May 12, 2008

WAK (yang badannya) BUNGKUK


Obras (obrolan sore) kita kali ini adalah seorang lelaki yang berjasa terhadap lingkunganya. Lelaki ini masih terhitung saudara jauh saya dan tinggal di rumah bibi (adiknya ibu saya). Kebetulan kami berdampingan tempat tinggal. Lelaki ini bernama asli Rusli tetapi lebih populer dengan nama Wak (paman) Bungkuk. Memang, lelaki yang akan saya ceritakan ini sejak kecil memiliki cacat di bagian dada. Bagian dadanya tidak tumbuh secara normal tetapi berkembang atau melebar ke depan dan belakang. Kecacatan tersebut menyebabkan pertumbuhan atau tinggi badan Wak Bungkuk tidak normal (lihat foto). Inilah sedikit deskripsi tentang Wak Bungkuk secara fisik.

Suatu sore, saya dan tetangga terlibat pembicaraan ringan. Biasalah, pembicaraan tentang politik, BBM yang bakal naik, pembangunan propinsi bengkulu, dan sebagainya. Tiba-tiba datanglah Wak Bungkuk dan bergabung dengan kami. Wak Bungkuk pun juga terlihat serius namun diselingi tawanya yang khas terlibat bicara. Kehadiran Wak Bungkuk di dalam pembicaraan kami semakin menambah semarak obrolan sore itu.

“tengoklah Wak Bungkuk ini, semenjak ada di tempat kita, seluruh jalan setapak jadi bagus dan terbebas dari ilalang tinggi yang menyeramkan. Dulu, kalo mau ke (kelurahan) Anggut, kita mesti hati-hati jika ingin melewati jalan setapak di belakang, takut dipatuk ular. Sekarang, kita tidak merasa was-was lagi jika melewati jalan itu.” Inilah sekelumit ucapan pak azwar (biasa dipanggil pak haji) tentang Wak Bungkuk. Mendengar dirinya dibicarakan oleh pak haji, Wak Bungkuk tersenyum tersipu-sipu, namu saya tidak melihat guratan wajah kesombongan walaupun dirinya baru saja dipuji.

Wak Bungkuk ini memang lelaki yang memiliki amal bakti yang banyak bagi warga kelurahan penurunan (Kota Bengkulu), khususnya yang tinggal di RT 10. saya anggap Wak Bungkuk adalah sosok pekerja keras yang melakukan apa saja tanpa dipungut bayaran. Seringkali Wak Bungkuk ini bekerja bukan diperintah atau disuruh-suruh. Wak Bungkuk bekerja berdasarkan inisiatifnya sendiri. Dan dia melakukan semua itu enjoy aja alias tanpa beban. Berkat amal baktinya itu, Wak Bungkuk jadi populer di penurunan. Akibat kepopulerannya itu, Wak Bungkuk sering dimintai untuk melakukan kebersihan dirumah tetangga dengan honor ala kadarnya seperti sebungkus rokok dan air minum (kopi). Namun Wak Bungkuk tidak mengeluh atau komplain dengan pemberian tersebut. Tidak tampak sedikitpun raut wajah kekecewaan atas pemberian tersebut. Walaupun tidak semua orang memberikan upah ala kadarnya, tetapi ada juga yang punya perasaan dan manusiawi.

Saya sendiri, jika punya uang atau sedikit rezeki, insyallah saya berikan ke Wak Bungkuk, walaupun nominalnya atau barangnya jauh dari kata sejahtera. Namun, Wak Bungkuk tetap menerimanya dengan lapangan dada dan mengucapkan terima kasih yang tulus. Beda sekali dengan ucapan terima kasih yang dilakukan oleh anggota dewan kita saat ini (ucapan terima kasih dewan memerlukan embel-embelnya alias duit).

Sampai saat ini, Wak Bungkuk masih membujang alias belum menikah. Ketika saya tanya,”berapa umur Wak sekarang?” selalu saja dijawab 40 tahun. Ketika saya tanya,”tanggal berapa Wak Bungkuk lahir?” jawabannya simpel aja, tidak tahu! Saya tidak mengerti dengan Wak Bungkuk ini, kenapa tidak mau menikah. Apakah memang tidak ada yang suka dengannya karena fisiknya yang cacat? Atau Wak Bungkuk tidak perduli dengan urusan tersebut? Entahlah, setahu saya, belum pernah saya mendengar ada keinginan Wak Bungkuk ingin menikah! Bukan berarti Wak Bungkuk seorang abnormal atau homoseksual. Tetapi seperti itulah adanya. Hari-harinya disibukkan dengan bekerja membersihkan lingkungan dan membaguskan jalanan setapak serta membersihkan rumput yang meninggi.

Melihat kerja keras Wak Bungkuk tanpa pamrih tersebut, saya sempat berpikir untuk membuat sebuah acara penganugrahan atau award bagi dia. Sebuah award yang menjadi pengakuan para tetangga atas amal baktinya terhadap lingkungan sekitarnya. Sampai saat ini saya belum melihat inisiatif dari para tetangga untuk melaksanakannya. Padahal Wak Bungkuk sangat berjasa terhadap mereka. Atau mesti saya yang memprakarsainya?wallahu’alam. yang jelas, Wak Bungkuk wajar dan perlu mendapatkan penghargaan untuk amal baktinya itu, seperti penghargaan KALPATARU!

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari contoh di atas? Banyak sekali, kawan! Sosok Wak Bungkuk dan sifatnya itu perlu sekali dicontoh oleh para pemimpin nasional dan daerah. Para pemimpin yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan para pengusaha, apapun jenis usaha dan skalanya. Orang-orang seperti Wak Bungkuk masih tetap ada sepanjang zaman dan tak pernah hilang. Masalahnya, orang-orang seperti itu jarang sekali terekspos karena mereka bukan selebritis atau pejabat publik. Masalah lainnya, kita jarang bisa mengambil hikmah dari sikap dan perilaku orang “bawah” seperti Wak Bungkuk. Kita kadangkala merasa gengsi atau cenderung sombong karena kedudukan dan harta kekayaan yang kita miliki. Kita menganggap diri kita terhormat dengan wajah cantik/tampan, berpendidikan tinggi, kuliah di kampus elit dan negeri, pakaian bagus dan mahal, orang tua yang berkedudukan tinggi dan mempunyai harta banyak, dan sebagainya. Semua itu menjadi belenggu bagi kita untuk bekerja tanpa pamrih. Uang selalu menjadi ukuran dari pekejaan kita. Jarang sekali kita berpikir bahwa uang hanyalah salah satu penghargaan dan konsekuensi logis dari usaha yang kita lakukan. Uang itu intinya akan datang sendiri jika kita ikhlas!

Wak Bungkuk…engkau memang tidak tampan seperti brad pitt, engkau tidak kaya seperti bill gates atau warren buffet, engkau memang tidak mempunyai jabatan seperti presiden SBY, engkau bukan pengusaha sukses seperti yusuf kalla, dan engkau memang bukan selebritis seperti eko patrio, namun engkau adalah sosok yang dibutuhkan negara ini agar bisa sejahtera dan menjadi bangsa yang kokoh dan kuat! Terima kasih wak bungkuk, engkau telah memberikan kami satu lagi contoh teladan untuk menjadi manusia seutuhnya…

No comments: