May 06, 2008

Setengah Isi Setengah Kosong


Kalimat di atas muncul di benak saya ketika melihat diri saya tidak maksimal dalam menggeluti suatu pekerjaan atau bidang studi. Sewaktu kuliah saya ingin menjadi pengusaha sukses. Hal ini bkan hanya sebatas keinginan tetapi juga dibarengi dengan aksi. Mulailah saat semester awal saya berjualan atau memasarkan majalah-majalah, buku-buku, kaset-kaset, soevenir atau merchandise islami. Setiap hari, di kampus saya menawarkannya kepada teman-teman yang duduk di sekitar gedung kuliah bersama II. Waktu kosong di sela-sela kuliah saya manfaatkan untuk aksi. Awalnya saya malu-malu. Namun lama-kelamaan karena asyik mendapatkan uang, jadi gak malu lagi, alah bisa karena biasa. Hampir dua tahun saya bergelut di dunia bisnis.

Menginjak semester 4 saya tergoda untuk beraktivitas di organisasi mahasiswa. Saya pikir, dengan bergabung dengan mereka relasi saya semakin luas untuk ekspansi bisnis. Seiring berjalan waktu, perlahan tapi pasti, pikiran di awal tersebut berubah. Bisnis saya tinggalkan dan saya terjun total di dunia aktivis kampus sampai lupa waktu pulang dan makan (kecuali kalo makanannya enak, pasti gak akan lupa). Cukup lama saya beraktivitas di ormawa. Karena kecanduan berorganisasi, saya sampai lupa studi. Jadilah saya sekarang mendapat gelar S2 atau MA (Mahasiswa Abadi)…geleng-geleng kepala jika mengingat sepak terjang saya dulu.

Bored di ormawa, saya mencoba merambah dunia kepenulisan dan ingin menjadi penulis. Hal ini dimulai ketika duduk di semester enam. Ketika itu saya ditunjuk oleh pembantu dekan 3 untuk hadir pada pelatihan metode penulisan karya tulis ilmiah selama satu minggu di universitas (UNIB). Selama seminggu, saya dilatih dan digembleng untuk pandai menulis. Pelatihnya semua adalah doktor (S3) dan master (S2), termasuk dekan fisip sekarang. Saya juga tidak terlalu cemas atau canggung ketika mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan sejak dulu saya memang berniat dan berminat menjadi penulis (profesional).
Perlahan tapi pasti, saya mulai mengurangi aktivitas ormawa. Saya lebih banyak terlibat dalam praktek kepenulisan dan membentuk sebuah organisasi kepenulisan. Saya dan beberapa teman mendirikan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang tersebut. Namanya PENGEMBANGAN PENALARAN DAN PENELITIAN MAHASISWA (P3M). saat itu saya dipercaya oleh kawan-kawan untuk duduk sebagai seorang ketua umum. Saya pun menerima tugas berat tersebut, mengingat lembaga tersebut masih sangat baru dan sangat sulit untuk mengembangkannya. Tetapi saya yakin, suatu saat P3M akan berkembang dan menjadi lembaga penelitian mahasiswa yang bergengsi suatu saat nanti, waktu akan membuktikannya.

Sepak terjang saya di P3M lebih hebat lagi dibandingkan di ormawa lain. 2/3 tenaga dan pikiran saya dibaktikan untuk lembaga itu. Hampir tiap hari rapat pengurus dan dosen. Melobi dosen dan mempromosikan P3M. ruarrrrr biasaaaa…perjuangan memperkenalkan ke civitas akademika universitas bengkulu. So pasti banyak suka dukanya, guys!

Beberapa tulisan saya dimuat media massa lokal seperti Rakyat Bengkulu dan majalah remaja NEBTUNUS di Jakarta. Beberapa kali juga saya memenangi kompetisi tulisan lokal dan nasional. Lengkap sudah prestasi saya dari bawah sampai tingkat nasional. Lagi-lagi saya mengorbankan diri untuk kemajuan dunia tulis menulis. Jadilah saya bertambah lama dalam studi.

Tetapi setelah dipikirkan lagi, ternyata dunia tulis-menulis tidak dapat memberikan saya “kekayaan” yang banyak. Profesi seperti itu masih belum dihargai dan jauh dari kata kesejahteraan. Benar-benar tidak seimbang dengan jerih payah untuk membuat sebuah karya tulis. Sulit saya mempertahankan dunia tulis menulis, karena saya seorang manusia biasa dan membutuhkan uang juga agar tetap survive. Honor sebagai penulis benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan. Jangan pernah berpikir honor yang saya terima mampu mengganti semua jerih payah saya. Untuk biaya rental dan print-out saja, honor tersebut tidak cukup atau jauh dari memadai. Sungguh tragis, namun seperti itulah yang saya alami. Akhirnya, karena kondisi keuangan yang sangat kritis, saya akhirnya menyerah dan MENINGGALKAN PROFESI PENULIS!

Setelah “pensiun” dari menulis, saya mulai kembali menggeluti dunia wiraswasta namun untuk produk jasa. Jadilah saya bergabung dengan PT Asuransi Takaful Keluarga menjual produk-produk asuransi jiwa dan umum. Selama enam bulan dan hampir setahun saya bergabung dengan mereka. Lagi-lagi saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Akhirnya saya berhenti perlahan-lahan.

Kemudian saya mencoba berbisnis multi level marketing. Produk utama yang saya jual adalah kopi ginseng asli dari korea. Bergabung tidak terlalu lama, omzet penjualan saya meningkat dratis. Namun usaha yang saya lakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang saya dapatkan. Tetapi hal itu tidak langsung membuat saya berhenti. Saya mencoba bertahan dengan cara berinovasi dalam memasarkan produk kopi ginseng dan derivasinya. Mulailah saya melakukan pendekatan dengan keluarga dan saya ajak semua keluarga untuk bergabung. Alhamdulillah, semua saudara kandung, kecuali no. 1, bergabung dengan saya. Kemudian adik ibu (bucik) juga bergabung. Penjualan terbanyak saya berasal dari bucik yang tak lain adalah adik ibu sendiri, karena pemasarannya sampai ke bank bengkulu.

Lagi semangat berbisnis MLM, kantor pusat mengalami kekisruhan yang menyebabkan management dirombak total dan mengalami konflik. Konflik itu kemudian merembet ke berbagai cabang yang ada di indonesia. Semenjak itu cabang bengkulu mulai tidak bergairah. Saya juga menjadi terpengaruh dan secara perlahan dan pasti, saya mengundurkan diri dari bisnis ini.

Berhenti dari bisnis MLM, saya bingung menentukan profesi yang akan digeluti. Jadi penulis “gagal”. Bekerja sebagai pegawai swasta, “gagal” juga. Berwiraswasta nasibnya juga sama. Kuliah? Nah ini dia yang mesti diselesaikan. Walaupun rasa malas sudah menggelora untuk meninggalkan kuliah, namun saya tidak tega mengecewakan keluarga yang telah membiayai kuliah saya sejak awal. Maka dengan tekad yang bulat dan dipaksa-paksakan, akhirnya saya kuliah kembali setelah cuti sekian lama.

Mulai detik itu saya menyusun semua keperluan untuk kuliah kembali. Walaupun wajah ini sudah sangat malu untuk kuliah, namun saya tetap menguatkan diri untuk tetap menamatkan studi, apapun yang terjadi!

Dari pengalaman hidup yang saya ceritakan ini, saya ingin menghimbau pembaca. SELESAIKAN SATU MASALAH, BARU SELESAIKAN MASALAH YANG LAIN. Artinya, jika kita sedang kuliah, maka tetap fokus kuliah dan segera selesaikan. Kemudian, SETENGAH ISI DAN SETENGAH KOSONG. Artinya, jika ingin menggeluti suatu profesi, jangan setengah-setengah atau hangat-hangat tahi ayam. Berusahalah untuk menekuni profesi tersebut dan jangan lihat kanan-kiri dalam menekuninya. PAKAILAH KACAMATA KUDA, jangan mudah tergoda dengan profesi lain, yang mana kita tidak mempunyai keahliannya. Disiplinlah dalam bekerja. INGAT, semua pekerjaan jika dilakukan setengah-setengah, maka hasilnya juga setengah-setengah dan tidak optimal. Otomatis yang rugi adalah ANDA! Semoga bisa direnungi…

No comments: