membaca cerita ini.

Alkisah ada dua orang lelaki yang sedang berada di sebuah SPBU. Mereka berdua datang kesana untuk mengisi bensin mobil. Sesampai di tempat pengisian bensin, kedua lelaki tersebut turun, kemudian terjadilah sebuah percakapan

A : berapa liter isi bensin, kak?
B : 10 aja
B : loh koq sedikit sekali, 20 aja yach.
C : jadi, tangki mobilnya mau diisi berapa liter pak?
B : 20 kebanyakan, 10 aja udah cukup koq
A : santai aja kak. Tolong bensinnya diisi 20 ribu rupiah, ya.
B : maksud kakak, bensinnya diisi 10 liter bukan 10 ribu rupiah
A : saya pikir mobil ini mau diisi bensin dengan harga Rp 10 ribu, kak…
B : grrrrrrrr….. 

Keterangan:
A : Doni
B : Dono
C : Tukang Isi Bensin

Begitulah ceritanya. Apakah anda mengerti dengan cerita tersebut? Atau sebaliknya? Jika anda peduli dengan cerita ini dan mau menanggapi atau mengirimkan komentar, silakan diisi link komentar yang ada di bawa tulisan ini. Terima kasih

May 02, 2008

Kota Pelajar atau Surga Hitam


Semua agama telah sepakat bahwa pelacuran atau prostitusi adalah terlarang dan bertentangan dengan agama. Tidak ada ajaran agama maupun adat-istiadat yang mengajarkan manusia untuk melacurkan dirinya, hanya sekadar memperturutkan hawa nafsunya sesaat. Pernyataan ini adalah aksioma (kebenaran) umum yang telah diterima secara baik oleh masyarakat.

Dilarangnya perbuatan zina (prostitusi) tentu ada sebab dan akibatnya. Ada suatu hikmah yang terkandung dari kebijakan Tuhan melarang perbuatan zina. Tuhan telah memperlihatkan kepada manusia betapa zina telah melahirkan suatu penyakit yang sangat ditakuti manusia, AIDS. Sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Belum lagi penyakit menular seksual seperti spilis atau gonorhea, dan masih banyak lagi yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh hubungan intim di luar nikah dan gonta-ganti pasangan.

Membaca uraian di atas, kita sangat menyesalkan keinginan sebagian kecil orang yang ingin melegalkan prostitusi. Ditinjau dari aspek sosiologis dan psikologis, kebijakan tersebut tidak popular. Dari dua aspek tersebut sudah tidak popular, bagaimana jika dari sudut agama? Itu artinya pemerintah berperilaku hipokrit atau menjilat ludah sendiri apabila mencabut peraturan daerah yang melarang prostitusi. Ketika masyarakat berusaha mewujudkan suasana agamis di bengkulu. Pemerintah justru ingin membuka pintu kerusakan tersebut kembali. Pertanyaannya, apa fungsi kebijakan jilbab untuk anak-anak sekolah/pelajar selama ini?

Hendaknya pemerintah tidak mencabut perda yang sudah ada. Jikalau perda itu mengalami kelemahan, ada baiknya yang perlu direvisi adalah pelaksana lapangan atau teknis yang berwenang. Apakah selama ini telah maksimal memberantas pelacuran? Atau bermain mata dengan germo? Diperlukan law enforcement dan political will pemerintah, karena pada dasarnya setiap konsep yang dibuat sudah bagus. Hanya saja, pelaksanaannya saja yang kurang atau setengah hati.

Apa yang sedang berkembang saat ini sangat ironis sekali dengan keinginan sebagian besar masyarakat. Di satu sisi masyarakat –yang diwakili organisasi Islam, kepemudaan, dan kewanitaan- berusaha untuk melarang legalisasi prostitusi. Di sisi lain ada sekelompok orang mencoba untuk melegalkan kembali kegiatan prostitusi dengan dalih ekonomi dan hak azazi manusia. Memang ini merupakan suatu kewajaran adanya perbedaan pendapat di antara dua kutub yang berbeda. Selain itu wajar saja jika ada yang memperjuangkan kebenaran dan kejahatan.

Namun, alangkah bijaksananya jika fitrah manusia dikembalikan seperti semula. Karena, pada dasarnya manusia dilahirnkan dalam keadaan putih bersih bak kertas. :kehidupan seorang anak ibarat selembar kertas yang padanya setiap orang yang melewatinya akan meninggalkan suatu kesan”, begitu pepatah cina mengatakan (Rose, 2003:337).
Lingkungan adalah faktor yang paling dominan menentukan perilaku seseorang. Sebuah teori psikologi perkembangan menyebutkan bahwa manusia dalam berperilaku dipengaruhi oleh tiga hal. Yaitu: stimulus, organisme, dan respon (disingkat: SOR). Seandainya pemerintah membuka kembali lokalisasi, itu artinya pemerintah telah melakukan stimulus kepada orang banyak untuk melakukan kejahatan seksual. Sama artinya pemerintah telah melakukan tindakan pidana. Untuk itu dirasa perlu dimintai pertanggungjawabannya oleh masyarakat, jika generasi muda terimbas oleh praktik asosial tersebut.

Dalih Keuntungan Ekonomi
Berbicara tentang keuntungan ekonomi akibat legalisasi prostitusi merupakan tema sentral yang sering dijadikan legitimasi oleh polcy maker. Namun pada praktiknya hal itu tidaklah tepat, melainkan sebaliknya. Di awal tulisan ini telah dikatakan, legalisasi prostitusi justru mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Bagaimana bisa pemerintah mengatakan lokalisasi WTS memberikan keuntungan untuk PAD, sedangkan pemerintah juga berjuang memberantas atau meminimalisir penyebaran AIDS?

Apakah pemerintah pernah memikirkan besarnya dana untuk menanggulangi virus HIV? Berapakah dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberikan pelatihan dan penyluhan kepada penghuni lokalisasi? Termasuk penyuluhan untuk generasi muda? Apakah sebanding keuntungan ekonomi dengan dampak moral yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut? Belum lagi kerusakan sistem dan struktur sosial yang diakibatkan oleh prostitusi. Seperti, anak-anak yang lahir tanpa bapak. Atau WTS yang terpaksa membunuh (lewat aborsi) janin yang sedang dikandungnya, hanya karena janin tersebut tidak diinginkan. Apakah ini yang dinamakan keuntungan ekonomis?

Kalau memang pemerintah berkemauan kuat untuk meningkatkan PAD, membina dan memberdayakan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan pertokoan merupakan langkah yang jitu. Di masa krisis ini, bukankah daya beli masyarakat turun? Otomatis mereka akan membeli sesuatu sesuai dengan pendapatan mereka. Peluang ini ditangkap oleh PKL. Akibatnya secara kuantitas PKL semakin menjamur, dan masyarakat pun tidak keberatan atau sungkan berbelanja dengan mereka. Menurut hemat penulis, PKL memiliki potensi besar bagi pembangungan bila dikelola dengan manajemen profesional. Bukan manajemen pungutan liar. Untuk lebih lanjut, belajar dengan Taiwan dan Korea Selatan merupakan keputusan berbobot.

Dalih Menghormati HAM
Ada juga menganggap legalisasi WTS adalah untuk menghormati hak azazi manusia. Namun ironisnya, ada suatu lembaga yang memperjuangkan undang-undang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan. Di satu sisi memperjuangkan hak-hak istri terhadap perlindungan dari kekerasan suami, tentu ini positif. Di sisi lain mereka juga memperjuangkan legalisasi prostitusi, yang justru bertentangan dengan hak-hak wanita untuk hidup lebih terhormat dan terhindar dari kekerasan seksual. Masyarakat akan bertanya-tanya, benarkah perjuangan mereka mengangkat hak-hak wanita benar-benar murni? Kita akan lebih setuju dengan gerakan mereka jika kedua-duanya harus diperjuangkan beriringan. Memperjuangkan undang-undang perlindungan terhadap wanita, termasuk di dalamnya berupa perlindungan terhadap pelecehan seksual berupa legalisasi prostitusi.

Wanita terhormat merupakan tiang negara yang menentukan baik buruknya bangsa ini. Jika anitanya mengalami kemunduran dari aspek moral, apa yang bisa kita harapkan untuk kemajuan bangsa. Wanita dengan perannya sebagai seorang istri dan ibu adalah mulia dalam pandangan setiap orang. Negara membutuhkan seorang ibu yang benar-benar bisa menjaga kehormatan dan harga dirinya, keluarga, dan bangsa.

Sangat disesalkan bila ada segelintir kalangan intelektual menyetujui legalisasi prostitusi. Adalah tidak pantas jika seorang intelektual atau ilmuwan membuat pernyataan seperti itu. Ini hanya kekhawatiran bila masyarakat menganggap kalangan intelektual tidak becus mendidik moral generasi bangsa (baca: mahasiswa)

Pembangunan Manusia
Pemerintah merupakan kumpulan orang-orang cerdas yang dipercaya dan diamanahi untuk mengelola daerah ini. Sudah semestinya pemerintah lebih mementingkan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. Untuk itu menyejahterakan WTS, germo, dan hidung belang lewat legalisasi prostitusi merupakan tindakan amoral dan tidak dibenarkan. Justru tindakan itu akan menjerumuskan mereka kepada perilaku asosial yang mengakibatkan berkembangnya patologi sosial dalam diri mereka.

Bila alasan ekonomi lebih diutamakan, kenapa pemerintah tidak memperhatikan pembangunan manusia yang selama ini terlupakan. Seharusnya pembangunan manusia merupakan langkah terbaik untuk memperbaiki ekonomi daerah Rafflesia. Sebaliknya, pemerintah disibukkan dengan pembangunan fisik, tetapi melupakan jati diri sorang manusia. Mencerdaskan rakyat merupakan langkah strategis dan taktis. Pendidikan adalah faktor subtansial untuk diperhatikan daripada sibuk debat kusir tentang legalisasi prostitusi. Berapa banyak uang yang mesti dihamburkan negara untuk legalisasi prostitusi? Atau diduga keras hanya menjadi ladang proyek pribadi atau sekelompok orang di pemerintahan?

Meningkatkan anggaran pendidikan adalah langkah kongkrit mengentaskan kebodohan. Kebodohan akan menyebabkan lahirnya kemiskinan yang berdampak terhadap kehidupan seseorang. Salah satu contohnya adalah maraknya profesi menjadi WTS. Hasil penelitian mengatakan, faktor utama yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan asusila adalah kemiskinan.

Berbicara mengenai pendidikan artinya membanguna indeks pembangunan manusia. Sudah saatnya pemerintah lebih memperhatikan aspek-aspek pembangunan manusia ketimbang legalisasi prostitusi. Banyak hal yang bisa dirahih pemerintah jika memperhatikan pembangunan manusia yang dimanifestasikan lewat program pendidikan. Pendidikan diharapkan menjadi solusi kritis untuk membangun bengkulu. Gagasan menjadikan bengkulu sebagai kota pelajar/pendidikan merupakan ide bagus yang perlu diwujudkan. Untuk hal itu, masyarakat manapun akan sangat mendukung kebijakan tersebut. Bersama-sama elemen masyarakat, mari kita jadikan Bengkulu Kota Pelajar Yang SEMARAK. “Ehm…bagaimana Bapak Walikota?”