April 26, 2008

FENOMENA SUICIDE DAN PENYEBABNYA

Santrock (1999:545) mengemukan penyebab utama kematian para remaja di Amerika Serikat. Menurutnya, ada 3 poin penting yang menjadi penyebab kematian remaja, yaitu: (1) kecelakaan kendaraan bermotor; (2) bunuh diri; dan (3) pembunuhan. Walaupun data tersebut diambil dari Amerika Serikat, maknanya hal tersebut juga terjadi di Indonesia, khususnya Bengkulu dan sekitarnya.

Kasus-kasus bunuh diri menunjukkan tren peningkatan dalam skala kecil. Namun, faktor pemahaman tentang agama yang rendah dan keadaan ekonomi yang sulit, kasus bunuh diri dapat saja mengalami tren yang meningkat. Secara umum seseorang yang melakukan bunuh diri adalah jalan pintas untuk menyelesaikan masalah hidup yang dialaminya.

Berita tentang bunuh diri sepasang remaja dan seorang mahasiswa adalah contoh terbaru, betapa rapuhnya jiwa mereka dalam mengahadapi masalah. Hanya gara-gara pihak keluarga tidak merestui hubungan cinta mereka. Seharusnya, jika masalah itu dibicarakan baik-baik, tentu saja ada jalan keluarnya. Menurut Durkheim (Suicide:1897), perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh sepasang remaja tadi dikategorikan sebagai kelompok egoistic suicide. Egoistik suicide ini terjadi karena individu tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat Mengapa hal itu sampai terjadi kepada mereka?

Bunuh diri terjadi dapat disebabkan banyak faktor. Salah satu faktornya ditinjau dari aspek psikologis. Faktor psikologis tersebut adalah depresi, perasaan putus asa, harga diri yang rendah, dan sikap menyalahkan diri sendiri (Santrock:1999). Keempat faktor tersebut mendominasi latar belakang remaja melakukan bunuh diri atau suicide.

Tuhan telah berfirman sesungguhnya masalah yang kita hadapi tidak akan pernah melebihi kemampuan kita untuk menyelesaikan menyelesaikan masalah tersebut. Artinya masalah yang kita hadapi masih mampu kita selesaikan dan Tuhan Maha Mengetahui tentang kondisi rohani dan jasmani kita. Selain itu Tuhan juga memberikan lebih banyak kemudahan dibandingkan kesulitan. Setiap satu kesulitan atau permasalahan yang kita hadapi, pasti ada dua solusi yang ada bagi kita.. jika ada dua masalah, maka ada empat solusi, dan seterusnya. Informasi ini dipahami dan direnungi oleh kita semua. Informasi ini bukan kutipan hasil penelitian ilmiah, melainkan kutipan yang berasal dari wahyu Tuhan.

Rasulullah SAW di dalam hadisnya mengatakan bahwa jika kita berpegang teguh pada Kitab Suci dan Hadis, maka manusia akan menemukan solusi kehidupan yang sesuai. Pertanyaannya adalah sudahkah kita mengetahui informasi tersebut? Jika sudah, apakah kita telah melaksanakannya?

Jika melihat fakta yang terjadi akhir-akhir ini, dapat disimpulkan informasi tersebut belum banyak diketahui dan kalaupun sudah, bisa jadi belum dipahami serta dipraktekkan. Belajar mengenai moral dan spiritual tidak hanya sebatas tahu dan didiskusikan. Namun harus dilatih pada kehidupan nyata yang kita hadapi atau menjalaninya saat ini. Melatih kecerdasan spiritual dan moralitas tidak akan pernah cukup dengan pelatihan sumberdaya manusia yang banyak ditawarkan saat ini. Pelatihan SDM hanyalah stimulus awal dari sekian banyak teknik penyadaran nilai-nilai spiritual dan moralitas.

Pelatihan atau training yang sesungguhnya adalah yang sering kita hadapi di keluarga (rumah), teman sebaya dan guru/dosen (sekolah/universitas), teman sekerja (kantor), dan lingkungan di sekitar rumah tempat tinggal (tetangga). Itulah pelatihan yang sesungguhnya yang harus kita lakukan. Wajar saja jika kita jatuh-bangun menghadapi problema kehidupan yang bergerak dinamis. Itu semua adalah proses yang membuat kita terus belajar. Ingat, manusia itu adalah makhluk pembelajar. Maksudnya, manusia senantiasa mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Mengambil ibroh dari kehidupan disekeliling kita, membuat kita selalu carefully dan dewasa dalam memutuskan sesuatu perkara. Sesungguhnya pengalaman adalah guru yang terbaik. Sedangkan kegagalan adalah teman yang harus dirangkul bukan dijauhi.

Apa yang menimpa korban bunuh diri idealnya menjadi pelajaran bagi orang tua dan masyarakat. Bunuh diri bukanlah masalah sepele. Kita mengetahui bunuh diri adalah perilaku yang tidak disukai oleh Tuhan dan pelakunya mendapatkan azab yang pedih. Azab yang diterima pelaku bunuh diri disebabkan kufur nikmat terhadap anugrah kehidupan yang diberikan Tuhan. Bunuh diri sangat disukai oleh setan, karena ia mendapatkan teman di neraka nanti. Sungguh kenyataan yang tragis. Jadi jangan pernah memikirkan untuk bunuh diri, apalagi melakukannya!

Memikirkannya saja kita sudah dilarang keras, apalagi kalau melakukannya. Perlu dicamkan oleh setiap orang bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Seperti tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Itu merupakan ketentuan yang maha kuasa.

Setiap permasalahan yang kita hadapi harus diceritakan atau dibagikan dengan orang lain. Istilah kerenya yang sering kita dengar adalah mencurahkan isi hati atau curhat. Masalah yang kita hadapi jangan dipendam saja. Justru jika masalah itu disimpan terus-menerus, bisa menyebabkan gangguan mental dan mengalami depresi yang akut. Orang yang menderita depresi cenderung lebih besar untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Sebagai panduan bagi orang tua dan masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala orang yang mengalami depresi. Gejala-gejala dari depresi itu sendiri antara lain: (1) suasana hati yang tertekan atau mudah marah sepanjang hari; (2) minat yang menurun terhadap aktivitas yang menyenangkan; (3) perubahan berat badan atau kegagalan meningkatkan berat badan yang diperlukan pada masa remaja; (4) masalah tidur; (5) gangguan atau kemunduran psikomotor; (6) rasa lelah atau hilang energi; (7) perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang sangat berlebihan; (8) konsentrasi dan kemampuan pengambilan keputusan menurun; dan (9) munculnya gagasan-gagasan yang berkaitan dengan bunuh diri, percobaan bunuh diri, atau rencana untuk melakukan bunuh diri (Santrock:1999).

Hal ini disebabkan antara pikiran dan jiwa tidak sinkron, maka terjadilah yang namanya halusinasi dan paranoia. Dengan menceritakan masalah yang kita hadapi membuat hati menjadi tenang karena ditanggapi oleh orang.

Tanggapan itu sendiri adalah solusi yang akan membantu kita keluar dari masalah yang ada. Itulah gunanya orang tua, sahabat, istri/suami, dan saudara, serta psikolog dan psikiater. Psikolog itu tugas utamanya bukan hanya mengukur kecerdasan, melainkan menjadi problem solver. Selain psikolog ada juga pekerja sosial dan para ustadz. Orang-orang yang berprofesi seperti itu memang ditugaskan sebagai problem solver karena mereka mempunyai pengetahuan atau ilmu tentang jiwa manusia dan gejolaknya. Perlu diingat, manusia itu bukan individual tetapi makhluk sosial yang saling membutuhkan dan tolong-menolong.

Kunci dari itu semua adalah kita harus mempercayai mereka bahwa mereka pantas mengetahui masalah yang kita hadapi dan mereka mampu menjadi part of solution. Terlepas mujarab atau tidak solusinya, yang terpenting kita telah berusaha dan akan terus berusaha. Ikhtiar merupakan tanggung jawab manusia, sedangkan keputusan yang terbaik adalah milik Tuhan. Jadi, jangan pernah berlari dari masalah, tetapi hadapi dan selesaikan. Semoga sukses!

No comments: