April 30, 2008

PENDIDIKAN DISIPLIN TERBAIK

“Amalan yang paling disukai Allah SWT adalah shalat tepat waktu”
(KH Abdullah Gymnastiar-Aa Gym)

Di atas adalah sepenggal kalimat bijak yang disampaikan Aa Gym tentang shalat yang dikaitkan dengan disiplin. Shalat telah diwajibkan bagi umat Islam semenjak seseorang sudah baligh atau mencapai kedewasaan dan remaja. Shalat adalah rukun Islam setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, yang wajib dikerjakan. Shalat diperintahkan untuk umat Islam agar terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Namun, jika ada orang Islam rajin ke masjid dan berjamaah, namun perilakunya tetap saja negatif, maka shalatnya telah gagal dalam mencegah perbuatan negatifnya dan sia-sialah shalatnya (QS. 107:4-5).

Gambaran disiplin yang ideal dan tepat adalah waktu shalat dan tertib gerakannya. Disiplin yang ada dalam ritual shalat lima waktu merupakan hikmah dari sekian banyak hikmah yang lain. Disiplin yang ditunjukkan shalat merupakan contoh yang baik bagi siapa saja yang ingin hidupnya teratur dan meraih kesuksesan. Orang Islam yang terbiasa melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya mempunyai kecenderungan dapat mendisiplinkan dirinya dalam mengelola kehidupannya.

Memang ini hanya sebatas dugaan atau hipotesis dan belum (sejauh ini) ditemukan penelitian tentang itu. Hipotesis ini hanyalah merupakan hasil analisis penulis pribadi yang dikombinasikan dengan metode berpikir mendalam (deep thinking). Keteraturan di dalam shalat adalah metode disiplin terbaik yang dimiliki oleh orang Islam. Jadi orang Islam tidak perlu lagi mencari contoh lain bagaimana disiplin yang terbaik.
Selama ini yang muncul adalah shalat berkaitan dengan kesehatan jiwa maupun fisik. Namun, perlu juga dilakukan sebuah kajian yang mendalam tentang shalat kaitannya dengan perilaku disiplin.

Disiplin itu berkaitan dengan peraturan, keteraturan, ketaatan, dan reguleritas yang dilakukan terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan. Disiplin Menurut Kamus Besar Indonesia adalah tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada peraturan. Sedangkan Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988).

Perilaku disiplin itu sendiri, menurut Terry (2006:14), terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: 1) Self Imposed Dicipline, yaitu disiplin yang timbul dari dalam karena adanya dorongan perasaan, pikiran, dan kehendak sendiri tanpa adanya paksaan dari luar untuk mentaati dan melakukan sesuatu; 2) Command Dicipline: disiplin yang timbul karena adanya perintah dan rasa takut terhadap adanya hukuman atau sanksi yang diberlakukan organisasi.

Sesuatu pekerjaan bilamana dilakukan tanpa kedisiplinan akan merusak pekerjaan itu sendiri. Akibatnya sangat fatal jika hidup ini tidak disiplin. Sudah banyak contoh tragis yang diakibatkan tidak disiplin. Misalnya disiplin dalam berlalu lintas, mengurus rumah tangga dan keluarga, dan disiplin dalam belajar ketika sekolah maupun kuliah, serta disiplin dalam bekerja untuk mencari nafkah.

Meningkatnya angka kecelakaan akhir-akhir ini erat hubungannya dengan disiplin lalu lintas yang buruk. Begitu juga pelajar dan mahasiswa yang tidak disiplin dalam belajar, bisa saja tidak naik kelas atau drop out. Jadi jangan menyepelekan sikap dan perilaku disiplin dalam hidup.
Disiplin bukan berarti hidup yang dijalani harus kaku atau saklek. Disiplin tidak akan mematikan kreatifitas dan kebebasan individual, jika dipahami dengan benar dan tepat. Jika disiplin disalahartikan kemungkinan besar akan menjadi boomerang bagi individu tersebut. Bukti bahwa disiplin shalat tidak kaku dapat dilihat dari jeda waktu antara shalat Subuh dengan Zuhur, shalat Zuhur dengan Ashar, shalat Ashar dengan Maghrib, shalat Magrib dengan Isya, shalat Isya dengan Subuh lagi. Jeda waktunya setiap rangkaian shalat tersebut juga beda, seperti antara shalat subuh dengan zuhur yang selisih kurang lebih 6-7 jam dan shalat isya dengan subuh yang selisih waktunya adalah 8-9 jam.

Tentunya perbedaan waktu jeda itu memiliki hikmah yang banyak dan belum begitu banyak diketahui oleh manusia. Ini membuktikan bahwa waktu shalat bersifat fleksibel untuk istirahat sejenak dan lama, namun tidak melenakan. Bisa jadi jeda waktu tersebut berkaitan dengan kesehatan jiwa, pikiran, dan fisik manusia agar seimbang karena telah mengikuti jadwal shalat. Dalam bekerja kita harus juga memiliki waktu istirahat untuk melemaskan otot-otot dan pikiran maupun jiwa kita. Mesin saja membutuhkan pemeliharaan dan pengawasan, apalagi manusia. Jadi jangan terlalu memaksakan diri dalam beraktivitas dan juga jangan terlena atau berlama-lama dengan waktu istirahat.

No comments: