Showing posts with label Humaniora. Show all posts
Showing posts with label Humaniora. Show all posts
April 05, 2012
AKIBAT NILA SETITIK, RUSAK SUSU SEBELANGA
“ akhirnyo, Agusrin dipenjaro jugo!” inilah salah satu ungkapan lisan mayoritas masyarakat Bengkulu menanggapi pengembaraan kasus hukum yang melibatkan gubernur Bengkulu non aktif. Walaupun ungkapan tersebut tidak tercantum di media massa local maupun nasional, tetapi itulah aksioma hukum yang tak terbantahkan. Merekalah masyarakat yang kontra terhadap bapak Agusrin M. Najamuddin.
“ ambo idak setuju Agusrin dipenjaro, cak padek nian jaksa tu!” bisa jadi inilah salah satu keluhan dari masyarakat pro Agusrin. Mereka adalah sanak atau kerabat dekat Agusrin atau orang-orang yang sudah mendapatkan manfaat yang banyak sejak Agusrin menjadi Gubernur Bengkulu.
Hari ini (5/4), kedua belah pihak tersebut akan menggelar aksi demonstrasi terhadap kejaksaan tinggi. Dua golongan yang berbeda tersebut berjanji untuk memobilisir massa sebanyak-banyaknya untuk mengintervensi atau menekan pihak kejaksaan. Motifnya pun berbeda-beda. Di satu pihak mendukung agar Agusrin secepatnya dijebloskan ke penjara di Bengkulu. sedangkan pihak lain atau yang pro Agusrin menginginkan Agusrin dibebaskan. Jikalau sulit untuk dibebaskan dari semua tuntutan hukum, mereka meminta Agusrin dieksekusi ke Jakarta.
Parapihak akan melakukan aksi demontrasi besar-besaran di kejaksaan tinggi. Mereka ingin memainkan opini publik dengan berbagai slogan dan jargon. Peranan media massa cetak dan elektronik sangat berperan memprovokasi emosional publik. Apalagi kasus hukum yang menimpa Agusrin sudah menjadi konsumsi nasional. Setelah nama Bengkulu terangkat lewat bencana gempa bumi tahun 2000 dan 2007, sekarang hal itu terulang kembali namun dengan “brand” yang berbeda.
Siapakah yang akan memenangi perang opini tersebut??? Disinilah letak pertaruhan citra media massa yang ada di Bengkulu. sikap dan tindakan netral maupun independen menjadi kebutuhan absolut dalam setiap pemberitaan. Walaupun hal itu bersifat relatife, namun kita berharap media massa lebih professional dan proporsional dalam melakukan pemberitaan. Jangan sampai pemberitaan menjadi unbalance dan justru memperkeruh suasana. Sehingga menimbulkan konflik horizontal yang berakibat anarkhisme.
Kita mempersilahkan setiap kubu melakukan demontrasi terkait kasus hukum yang menimpa Agusrin. Tetapi kita berharap aksi kedua kubu tetap dalam koridor hukum atau tidak merusak fasilitas umum atau bentrok. Untuk itu pihak kepolisian diharapkan bertindak cepat, sigap, dan tanggap. Sanksi tegas terhadap demonstran yang brutal merupakan tindakan yang tepat. Selain itu pihak intelejen juga harus bisa menjaga kondusifitas kota Bengkulu dengan data yang akurat dan valid.
Kami sebagai masyarakat Bengkulu hanya bisa berdoa semoga aksi yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan apalagi korban jiwa. Walaupun kami ada yang setuju dan tidak setuju, namun keamanan dan ketentraman lebih diutamakan. Silahkan melakukan aksi demonstrasi, tetapi lakukanlah dengan cerdas dan santun. Kami yakin, parapihak lebih mementingkan ketertiban dan ketentraman kota Bengkulu dan sekitarnya. Sehingga provokator yang menginginkan aksi chaos dan brutral menjadi frustasi karena demonstran lebih arif dan bijaksana untuk menyampaikan aspirasinya. Semoga judul diatas tidak terjadi di kota Bengkulu dan sekitarnya, amin.
May 03, 2008
Persaudaraan Itu Indah
.jpg)
Saya berharap ada yang tersentuh setelah membaca cerita “kecil” ini. Terutama untuk SESEORANG yang jauh di sana. SESEORANG yang pernah diminta oleh ibunya untuk dibelikan Televisi baru. Namun, SESEORANG itu tidak dapat memenuhinya dengan berbagai alasan. Padahal SESEORANG itu sangat mampu untuk membelinya. Semoga SESEORANG itu sadar bahwa permintaan ibunya tidak sebanding dengan kasih sayang yang pernah diberikan oleh Ibunya! Ingat, Kasih Ibu Sepanjang Hidup, Kasih Anak Sepanjang Galah…
Hari ini saya bahagia sekali. Anda tahu, apa yang membuat saya bahagia? Saya yakin anda tidak akan tahu. Baiklah saya akan mengatakannya kepada anda. SSStttt, hari ini saya mendapatkan sebuah kejutan berupa lemari untuk menyimpan koleksi buku saya. Lemarinya buatan olympic dan warnanya hijau tua dan coklat muda. Lemarinya tinggi tapi ramping. Lemarinya mempunyai kaca di pintu sehingga jika diletakan buku di dalamnya, akan kelihatan. Anda tahu siapa yang memberikan lemari itu? Ibuku
Ternyata ibuku mendukung sekali profesiku untuk menjadi penulis. Lemari tersebut adalah buktinya. Ibuku tidak ingin melihat koleksi bukuku hancur dimakan oleh rayap, sehingga ia terdorong untuk membeli lemari itu. Ibuku tidak ingin melihat satu meja ditumpuki oleh buku-buku yang tebal dan tipis serta 1 unit komputer multimedia (minimalis).
Aku pun bertanya kepada ibu, “dalam rangka apa ibu membeli lemari ini?”
Ibuku menjawab,” inikan permintaan kamu sendiri dari dulu, namun ibu belum bisa membelinya. Kebetulan ibu mendapat rezeki, ya udah ibu beliin aja lemari ini buat kamu. Apalagi ibu tidak mau liat buku-bukumu berantakan seperti itu.”
“oh ya, aku baru ingat kalo pernah minta dibeliin lemari untuk buku.”
“bagaimana caranya endi membalas kebaikan ibu?”
“pantas dong kalo ibu minta dicium sebagai balasannya…”
“oche, aku cium pipi ibu!” aku pun langsung mencium kedua pipi ibuku yang mulai menunjukkan kerutan akibat dimakan usia. Kami berdua tertawa dan aku tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepadanya.
Aku benar-benar tidak menyangka jika ibu masih ingat dengan permohonan aku. Padahal aku sudah lupa karena permohonan itu sudah sangat lama sekali. Oh ibu, mudah-mudahan engkau menjadi hamba Allah yang akan menghuni surga-Nya bersama-sama ayah dan kami, anak-anakmu ini, Amin!
Ibu dan Lemari Buku
Saya berharap ada yang tersentuh setelah membaca cerita “kecil” ini. Terutama untuk SESEORANG yang jauh di sana. SESEORANG yang pernah diminta oleh ibunya untuk dibelikan Televisi baru. Namun, SESEORANG itu tidak dapat memenuhinya dengan berbagai alasan. Padahal SESEORANG itu sangat mampu untuk membelinya. Semoga SESEORANG itu sadar bahwa permintaan ibunya tidak sebanding dengan kasih sayang yang pernah diberikan oleh Ibunya! Ingat, Kasih Ibu Sepanjang Hidup, Kasih Anak Sepanjang Galah…
Hari ini saya bahagia sekali. Anda tahu, apa yang membuat saya bahagia? Saya yakin anda tidak akan tahu. Baiklah saya akan mengatakannya kepada anda. SSStttt, hari ini saya mendapatkan sebuah kejutan berupa lemari untuk menyimpan koleksi buku saya. Lemarinya buatan olympic dan warnanya hijau tua dan coklat muda. Lemarinya tinggi tapi ramping. Lemarinya mempunyai kaca di pintu sehingga jika diletakan buku di dalamnya, akan kelihatan. Anda tahu siapa yang memberikan lemari itu? Ibuku
Ternyata ibuku mendukung sekali profesiku untuk menjadi penulis. Lemari tersebut adalah buktinya. Ibuku tidak ingin melihat koleksi bukuku hancur dimakan oleh rayap, sehingga ia terdorong untuk membeli lemari itu. Ibuku tidak ingin melihat satu meja ditumpuki oleh buku-buku yang tebal dan tipis serta 1 unit komputer multimedia (minimalis).
Aku pun bertanya kepada ibu, “dalam rangka apa ibu membeli lemari ini?”
Ibuku menjawab,” inikan permintaan kamu sendiri dari dulu, namun ibu belum bisa membelinya. Kebetulan ibu mendapat rezeki, ya udah ibu beliin aja lemari ini buat kamu. Apalagi ibu tidak mau liat buku-bukumu berantakan seperti itu.”
“oh ya, aku baru ingat kalo pernah minta dibeliin lemari untuk buku.”
“bagaimana caranya endi membalas kebaikan ibu?”
“pantas dong kalo ibu minta dicium sebagai balasannya…”
“oche, aku cium pipi ibu!” aku pun langsung mencium kedua pipi ibuku yang mulai menunjukkan kerutan akibat dimakan usia. Kami berdua tertawa dan aku tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepadanya.
Aku benar-benar tidak menyangka jika ibu masih ingat dengan permohonan aku. Padahal aku sudah lupa karena permohonan itu sudah sangat lama sekali. Oh ibu, mudah-mudahan engkau menjadi hamba Allah yang akan menghuni surga-Nya bersama-sama ayah dan kami, anak-anakmu ini, Amin!
10 ribu ato 10 liter
Diharapkan tidak ada yang marah setelah membaca cerita ini.
Alkisah ada dua orang lelaki yang sedang berada di sebuah SPBU. Mereka berdua datang kesana untuk mengisi bensin mobil. Sesampai di tempat pengisian bensin, kedua lelaki tersebut turun, kemudian terjadilah sebuah percakapan
A : berapa liter isi bensin, kak?
B : 10 aja
B : loh koq sedikit sekali, 20 aja yach.
C : jadi, tangki mobilnya mau diisi berapa liter pak?
B : 20 kebanyakan, 10 aja udah cukup koq
A : santai aja kak. Tolong bensinnya diisi 20 ribu rupiah, ya.
B : maksud kakak, bensinnya diisi 10 liter bukan 10 ribu rupiah
A : saya pikir mobil ini mau diisi bensin dengan harga Rp 10 ribu, kak…
B : grrrrrrrr…..
Keterangan:
A : Doni
B : Dono
C : Tukang Isi Bensin
Begitulah ceritanya. Apakah anda mengerti dengan cerita tersebut? Atau sebaliknya? Jika anda peduli dengan cerita ini dan mau menanggapi atau mengirimkan komentar, silakan diisi link komentar yang ada di bawa tulisan ini. Terima kasih
Alkisah ada dua orang lelaki yang sedang berada di sebuah SPBU. Mereka berdua datang kesana untuk mengisi bensin mobil. Sesampai di tempat pengisian bensin, kedua lelaki tersebut turun, kemudian terjadilah sebuah percakapan
A : berapa liter isi bensin, kak?
B : 10 aja
B : loh koq sedikit sekali, 20 aja yach.
C : jadi, tangki mobilnya mau diisi berapa liter pak?
B : 20 kebanyakan, 10 aja udah cukup koq
A : santai aja kak. Tolong bensinnya diisi 20 ribu rupiah, ya.
B : maksud kakak, bensinnya diisi 10 liter bukan 10 ribu rupiah
A : saya pikir mobil ini mau diisi bensin dengan harga Rp 10 ribu, kak…
B : grrrrrrrr…..
Keterangan:
A : Doni
B : Dono
C : Tukang Isi Bensin
Begitulah ceritanya. Apakah anda mengerti dengan cerita tersebut? Atau sebaliknya? Jika anda peduli dengan cerita ini dan mau menanggapi atau mengirimkan komentar, silakan diisi link komentar yang ada di bawa tulisan ini. Terima kasih
April 26, 2008
FENOMENA SUICIDE DAN PENYEBABNYA
Santrock (1999:545) mengemukan penyebab utama kematian para remaja di Amerika Serikat. Menurutnya, ada 3 poin penting yang menjadi penyebab kematian remaja, yaitu: (1) kecelakaan kendaraan bermotor; (2) bunuh diri; dan (3) pembunuhan. Walaupun data tersebut diambil dari Amerika Serikat, maknanya hal tersebut juga terjadi di Indonesia, khususnya Bengkulu dan sekitarnya.
Kasus-kasus bunuh diri menunjukkan tren peningkatan dalam skala kecil. Namun, faktor pemahaman tentang agama yang rendah dan keadaan ekonomi yang sulit, kasus bunuh diri dapat saja mengalami tren yang meningkat. Secara umum seseorang yang melakukan bunuh diri adalah jalan pintas untuk menyelesaikan masalah hidup yang dialaminya.
Berita tentang bunuh diri sepasang remaja dan seorang mahasiswa adalah contoh terbaru, betapa rapuhnya jiwa mereka dalam mengahadapi masalah. Hanya gara-gara pihak keluarga tidak merestui hubungan cinta mereka. Seharusnya, jika masalah itu dibicarakan baik-baik, tentu saja ada jalan keluarnya. Menurut Durkheim (Suicide:1897), perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh sepasang remaja tadi dikategorikan sebagai kelompok egoistic suicide. Egoistik suicide ini terjadi karena individu tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat Mengapa hal itu sampai terjadi kepada mereka?
Bunuh diri terjadi dapat disebabkan banyak faktor. Salah satu faktornya ditinjau dari aspek psikologis. Faktor psikologis tersebut adalah depresi, perasaan putus asa, harga diri yang rendah, dan sikap menyalahkan diri sendiri (Santrock:1999). Keempat faktor tersebut mendominasi latar belakang remaja melakukan bunuh diri atau suicide.
Tuhan telah berfirman sesungguhnya masalah yang kita hadapi tidak akan pernah melebihi kemampuan kita untuk menyelesaikan menyelesaikan masalah tersebut. Artinya masalah yang kita hadapi masih mampu kita selesaikan dan Tuhan Maha Mengetahui tentang kondisi rohani dan jasmani kita. Selain itu Tuhan juga memberikan lebih banyak kemudahan dibandingkan kesulitan. Setiap satu kesulitan atau permasalahan yang kita hadapi, pasti ada dua solusi yang ada bagi kita.. jika ada dua masalah, maka ada empat solusi, dan seterusnya. Informasi ini dipahami dan direnungi oleh kita semua. Informasi ini bukan kutipan hasil penelitian ilmiah, melainkan kutipan yang berasal dari wahyu Tuhan.
Rasulullah SAW di dalam hadisnya mengatakan bahwa jika kita berpegang teguh pada Kitab Suci dan Hadis, maka manusia akan menemukan solusi kehidupan yang sesuai. Pertanyaannya adalah sudahkah kita mengetahui informasi tersebut? Jika sudah, apakah kita telah melaksanakannya?
Jika melihat fakta yang terjadi akhir-akhir ini, dapat disimpulkan informasi tersebut belum banyak diketahui dan kalaupun sudah, bisa jadi belum dipahami serta dipraktekkan. Belajar mengenai moral dan spiritual tidak hanya sebatas tahu dan didiskusikan. Namun harus dilatih pada kehidupan nyata yang kita hadapi atau menjalaninya saat ini. Melatih kecerdasan spiritual dan moralitas tidak akan pernah cukup dengan pelatihan sumberdaya manusia yang banyak ditawarkan saat ini. Pelatihan SDM hanyalah stimulus awal dari sekian banyak teknik penyadaran nilai-nilai spiritual dan moralitas.
Pelatihan atau training yang sesungguhnya adalah yang sering kita hadapi di keluarga (rumah), teman sebaya dan guru/dosen (sekolah/universitas), teman sekerja (kantor), dan lingkungan di sekitar rumah tempat tinggal (tetangga). Itulah pelatihan yang sesungguhnya yang harus kita lakukan. Wajar saja jika kita jatuh-bangun menghadapi problema kehidupan yang bergerak dinamis. Itu semua adalah proses yang membuat kita terus belajar. Ingat, manusia itu adalah makhluk pembelajar. Maksudnya, manusia senantiasa mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Mengambil ibroh dari kehidupan disekeliling kita, membuat kita selalu carefully dan dewasa dalam memutuskan sesuatu perkara. Sesungguhnya pengalaman adalah guru yang terbaik. Sedangkan kegagalan adalah teman yang harus dirangkul bukan dijauhi.
Apa yang menimpa korban bunuh diri idealnya menjadi pelajaran bagi orang tua dan masyarakat. Bunuh diri bukanlah masalah sepele. Kita mengetahui bunuh diri adalah perilaku yang tidak disukai oleh Tuhan dan pelakunya mendapatkan azab yang pedih. Azab yang diterima pelaku bunuh diri disebabkan kufur nikmat terhadap anugrah kehidupan yang diberikan Tuhan. Bunuh diri sangat disukai oleh setan, karena ia mendapatkan teman di neraka nanti. Sungguh kenyataan yang tragis. Jadi jangan pernah memikirkan untuk bunuh diri, apalagi melakukannya!
Memikirkannya saja kita sudah dilarang keras, apalagi kalau melakukannya. Perlu dicamkan oleh setiap orang bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Seperti tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Itu merupakan ketentuan yang maha kuasa.
Setiap permasalahan yang kita hadapi harus diceritakan atau dibagikan dengan orang lain. Istilah kerenya yang sering kita dengar adalah mencurahkan isi hati atau curhat. Masalah yang kita hadapi jangan dipendam saja. Justru jika masalah itu disimpan terus-menerus, bisa menyebabkan gangguan mental dan mengalami depresi yang akut. Orang yang menderita depresi cenderung lebih besar untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Sebagai panduan bagi orang tua dan masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala orang yang mengalami depresi. Gejala-gejala dari depresi itu sendiri antara lain: (1) suasana hati yang tertekan atau mudah marah sepanjang hari; (2) minat yang menurun terhadap aktivitas yang menyenangkan; (3) perubahan berat badan atau kegagalan meningkatkan berat badan yang diperlukan pada masa remaja; (4) masalah tidur; (5) gangguan atau kemunduran psikomotor; (6) rasa lelah atau hilang energi; (7) perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang sangat berlebihan; (8) konsentrasi dan kemampuan pengambilan keputusan menurun; dan (9) munculnya gagasan-gagasan yang berkaitan dengan bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau rencana untuk melakukan bunuh diri (Santrock:1999).
Hal ini disebabkan antara pikiran dan jiwa tidak sinkron, maka terjadilah yang namanya halusinasi dan paranoia. Dengan menceritakan masalah yang kita hadapi membuat hati menjadi tenang karena ditanggapi oleh orang.
Tanggapan itu sendiri adalah solusi yang akan membantu kita keluar dari masalah yang ada. Itulah gunanya orang tua, sahabat, istri/suami, dan saudara, serta psikolog dan psikiater. Psikolog itu tugas utamanya bukan hanya mengukur kecerdasan, melainkan menjadi problem solver. Selain psikolog ada juga pekerja sosial dan para ustadz. Orang-orang yang berprofesi seperti itu memang ditugaskan sebagai problem solver karena mereka mempunyai pengetahuan atau ilmu tentang jiwa manusia dan gejolaknya. Perlu diingat, manusia itu bukan individual tetapi makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tolong-menolong.
Kunci dari itu semua adalah kita harus mempercayai mereka bahwa mereka pantas mengetahui masalah yang kita hadapi dan mereka mampu menjadi part of solution. Terlepas mujarab atau tidak solusinya, yang terpenting kita telah berusaha dan akan terus berusaha. Ikhtiar merupakan tanggung jawab manusia, sedangkan keputusan yang terbaik adalah milik Tuhan. Jadi, jangan pernah berlari dari masalah, tetapi hadapi dan selesaikan. Semoga sukses!
Kasus-kasus bunuh diri menunjukkan tren peningkatan dalam skala kecil. Namun, faktor pemahaman tentang agama yang rendah dan keadaan ekonomi yang sulit, kasus bunuh diri dapat saja mengalami tren yang meningkat. Secara umum seseorang yang melakukan bunuh diri adalah jalan pintas untuk menyelesaikan masalah hidup yang dialaminya.
Berita tentang bunuh diri sepasang remaja dan seorang mahasiswa adalah contoh terbaru, betapa rapuhnya jiwa mereka dalam mengahadapi masalah. Hanya gara-gara pihak keluarga tidak merestui hubungan cinta mereka. Seharusnya, jika masalah itu dibicarakan baik-baik, tentu saja ada jalan keluarnya. Menurut Durkheim (Suicide:1897), perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh sepasang remaja tadi dikategorikan sebagai kelompok egoistic suicide. Egoistik suicide ini terjadi karena individu tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat Mengapa hal itu sampai terjadi kepada mereka?
Bunuh diri terjadi dapat disebabkan banyak faktor. Salah satu faktornya ditinjau dari aspek psikologis. Faktor psikologis tersebut adalah depresi, perasaan putus asa, harga diri yang rendah, dan sikap menyalahkan diri sendiri (Santrock:1999). Keempat faktor tersebut mendominasi latar belakang remaja melakukan bunuh diri atau suicide.
Tuhan telah berfirman sesungguhnya masalah yang kita hadapi tidak akan pernah melebihi kemampuan kita untuk menyelesaikan menyelesaikan masalah tersebut. Artinya masalah yang kita hadapi masih mampu kita selesaikan dan Tuhan Maha Mengetahui tentang kondisi rohani dan jasmani kita. Selain itu Tuhan juga memberikan lebih banyak kemudahan dibandingkan kesulitan. Setiap satu kesulitan atau permasalahan yang kita hadapi, pasti ada dua solusi yang ada bagi kita.. jika ada dua masalah, maka ada empat solusi, dan seterusnya. Informasi ini dipahami dan direnungi oleh kita semua. Informasi ini bukan kutipan hasil penelitian ilmiah, melainkan kutipan yang berasal dari wahyu Tuhan.
Rasulullah SAW di dalam hadisnya mengatakan bahwa jika kita berpegang teguh pada Kitab Suci dan Hadis, maka manusia akan menemukan solusi kehidupan yang sesuai. Pertanyaannya adalah sudahkah kita mengetahui informasi tersebut? Jika sudah, apakah kita telah melaksanakannya?
Jika melihat fakta yang terjadi akhir-akhir ini, dapat disimpulkan informasi tersebut belum banyak diketahui dan kalaupun sudah, bisa jadi belum dipahami serta dipraktekkan. Belajar mengenai moral dan spiritual tidak hanya sebatas tahu dan didiskusikan. Namun harus dilatih pada kehidupan nyata yang kita hadapi atau menjalaninya saat ini. Melatih kecerdasan spiritual dan moralitas tidak akan pernah cukup dengan pelatihan sumberdaya manusia yang banyak ditawarkan saat ini. Pelatihan SDM hanyalah stimulus awal dari sekian banyak teknik penyadaran nilai-nilai spiritual dan moralitas.
Pelatihan atau training yang sesungguhnya adalah yang sering kita hadapi di keluarga (rumah), teman sebaya dan guru/dosen (sekolah/universitas), teman sekerja (kantor), dan lingkungan di sekitar rumah tempat tinggal (tetangga). Itulah pelatihan yang sesungguhnya yang harus kita lakukan. Wajar saja jika kita jatuh-bangun menghadapi problema kehidupan yang bergerak dinamis. Itu semua adalah proses yang membuat kita terus belajar. Ingat, manusia itu adalah makhluk pembelajar. Maksudnya, manusia senantiasa mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Mengambil ibroh dari kehidupan disekeliling kita, membuat kita selalu carefully dan dewasa dalam memutuskan sesuatu perkara. Sesungguhnya pengalaman adalah guru yang terbaik. Sedangkan kegagalan adalah teman yang harus dirangkul bukan dijauhi.
Apa yang menimpa korban bunuh diri idealnya menjadi pelajaran bagi orang tua dan masyarakat. Bunuh diri bukanlah masalah sepele. Kita mengetahui bunuh diri adalah perilaku yang tidak disukai oleh Tuhan dan pelakunya mendapatkan azab yang pedih. Azab yang diterima pelaku bunuh diri disebabkan kufur nikmat terhadap anugrah kehidupan yang diberikan Tuhan. Bunuh diri sangat disukai oleh setan, karena ia mendapatkan teman di neraka nanti. Sungguh kenyataan yang tragis. Jadi jangan pernah memikirkan untuk bunuh diri, apalagi melakukannya!
Memikirkannya saja kita sudah dilarang keras, apalagi kalau melakukannya. Perlu dicamkan oleh setiap orang bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Seperti tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Itu merupakan ketentuan yang maha kuasa.
Setiap permasalahan yang kita hadapi harus diceritakan atau dibagikan dengan orang lain. Istilah kerenya yang sering kita dengar adalah mencurahkan isi hati atau curhat. Masalah yang kita hadapi jangan dipendam saja. Justru jika masalah itu disimpan terus-menerus, bisa menyebabkan gangguan mental dan mengalami depresi yang akut. Orang yang menderita depresi cenderung lebih besar untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Sebagai panduan bagi orang tua dan masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala orang yang mengalami depresi. Gejala-gejala dari depresi itu sendiri antara lain: (1) suasana hati yang tertekan atau mudah marah sepanjang hari; (2) minat yang menurun terhadap aktivitas yang menyenangkan; (3) perubahan berat badan atau kegagalan meningkatkan berat badan yang diperlukan pada masa remaja; (4) masalah tidur; (5) gangguan atau kemunduran psikomotor; (6) rasa lelah atau hilang energi; (7) perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang sangat berlebihan; (8) konsentrasi dan kemampuan pengambilan keputusan menurun; dan (9) munculnya gagasan-gagasan yang berkaitan dengan bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau rencana untuk melakukan bunuh diri (Santrock:1999).
Hal ini disebabkan antara pikiran dan jiwa tidak sinkron, maka terjadilah yang namanya halusinasi dan paranoia. Dengan menceritakan masalah yang kita hadapi membuat hati menjadi tenang karena ditanggapi oleh orang.
Tanggapan itu sendiri adalah solusi yang akan membantu kita keluar dari masalah yang ada. Itulah gunanya orang tua, sahabat, istri/suami, dan saudara, serta psikolog dan psikiater. Psikolog itu tugas utamanya bukan hanya mengukur kecerdasan, melainkan menjadi problem solver. Selain psikolog ada juga pekerja sosial dan para ustadz. Orang-orang yang berprofesi seperti itu memang ditugaskan sebagai problem solver karena mereka mempunyai pengetahuan atau ilmu tentang jiwa manusia dan gejolaknya. Perlu diingat, manusia itu bukan individual tetapi makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tolong-menolong.
Kunci dari itu semua adalah kita harus mempercayai mereka bahwa mereka pantas mengetahui masalah yang kita hadapi dan mereka mampu menjadi part of solution. Terlepas mujarab atau tidak solusinya, yang terpenting kita telah berusaha dan akan terus berusaha. Ikhtiar merupakan tanggung jawab manusia, sedangkan keputusan yang terbaik adalah milik Tuhan. Jadi, jangan pernah berlari dari masalah, tetapi hadapi dan selesaikan. Semoga sukses!
Subscribe to:
Posts (Atom)