Showing posts with label Sumber Daya Manusia. Show all posts
Showing posts with label Sumber Daya Manusia. Show all posts

July 04, 2008

Pertanyaan Umum dalam Wawancara

1. Motivasi

Pertanyaan yang dapat menggali aspek motivasi antara lain :

1. Mengapa anda memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan ini ?
2. Apa yang membuat anda menjadi tertarik dengan perusahaan ini ?
3. Tanggung jawab apa yang anda anggap penting dalam pekerjaan ?
4. Tantangan apa yang anda cari dalam pekerjaan ?
5. Sebutkan dua hal yang memotivasi anda dalam bekerja.
6. Apa yang dapat memotivasi anda dalam kehidupan pribadi anda ?
7. Apa yang dapat memotivasi anda dalam menyelesaikan tugas yang sulit ?
8. Apa yang dapat memotivasi anda agar menjadi sukses dalam pekerjaan ?
9. Apa alasan anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
10. Apa yang membuat anda keluar dari perusahaan sebelumnya ?
11. Selama perjalanan karir anda, posisi mana yang paling anda sukai ?
12. Mengapa anda ingin mengubah karir ? (bila yang bersangkutan berpindah profesi/karir)
13. Apa arti bekerja bagi anda ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

2. Ketahanan Terhadap Tekanan (Stres)

Pertanyaan yang dapat menggali aspek ketahanan terhadap tekanan/stres antara lain :

1. Apakah anda dapat bekerja di bawah tekanan ?
2. Pernahkan anda bekerja di bawah tekanan ? Ceritakan bagaimana anda menyikapinya?
3. Dalam lingkungan kerja seperti apa anda merasa nyaman ? (Terstruktur atau tidak ?)
4. Seandainya ada konsumen yang marah karena hal yang bukan dilakukan anda, bagaimana anda menyikapinya ?
5. Bagaimana anda menyikapi kritik yang diberikan kepada anda ?
6. Seandainya anda mendapatkan pekerjaan yang tidak anda harapkan, apa yang akan anda lakukan ?
7. Apa yang anda anggap sebagai hal yang berat untuk dilakukan dalam pekerjaan ?
8. Seandainya anda dihadapkan dengan dua tugas yang harus diselesaikan pada saat yang bersamaan, apa yang akan anda lakukan ?
9. Masalah terbesar apa yang pernah anda hadapi ? Bagaimana anda mengatasinya ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.
3. Inisiatif

3. Inisiatif

Pertanyaan yang dapat menggali aspek inisiatif antara lain :

1. Apa yang anda ketahui tentang perusahaan ini ? Dan darimana serta bagaimana anda mengetahuinya ?
2. Kriteria apa yang anda gunakan untuk mengevaluasi perusahaan yang anda harapkan menjadi tempat kerja anda ?
3. Ceritakan mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah anda ikuti.
4. Bagaimana anda mendapatkan pekerjaan selama ini ? (Apakah melalui iklan, referensi, dsb) - untuk yang sudah pernah bekerja.

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi

4. Sikap kerja

Pertanyaan yang dapat menggali aspek sikap kerja antara lain :

1. Seandainya anda ditempatkan di cabang perusahaan yang jauh dari lokasi anda, bagaimana anda menyikapinya ?
2. Seandainya ada pengalihan tanggung jawab pada pekerjaan yang anda pegang, bagaimana anda menyikapinya ?
3. Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda. (untuk yang sudah bekerja)
4. Apa tanggung jawab anda pada posisi tersebut ? (untuk yang sudah bekerja)

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

5. Kepercayaan Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepercayaan diri antara lain :

1. Menurut anda, apa definisi/arti kesuksesan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
2. Menurut anda, apa definisi/arti kegagalan ? Dan seberapa besar pengaruhnya bagi anda ?
3. Jelaskan ukuran/standar kesuksesan bagi anda.
4. Pekerjaan apa yang telah anda selesaikan dengan sukses ?
5. Apa peran anda dalam kesuksesan tersebut ?
6. Bagaimana anda memandang diri sendiri saat ini ? Apakah sudah sukses ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

6. Kemampuan Berpikir Analitis

Termasuk di dalam kemampuan berpikir analitis adalah "Kemampuan Memecahkan Masalah" (problem solving) dan "Kemampuan Membuat Keputusan" (decision making).

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan berpikir analitis antara lain :

1. Masalah tersulit apa yang pernah anda alami ? Apa yang anda lakukan ? Bagaimana penyelesaiannya ?
2. Hambatan atau kendala apa yang ditemukan selama kuliah atau belajar ? Bagaimana cara mengatasinya ?
3. Ceritakan mengenai persoalan yang pernah anda pecahkan.
4. Ceritakan situasi dimana anda pernah memiliki masalah dengan pengambilan keputusan.
5. Ceritakan dimana anda harus membuat suatu keputusan.
6. Ceritakan bagaimana anda pernah memecahkan masalah yang sulit.
7. Ceritakan mengenai permasalahan yang paling sering anda hadapi dalam pekerjaan.
8. Apakah anda pernah menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama rekan ? Apa peran anda dalam menyelesaikan masalah tersebut ?
9. Apakah anda pernah diminta untuk menyelesaikan beberapa tugas dalam suatu waktu ? Apa yang anda lakukan ?
10. Bagaimana anda menyelesaikan suatu permasalahan yang muncul tiba-tiba ?
11. Bagaimana anda mengidentifikasikan kedatangan suatu masalah ?
12. Bagaimana anda membuat suatu keputusan penting ?
13. Bagaimana anda memecahkan masalah ?
14. Dalam situasi atau kondisi seperti apa, anda memiliki kemungkinan paling besar untuk berbuat kesalahan ?
15. Keputusan apa yang terasa sulit bagi anda ? Berikan Contohnya !
16. Menurut anda, faktor apa yang paling menentukan suksesnya seseorang ?
17. Apa yang anda lakukan saat dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang penting ?
18. Apa yang anda lakukan saat kesulitan atau tidak dapat memecahkan persoalan yang anda hadapi ?
19. Keputusan tersulit apa yang telah anda buat selama tiga tahun terakhir ?
20. Kapan anda memutuskan untuk berhenti berusaha memecahkan suatu persoalan yang sulit ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

7. Kemampuan Pencapaian Keberhasilan (Achievement)

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemampuan pencapaian keberhasilan antara lain :

1. Apakah anda senang mengerjakan pekerjaan/proyek yang sulit ?
2. Apakah anda mempunyai prestasi yang dibanggakan ? Ceritakan !
3. Apakah anda memiliki inisiatif ? Bagaimana anda menunjukkan hal tersebut ? Ceritakan satu contoh inisiatif yang telah anda ambil.
4. Apakah anda pernah menyelesaikan persoalan yang sulit ? Atau yang sebelumnya anda pikir tidak dapat anda selesaikan ?
5. Bagaimana anda menunjukkan keinginan (willingness) untuk bekerja ?
6. Sebutkan prestasi yang pernah anda capai dalam pekerjaan atau masa kuliah/sekolah !
7. Sebutkan lima pencapaian terbesar dalam hidup anda !
8. Apa kegagalan terbesar yang pernah anda alami ? Kekecewaan apa yang anda alami ?
9. Bagaimana anda mengatasi perasaan tersebut ? Dan mengatasi kegagalan tersebut ?
10. Hal atau lingkungan seperti apa yang paling mendorong anda dalam bekerja ?
11. Menurut anda, apa tantangan terbesar dalam pekerjaan ?
12. Sebutkan bagian dari pekerjaan yang paling menantang dan yang paling tidak menantang.
13. Apakah anda termasuk orang yang berani dalam mengambil risiko ?
14. Berdasarkan pengalaman anda, ceritakan secara rinci dalam hal apa anda mengambil risiko untuk menyelesaikan suatu tugas ?
15. Mengapa anda mengambil risiko tersebut ?
16. Risiko apa yang anda hadapi saat mengajukan suatu usulan ?
17. Prestasi apa yang pernah anda dapatkan di sekolah yang tidak dapat anda lupakan ?
18. Prestasi apa yang pernah anda capai dalam bekerja yang mendapatkan penghargaan dari pimpinan atau perusahaan ? (baik penghargaan lisan ataupun penghargaan tertulis atau materi).

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

8. Aspirasi Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek aspirasi diri antara lain :

1. Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda senangi ? Mata kuliah (mata pelajaran) apa yang paling anda tidak senangi ? Kenapa ?
2. Apa cita-cita anda ketika lulus sekolah ? Ketika lulus kuliah ?
3. Apakah anda berniat melanjutkan sekolah ? Berniat melanjutkan kuliah ?
4. Menurut anda, apakah nilai anda merupakan indikasi terbaik untuk hasil akademik anda ?
5. Kenapa kami harus memilih anda ?
6. Bisakah anda menyebutkan lima kelebihan dan lima kekurangan anda ?
7. Bagaimana pendapat anda mengenai perusahaan ini ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

9. Kelemahan Diri

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kelemahan diri antara lain :

1. Apakah anda telah mencapai semua target yang telah anda tetapkan ? Bila tidak, mengapa ?
2. Bagaimana anda mengatasi kegagalan dalam pencapaian target tersebut ?
3. Kelemahan apa yang muncul saat anda dihadapkan pada tugas yang sulit ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

10. Sosialisasi

Pertanyaan yang dapat menggali aspek sosialisasi antara lain :

1. Ceritakan kegiatan anda di waktu senggang.
2. Kegiatan apa yang anda ikuti di lingkungan anda ?
3. Seandainya anda menjadi anggota suatu organisasi, maka kegiatan apa dan peran apa yang akan anda lakukan dalam organisasi tersebut ?
4. Selain belajar, kegiatan apa saja yang anda ikuti saat masih kuliah atau sekolah ? Posisi apa yang anda pegang ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

11. Kemandirian

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kemandirian antara lain :

1. Ceritakan keputusan-keputusan penting dalam hidup anda, yang anda anggap sebagai keputusan anda sendiri. Juga ceritakan keputusan penting yang anda anggap bukan keputusan anda sendiri.
2. Mengapa anda memilih jurusan .... ?
3. Dalam pengambilan suatu keputusan, siapa yang berpengaruh dalam diri anda ?
4. Dalam hal-hal apa saja orang-orang tersebut anda sertakan ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi

12. Kepemimpinan

Pertanyaan yang dapat menggali aspek kepemimpinan antara lain :

1. Sebutkan kepribadian yang anda miliki yang mencerminkan kemampuan memimpin.
2. Menurut anda, kualitas apa yang dibutuhkan seorang pemimpin ?
3. Apa yang paling menjadi tantangan bagi seorang pemimpin ?
4. Bagaimana cara anda mendelegasikan suatu tanggung jawab ?
5. Apakah anda membutuhka pengawas dalam bekerja ?
6. Bagaimana cara anda membuat suatu rencana kerja ?
7. Bagaimana cara anda memberikan teguran atau mendisiplinkan bawahan anda ?
8. Seandainya ada bawahan anda yang melanggar aturan perusahaan, bagaimana anda menghadapinya ?
9. Atasan seperti apa yang anda harapkan ?
10. Seandainya anda kelebihan beban kerja, apa yang akan anda lakukan ?
11. Bagaimana cara anda untuk memotivasi sesorang ?
12. Atasan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
13. Bawahan seperti apa yang menurut anda sulit untuk diajak kerja sama ?
14. Atasan seperti apa yang menurut anda tidak adil ?
15. Seandainya anda membuat suatu kebijakan, kemudian bawahan anda banyak yang menentangnya, bagaimana anda mengatasinya ?

Sumber : gilland-ganesha.com, buku "Sukses Mendapatkan Pekerjaan" - Anna T. Yuniarti, S.Psi.

sumber: http://ggkarir.com/_karir.php?_karir=contoh-pertanyaan-umum

June 08, 2008

VISIONER

Contoh sederhana yang dapat dipraktekan dari definisi tersebut adalah visi Bill Gates tentang bisnis komputernya yaitu, ”Sebuah komputer di atas meja kerja disetiap rumah menjalankan perangkat Microsoft.” Hal itu menyebabkan Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia (di tahun 2008, posisi Bill Gates berada pada urutuan nomor 3 sebagai orang terkaya di dunia).

Visi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan, wawasan, apa yang tampak dikhayal, penglihatan, pengamatan. Sedangkan visioner adalah orang yang memiliki khayalan atau wawasan ke depan.
Menurut Sedyawati (1999:16) visi adalah sikap dan perilaku yang memandang sesuatu untuk jangka panjang. Apa pun tindakan yang dilakukan, akibatnya tidak hanya untuk hari ini, tetapi untuk hari esok yang lebih baik.
Ini diwujudkan dalam perilaku yang selalu mempertimbangkan buruk-baiknya suatu tindakan untuk jangka panjang. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungan dengan diri sendiri dan masyarakat atau bangsa.
Menurut Tony Buzan (Suyanto:31) di dalam buku The Power of Spiritual Intelegence, visi didefinisikan sebagai kemampuan berpikir atau merencanakan masa depan dengan bijak dan imanjinatif dan menggunakan gambaran mental tentang situasi yang dapat dan mungkin terjadi di masa mendatang. Contoh sederhana yang dapat dipraktekan dari definisi tersebut adalah visi Bill Gates tentang bisnis komputernya yaitu, ”Sebuah komputer di atas meja kerja disetiap rumah menjalankan perangkat Microsoft.” Hal itu menyebabkan Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia (di tahun 2008, posisi Bill Gates berada pada urutuan nomor 3 sebagai orang terkaya di dunia).
Definisi lain disampaikan Andrias Harefa (2000:169) adalah, ”...suatu ketidakpuasan yang mendalam mengenai realitas faktual masa kini yang dibarengi dengan suatu pandangan yang amat tajam mengenai kemungkinan menciptakan (perubahan) realitas baru di masa depan, yang secara mendasar lebih baik.
Andrias juga menambahkan pada halaman 178 dalam bukunya bahwa, manusia visioner adalah orang-orang yang (1) memiliki rasa tidak puas melihat status quo dan kemapanan yang ada, dan (2) mampu melihat ide atau impian tentang masa depan yang lebih baik atau sempurna/manusiawi dan lebih diperkenankan atau diridhoi oleh Tuhan, sebagai sebuah kenyataan, serta (3) memiliki minat dan perhatian yang amat besar terhadap potensi manusia sebagai spiritual being, moral being, makhluk hukum, makhluk sosial-emosional dan makhluk ekonomi-politik yang mengejar kesempurnaan sebagai ciptaan Tuhan.
Sedangkan Ary Ginanjar Agustian (2006:265), penggagas dan penulis buku ESQ Islami, berpendapat bahwa visi adalah tujuan akhir yang diimpikan setiap anak manusia yang memiliki pemahaman spiritual yang baik. Menurutnya, ”Syahadat adalah membangun visi menuju Tuhan Yang Maha Tinggi yang dicontohkan melalui Muhammad SAW sebagai seorang manusia biasa yang pernah hidup di permukaan bumi sebagai uswatun hasanah dunia dan akhirat. Pendapat Ary ini secara mendasar sama dengan definisi lain, tetapi lebih condong pada aspek spiritual.
Roger Dawson (dalam Ary,2006:265) berpendapat bahwa para “penampil kekuatan” mengetahui bahwa untuk mengubah kehidupan mereka, maka pertama-tama merekalah yang harus berubah terlebih dulu. Mereka harus mengembangkan sikap hidup positif, menentukan tujuan yang akan mengarahkan hidup mereka secara lebih baik, dan mereka harus menguatkan keyakinan dalam diri mereka sendiri bahwa mereka akan berhasil.
Contoh yang menarik dari pendapat Roger ini telah dicontohkan oleh Fred Smith, CEO dan Founder FedEx, yang mengatakan,” Saya hanya punya visi atas apa yang ingin saya lakukan. Maksud saya, saya merasa bahwa apa yang kami coba lakukan akan merevolusi cara bisnis dioperasikan.” Dan ini sesuai juga dengan uraian Andrias Harefa mengenai visi itu sendiri.
Menurut Ary (2006:165) penetapan misi “Dua Kalimat Syahadat” adalah suatu langkah pertama yang telah terbukti kebenarannya secara ilmiah dan secara langsung atau tidak langsung telah didukung oleh para ilmuwan, karena langkah ini merupakan pembangunan wawasan dan persepsi tentang tujuan akhir (visi).
Visi ini ditanamkan dalam diri para remaja agar mereka memahami tujuan akhir hidup mereka. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat visi para remaja itu tampak realistis. Pertama, Ciptakan visi anda. Remaja sudah mempunyai gambaran yang jelas mengenai tujuan akhirnya dan dapat divisualisasikan dengan sangat jelas dan terang, seperti yang dilakukan para atlet dunia atau peraih medali olimpiade. Para atlet dunia tersebut sebelum melakukan aksi yang sesungguhnya, mereka akan melakukan visualisasi mengenai tujuan yang ingin mereka capai.
Kedua, ciptakan identitas diri anda dalam hubungan dengan visi anda. Tahap ini mengharuskan remaja untuk menentukan atau menciptakan identitas diri yang sesuai dengan visi tersebut.
Ketiga, komitmen pada visi anda. Ini sangat penting sekali dari tahapan-tahapan membuat visi menjadi realistis. Tanpa komitmen yang kuat sangat mungkin sekali visi yang telah diciptakan tidak dapat dicapai atau diwujudkan
Setelah mereka mengetahui tujuan akhir tersebut, semua aktivitas dan perilaku mereka dilakukan secara benar dan bermanfaat atau tidak sia-sia. Mereka lebih menghargai waktu yang telah diberikan dengan menggunakannya dalam aktivitas yang memberikan banyak manfaat.
Visi merupakan gambaran yang perlu dilakukan oleh remaja untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Dr. Charles Garfield (dalam Ary,2006:263), salah seorang peneliti Barat yang telah mengadakan penelitian ekstensif tentang orang-orang berprestasi puncak, baik dalam olahraga maupun bisnis.
Awalnya doktor tersebut terpesona dengan prestasi puncak di program NASA saat mengamati para astronot yang sedang melatih diri di bumi (secara berulang-ulang) dalam ruang simulasi sebelum keberangkatan ke angkasa luar
Lalu ia mempelajari karakteristik orang-orang yang berada dalam prestasi puncak. Salah satu hasil utama penelitianya adalah: Hampir setiap atlet kelas dunia dan orang-orang berprestasi adalah mereka yang selalu melakukan visualisasi. Mereka berusaha untuk melihat, merasakan, serta mengalami, sebelum mereka benar-benar melakukannya. Mereka inilah orang-orang yang memulai hidup dengan tujuan akhir dibenaknya.
Inilah pentingnya melakukan visualisasi dalam hidup agar meraih sukses sejati dalam hidup.


May 23, 2008

TUKANG PARKIR

Siapa yang tidak kenal tukang parkir? Seseorang yang selalu mangkal di pinggir jalan yang penuh dengan kendaraan, kantor, dan toko. Tukan parkir bertugas memandu dan menertibkan kendaran bermotor yang mau berhenti di pinggir jalan agar tidak mengganggu jalan raya yang penuh dengan kendaran bermotor lain yang lalu-lalang. Tulisan ini dibuat untuk mengambil pelajaran dari tingkah laku tukang parkir.

Ada satu hal yang paling saya benci dengan perilaku atau sikap dari tukang parkir yaitu, pelayanan. Setiap kali kita ingin pergi dari tempat parkir, tukang parkir segera datang untuk menarik uang parkir. Namun yang paling menjengkelkan adalah ketika uang sudah diberikan, tukang parkirnya langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Kendaraan kita pun belum bisa pergi, tiba-tiba tukang parkir langsung ngeloyor pergi menuju kendaraan lain. Padahal motor atau mobil kita belum berada pada posisi “take-off”. Wajar jika timbul komentar, “ah, dasar tukang parkir, maunya uang saja!”



Siapa yang tidak kenal tukang parkir? Seseorang yang selalu mangkal di pinggir jalan yang penuh dengan kendaraan, kantor, dan toko. Tukan parkir bertugas memandu dan menertibkan kendaran bermotor yang mau berhenti di pinggir jalan agar tidak mengganggu jalan raya yang penuh dengan kendaran bermotor lain yang lalu-lalang. Tulisan ini dibuat untuk mengambil pelajaran dari tingkah laku tukang parkir.

Ada satu hal yang paling saya benci dengan perilaku atau sikap dari tukang parkir yaitu, pelayanan. Setiap kali kita ingin pergi dari tempat parkir, tukang parkir segera datang untuk menarik uang parkir. Namun yang paling menjengkelkan adalah ketika uang sudah diberikan, tukang parkirnya langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Kendaraan kita pun belum bisa pergi, tiba-tiba tukang parkir langsung ngeloyor pergi menuju kendaraan lain. Padahal motor atau mobil kita belum berada pada posisi “take-off”. Wajar jika timbul komentar, “ah, dasar tukang parkir, maunya uang saja!”

Pernahkah kita melakukan suatu tindakan atau perilaku seperti tukang parkir tadi? Jika ada maka segeralah berubah, jika tidak alamat rugi akan menantikan kita. Hal ini berlaku untuk pemilik usaha jasa maupun barang dalam melayani seorang pembeli atau mitra bisnis kita. Perilaku yang diperlihatkan oleh tukang parkir sangat berbahaya jika diterapkan pelaku usaha dan para pegawainya. Pelaku usaha jangan pernah menyepelkan masalah ini, karena pelayanan adalah faktor penting yang membuat pelanggan tertarik atau tidak untuk membeli sesuatu. Pelayanan sama dengan memposisikan pelanggan sebagai orang istimewa karena memiliki uang. Selain itu, pelanggan yang menerima pelayanan yang baik akan menjadi sarana promosi gratis bagi kita, ketika ia menyarankan orang lain untuk berbelanja kepada kita.

Pembahasan tentang pelayanan ini dalal dunia usaha bukanlah barang baru. Ia selalu menjadi bahan kajian semua perusahaan dan dicoba untuk selalu dipraktekan dalam dunia usaha. Permasalahanya adalah seringkali pelayanan yang dilakukan pegawai tidak timbul dari hati, justru merupakan kewajiban yang membebani pegawai, sehingga pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tampak dipaksakan. Inilah yang akan menjadi bahasan kita.

Pelayanan yang muncul dari hati akan memberikan efek positif yang luar biasa bagi semua pihak. Pelanggan yang merasakan pelayanan dari hati ini akan merasa ia benar-benar dilayani dan terpaksa. Hal ini dirasakan tanpa perlu penjelasan ilmiah. Pelanggan merasa dirinya dilayani bukan karena ia memiliki uang yang banyak atau orang miskin yang perlu dikasihani. Pelanggan dilayani adalah sebuah keniscayaan hubungan antar manusia yang lebih hakiki.

Tentunya pelayanan dari hati tidak timbul begitu saja tanpa sebab. Ia membutuhkan pelatihan terus menerus dengan mengasa kepekaan jiwa melalui aspek spiritual. Pelayanan dari hati ini berkaitan erat dengan pemahaman seseorang terhadap aspek spiritual yang dimilikinya. Seseorang yang memahami dirinya sebagai makhluk ekonomi, maka dia berusaha untuk mengekploitasi sumber-sumber ekonomi yang ada. Sedang seseorang yang memahami dirinya sebagai produk ilahi, maka dia berusaha untuk menjadikan hidupnya penuh dengan kebijaksanaan dan kejujuran. Manusia dianggap sebagai pribadi yang sempurna dan perlu dihargai dan dihormati oleh sesama.

Pelatihan untuk kepekaan jiwa ini dimulai dari pembiasaan untuk menjalani nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam agama. Agama dilahirkan bukan untuk menghancurkan, membunuh, berperang, tetapi untuk menjadi petunjuk bagi manusia agar bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hukum manusia tidak dapat mengalahkan hukum tuhan. Hukum manusia dibuat untuk mengatur hubungan antar mereka saja, namun lebih banyak dilanggar dibandingkan ditaati. Sedangkan hukum ilahi sangat luas jangkauannya. Hukum Allah bersifat absolut dan nyata, kecuali yang masih mutasyabihat. Untuk hal mutasyabihat kita diwajibkan untuk mengimaninya saja.


May 14, 2008

Eni Kusumah


Eni kusumah
Potret TKW berprofesi sebagai Penulis dan Motivator

Berita tentang TKW disiksa dan dibunuh/bunuh diri sudah sering kita dengar. Berita-berita tersebut seringkali kita dengar di media massa. Sebagai contoh untuk mengingat kembali adalah kasus yang dialami TKW asal NTT, Nirmala Bonat yang mengalami penyiksaan fisik. Akibat penyiksaan fisik tersebu, bonat harus menjalani operasi dan perawatan kesehatan yang memakan waktu lama. Masih banyak lagi kisah-kisah sedih tentang TKW kita di luar negeri seperti malaysia, singapura, dan hongkong. Kebanyakan TKW kita diperlakukan seperti layaknya binatang, bukan manusia. Bisa anda bayangkan saja, binatang saja belum tentu melakukan tindakan sekejam itu. Padahal binatang tidak memiliki akal tetapi naluriah kebinatangannya. Tetapi manusia dapat melakukan lebih kejam bahkan biadab daripada binatang. Itulah kenyataan pahit yang harus dialami para TKW, pahlawan devisa, di luar negeri.

Namun dibalik potret buram tentang TKW indonesia di luar negeri, ada juga seorang TKW yang menjadi penulis buku best seller dan motivator ulung. Dialah Eni Kusumah. Profel Eni sempat dikupas pada stasiun TV swasta hari ini (14 Mei 2008) pukul 11.30 (kalau tidak salah). Eni merupakan gambaran TKW yang bisa merubah nasibnya dan keluar dari lingkaran kemiskinan mental dan materi. Sosok Eni mematahkan belenggu yang selama ini banyak terekam dalam pikiran sadar maupun tidak sadar TKW lainnya. Eni mampu meloncat dari zona “biasa” ke zona “luar biasa”. Suatu loncatan yang mampu dilakukan semua orang, asalkan mampu merobah paradigma lama ke paradigma baru tentang kehidupan itu sendiri.

Sosok Eni sebagai seorang penulis bisa kita lihat dari tutur katanya yang teratur dan mengesankan seorang intelektual. Berbicara tidak terburu-buru dan senantiasa dipikirkan terlebih dahulu. The Liang Gie sendiri di dalam bukunya, Terampil Mengarang, mengatakan kegiatan mengarang (menulis) melahirkan 6 nilai, salah satunya adalah nilai kecerdasan (2002:19). Dengan sering mengarang yang antara lain menghubungkan buah-buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis, serta menimbang-nimbang sesuatu kata yang tepat, seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan khayalnya sampai tingkat kecerdasannya.

Untuk mengembangkan nilai kecerdasan itu, seorang penulis atau calon penulis harus memperkaya dirinya dengan bermacam-macam bacaan yang bermutu dan berbobot serta positif bagi pengembangan diri penulis. Semakin banyak bahan bacaan yang dibaca dan dipahami, maka semakin banyak kosakata baru yang bisa digunakan untuk pemilihan kalimat dalam suatu tulisan. Hal ini juga yang dikatakan The Liang Gie di dalam buku yang sama.

Artinya, wanita yang bernama Eni mampu mengubah dirinya, selain motivasi yang kuat untuk hidup lebih baik, juga rajin membaca buku. Membaca buku telah mencerdaskan eni dan mengeluarkan dia dari kebodohan dan keterbelakangan. Banyaknya TKW kita yang bernasib naas di luar negeri, bisa jadi disebabkan oleh kebodohan tadi. Sempitnya pemahaman mereka tentang kesejahteraan dan hukum perburuhan di suatu negara serta kurangnya bantuan hukum untuk mereka, membuat para TKW terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kebodohan. Maka melalui seorang Eni, para TKW harus sadar untuk memperbaiki dirinya agar tidak dibodoh-bodohi oleh agen PJTKI nakal dan majikannya di luar negeri. Buat pemerintah: Tegas dan tinggikan martabat bangsa Indonesia di mata bangsa asing!

May 02, 2008

Kota Pelajar atau Surga Hitam


Semua agama telah sepakat bahwa pelacuran atau prostitusi adalah terlarang dan bertentangan dengan agama. Tidak ada ajaran agama maupun adat-istiadat yang mengajarkan manusia untuk melacurkan dirinya, hanya sekadar memperturutkan hawa nafsunya sesaat. Pernyataan ini adalah aksioma (kebenaran) umum yang telah diterima secara baik oleh masyarakat.

Dilarangnya perbuatan zina (prostitusi) tentu ada sebab dan akibatnya. Ada suatu hikmah yang terkandung dari kebijakan Tuhan melarang perbuatan zina. Tuhan telah memperlihatkan kepada manusia betapa zina telah melahirkan suatu penyakit yang sangat ditakuti manusia, AIDS. Sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Belum lagi penyakit menular seksual seperti spilis atau gonorhea, dan masih banyak lagi yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh hubungan intim di luar nikah dan gonta-ganti pasangan.

Membaca uraian di atas, kita sangat menyesalkan keinginan sebagian kecil orang yang ingin melegalkan prostitusi. Ditinjau dari aspek sosiologis dan psikologis, kebijakan tersebut tidak popular. Dari dua aspek tersebut sudah tidak popular, bagaimana jika dari sudut agama? Itu artinya pemerintah berperilaku hipokrit atau menjilat ludah sendiri apabila mencabut peraturan daerah yang melarang prostitusi. Ketika masyarakat berusaha mewujudkan suasana agamis di bengkulu. Pemerintah justru ingin membuka pintu kerusakan tersebut kembali. Pertanyaannya, apa fungsi kebijakan jilbab untuk anak-anak sekolah/pelajar selama ini?

Hendaknya pemerintah tidak mencabut perda yang sudah ada. Jikalau perda itu mengalami kelemahan, ada baiknya yang perlu direvisi adalah pelaksana lapangan atau teknis yang berwenang. Apakah selama ini telah maksimal memberantas pelacuran? Atau bermain mata dengan germo? Diperlukan law enforcement dan political will pemerintah, karena pada dasarnya setiap konsep yang dibuat sudah bagus. Hanya saja, pelaksanaannya saja yang kurang atau setengah hati.

Apa yang sedang berkembang saat ini sangat ironis sekali dengan keinginan sebagian besar masyarakat. Di satu sisi masyarakat –yang diwakili organisasi Islam, kepemudaan, dan kewanitaan- berusaha untuk melarang legalisasi prostitusi. Di sisi lain ada sekelompok orang mencoba untuk melegalkan kembali kegiatan prostitusi dengan dalih ekonomi dan hak azazi manusia. Memang ini merupakan suatu kewajaran adanya perbedaan pendapat di antara dua kutub yang berbeda. Selain itu wajar saja jika ada yang memperjuangkan kebenaran dan kejahatan.

Namun, alangkah bijaksananya jika fitrah manusia dikembalikan seperti semula. Karena, pada dasarnya manusia dilahirnkan dalam keadaan putih bersih bak kertas. :kehidupan seorang anak ibarat selembar kertas yang padanya setiap orang yang melewatinya akan meninggalkan suatu kesan”, begitu pepatah cina mengatakan (Rose, 2003:337).
Lingkungan adalah faktor yang paling dominan menentukan perilaku seseorang. Sebuah teori psikologi perkembangan menyebutkan bahwa manusia dalam berperilaku dipengaruhi oleh tiga hal. Yaitu: stimulus, organisme, dan respon (disingkat: SOR). Seandainya pemerintah membuka kembali lokalisasi, itu artinya pemerintah telah melakukan stimulus kepada orang banyak untuk melakukan kejahatan seksual. Sama artinya pemerintah telah melakukan tindakan pidana. Untuk itu dirasa perlu dimintai pertanggungjawabannya oleh masyarakat, jika generasi muda terimbas oleh praktik asosial tersebut.

Dalih Keuntungan Ekonomi
Berbicara tentang keuntungan ekonomi akibat legalisasi prostitusi merupakan tema sentral yang sering dijadikan legitimasi oleh polcy maker. Namun pada praktiknya hal itu tidaklah tepat, melainkan sebaliknya. Di awal tulisan ini telah dikatakan, legalisasi prostitusi justru mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Bagaimana bisa pemerintah mengatakan lokalisasi WTS memberikan keuntungan untuk PAD, sedangkan pemerintah juga berjuang memberantas atau meminimalisir penyebaran AIDS?

Apakah pemerintah pernah memikirkan besarnya dana untuk menanggulangi virus HIV? Berapakah dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberikan pelatihan dan penyluhan kepada penghuni lokalisasi? Termasuk penyuluhan untuk generasi muda? Apakah sebanding keuntungan ekonomi dengan dampak moral yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut? Belum lagi kerusakan sistem dan struktur sosial yang diakibatkan oleh prostitusi. Seperti, anak-anak yang lahir tanpa bapak. Atau WTS yang terpaksa membunuh (lewat aborsi) janin yang sedang dikandungnya, hanya karena janin tersebut tidak diinginkan. Apakah ini yang dinamakan keuntungan ekonomis?

Kalau memang pemerintah berkemauan kuat untuk meningkatkan PAD, membina dan memberdayakan pedagang kaki lima (PKL) di kawasan pertokoan merupakan langkah yang jitu. Di masa krisis ini, bukankah daya beli masyarakat turun? Otomatis mereka akan membeli sesuatu sesuai dengan pendapatan mereka. Peluang ini ditangkap oleh PKL. Akibatnya secara kuantitas PKL semakin menjamur, dan masyarakat pun tidak keberatan atau sungkan berbelanja dengan mereka. Menurut hemat penulis, PKL memiliki potensi besar bagi pembangungan bila dikelola dengan manajemen profesional. Bukan manajemen pungutan liar. Untuk lebih lanjut, belajar dengan Taiwan dan Korea Selatan merupakan keputusan berbobot.

Dalih Menghormati HAM
Ada juga menganggap legalisasi WTS adalah untuk menghormati hak azazi manusia. Namun ironisnya, ada suatu lembaga yang memperjuangkan undang-undang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan. Di satu sisi memperjuangkan hak-hak istri terhadap perlindungan dari kekerasan suami, tentu ini positif. Di sisi lain mereka juga memperjuangkan legalisasi prostitusi, yang justru bertentangan dengan hak-hak wanita untuk hidup lebih terhormat dan terhindar dari kekerasan seksual. Masyarakat akan bertanya-tanya, benarkah perjuangan mereka mengangkat hak-hak wanita benar-benar murni? Kita akan lebih setuju dengan gerakan mereka jika kedua-duanya harus diperjuangkan beriringan. Memperjuangkan undang-undang perlindungan terhadap wanita, termasuk di dalamnya berupa perlindungan terhadap pelecehan seksual berupa legalisasi prostitusi.

Wanita terhormat merupakan tiang negara yang menentukan baik buruknya bangsa ini. Jika anitanya mengalami kemunduran dari aspek moral, apa yang bisa kita harapkan untuk kemajuan bangsa. Wanita dengan perannya sebagai seorang istri dan ibu adalah mulia dalam pandangan setiap orang. Negara membutuhkan seorang ibu yang benar-benar bisa menjaga kehormatan dan harga dirinya, keluarga, dan bangsa.

Sangat disesalkan bila ada segelintir kalangan intelektual menyetujui legalisasi prostitusi. Adalah tidak pantas jika seorang intelektual atau ilmuwan membuat pernyataan seperti itu. Ini hanya kekhawatiran bila masyarakat menganggap kalangan intelektual tidak becus mendidik moral generasi bangsa (baca: mahasiswa)

Pembangunan Manusia
Pemerintah merupakan kumpulan orang-orang cerdas yang dipercaya dan diamanahi untuk mengelola daerah ini. Sudah semestinya pemerintah lebih mementingkan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. Untuk itu menyejahterakan WTS, germo, dan hidung belang lewat legalisasi prostitusi merupakan tindakan amoral dan tidak dibenarkan. Justru tindakan itu akan menjerumuskan mereka kepada perilaku asosial yang mengakibatkan berkembangnya patologi sosial dalam diri mereka.

Bila alasan ekonomi lebih diutamakan, kenapa pemerintah tidak memperhatikan pembangunan manusia yang selama ini terlupakan. Seharusnya pembangunan manusia merupakan langkah terbaik untuk memperbaiki ekonomi daerah Rafflesia. Sebaliknya, pemerintah disibukkan dengan pembangunan fisik, tetapi melupakan jati diri sorang manusia. Mencerdaskan rakyat merupakan langkah strategis dan taktis. Pendidikan adalah faktor subtansial untuk diperhatikan daripada sibuk debat kusir tentang legalisasi prostitusi. Berapa banyak uang yang mesti dihamburkan negara untuk legalisasi prostitusi? Atau diduga keras hanya menjadi ladang proyek pribadi atau sekelompok orang di pemerintahan?

Meningkatkan anggaran pendidikan adalah langkah kongkrit mengentaskan kebodohan. Kebodohan akan menyebabkan lahirnya kemiskinan yang berdampak terhadap kehidupan seseorang. Salah satu contohnya adalah maraknya profesi menjadi WTS. Hasil penelitian mengatakan, faktor utama yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan asusila adalah kemiskinan.

Berbicara mengenai pendidikan artinya membanguna indeks pembangunan manusia. Sudah saatnya pemerintah lebih memperhatikan aspek-aspek pembangunan manusia ketimbang legalisasi prostitusi. Banyak hal yang bisa dirahih pemerintah jika memperhatikan pembangunan manusia yang dimanifestasikan lewat program pendidikan. Pendidikan diharapkan menjadi solusi kritis untuk membangun bengkulu. Gagasan menjadikan bengkulu sebagai kota pelajar/pendidikan merupakan ide bagus yang perlu diwujudkan. Untuk hal itu, masyarakat manapun akan sangat mendukung kebijakan tersebut. Bersama-sama elemen masyarakat, mari kita jadikan Bengkulu Kota Pelajar Yang SEMARAK. “Ehm…bagaimana Bapak Walikota?”

April 30, 2008

PENDIDIKAN DISIPLIN TERBAIK

“Amalan yang paling disukai Allah SWT adalah shalat tepat waktu”
(KH Abdullah Gymnastiar-Aa Gym)

Di atas adalah sepenggal kalimat bijak yang disampaikan Aa Gym tentang shalat yang dikaitkan dengan disiplin. Shalat telah diwajibkan bagi umat Islam semenjak seseorang sudah baligh atau mencapai kedewasaan dan remaja. Shalat adalah rukun Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, yang wajib dikerjakan. Shalat diperintahkan untuk umat Islam agar terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Namun, jika ada orang Islam rajin ke masjid dan berjamaah, namun perilakunya tetap saja negatif, maka shalatnya telah gagal dalam mencegah perbuatan negatifnya dan sia-sialah shalatnya (QS. 107:4-5).

Gambaran disiplin yang ideal dan tepat adalah waktu shalat dan tertib gerakannya. Disiplin yang ada dalam ritual shalat lima waktu merupakan hikmah dari sekian banyak hikmah yang lain. Disiplin yang ditunjukkan shalat merupakan contoh yang baik bagi siapa saja yang ingin hidupnya teratur dan meraih kesuksesan. Orang Islam yang terbiasa melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya mempunyai kecenderungan dapat mendisiplinkan dirinya dalam mengelola kehidupannya.

Memang ini hanya sebatas dugaan atau hipotesis dan belum (sejauh ini) ditemukan penelitian tentang itu. Hipotesis ini hanyalah merupakan hasil analisis penulis pribadi yang dikombinasikan dengan metode berpikir mendalam (deep thinking). Keteraturan di dalam shalat adalah metode disiplin terbaik yang dimiliki oleh orang Islam. Jadi orang Islam tidak perlu lagi mencari contoh lain bagaimana disiplin yang terbaik.
Selama ini yang muncul adalah shalat berkaitan dengan kesehatan jiwa maupun fisik. Namun, perlu juga dilakukan sebuah kajian yang mendalam tentang shalat kaitannya dengan perilaku disiplin.

Disiplin itu berkaitan dengan peraturan, keteraturan, ketaatan, dan reguleritas yang dilakukan terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan. Disiplin Menurut Kamus Besar Indonesia adalah tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada peraturan. Sedangkan Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988).

Perilaku disiplin itu sendiri, menurut Terry (2006:14), terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: 1) Self Imposed Dicipline, yaitu disiplin yang timbul dari dalam karena adanya dorongan perasaan, pikiran, dan kehendak sendiri tanpa adanya paksaan dari luar untuk mentaati dan melakukan sesuatu; 2) Command Dicipline: disiplin yang timbul karena adanya perintah dan rasa takut terhadap adanya hukuman atau sanksi yang diberlakukan organisasi.

Sesuatu pekerjaan bilamana dilakukan tanpa kedisiplinan akan merusak pekerjaan itu sendiri. Akibatnya sangat fatal jika hidup ini tidak disiplin. Sudah banyak contoh tragis yang diakibatkan tidak disiplin. Misalnya disiplin dalam berlalu lintas, mengurus rumah tangga dan keluarga, dan disiplin dalam belajar ketika sekolah maupun kuliah, serta disiplin dalam bekerja untuk mencari nafkah.

Meningkatnya angka kecelakaan akhir-akhir ini erat hubungannya dengan disiplin lalu lintas yang buruk. Begitu juga pelajar dan mahasiswa yang tidak disiplin dalam belajar, bisa saja tidak naik kelas atau drop out. Jadi jangan menyepelekan sikap dan perilaku disiplin dalam hidup.
Disiplin bukan berarti hidup yang dijalani harus kaku atau saklek. Disiplin tidak akan mematikan kreatifitas dan kebebasan individual, jika dipahami dengan benar dan tepat. Jika disiplin disalahartikan kemungkinan besar akan menjadi boomerang bagi individu tersebut. Bukti bahwa disiplin shalat tidak kaku dapat dilihat dari jeda waktu antara shalat Subuh dengan Zuhur, shalat Zuhur dengan Ashar, shalat Ashar dengan Maghrib, shalat Magrib dengan Isya, shalat Isya dengan Subuh lagi. Jeda waktunya setiap rangkaian shalat tersebut juga beda, seperti antara shalat subuh dengan zuhur yang selisih kurang lebih 6-7 jam dan shalat isya dengan subuh yang selisih waktunya adalah 8-9 jam.

Tentunya perbedaan waktu jeda itu memiliki hikmah yang banyak dan belum begitu banyak diketahui oleh manusia. Ini membuktikan bahwa waktu shalat bersifat fleksibel untuk istirahat sejenak dan lama, namun tidak melenakan. Bisa jadi jeda waktu tersebut berkaitan dengan kesehatan jiwa, pikiran, dan fisik manusia agar seimbang karena telah mengikuti jadwal shalat. Dalam bekerja kita harus juga memiliki waktu istirahat untuk melemaskan otot-otot dan pikiran maupun jiwa kita. Mesin saja membutuhkan pemeliharaan dan pengawasan, apalagi manusia. Jadi jangan terlalu memaksakan diri dalam beraktivitas dan juga jangan terlena atau berlama-lama dengan waktu istirahat.