May 01, 2008

DEKLARASI PILPRES 2009 ALA SBY


Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 memang masih lama, kurang-lebih satu tahun setengah. Namun gaungnya sudah mulai nyaring saat ini. Calon presiden yang pertama kali mendeklarasikan dirinya untuk ikut dalam bursa Pilpres 2009 adalah Megawati Soekarno Putri. Megawati diusung oleh partainya sendiri yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. Untuk memuluskan jalan Megawati menuju kursi RI 1, PDIP mulai menjajaki kongsi dengan parpol lain, antara lain Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional PAN), dan beberapa parpol gurem. Kemudian PDIP juga melemparkan wacana publik, yang berkaitan dengan kongsi tersebut, dengan nama Liga Nasional. Liga Nasional pun tidak bertahan lama setelah Golkar, PAN, dan PPP membantah telah bergabung dengan kelompok Liga Nasional.

Setelah Megawati, muncul nama Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta. Setelah lengser dari B 1, sutiyoso mulai menyusun strategi untuk memperebutkan kursi RI 1. Berbekal pengalaman sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang dijadikan sebagai barometer pemerintahan nasional dan sebagai ibukota Indonesia serta mantan Ketua Asosiasi Gubernur se-Indonesia, Sutiyoso semakin percaya diri untuk mendeklarasikan dirinya ikut bertarung dalam Pilpres 2009. Sutiyoso mengundang para tokoh nasional –ketua parpol, politisi, birokrat, akademisi- untuk menyaksikan pendeklarasian tersebut. Deklarasi tersebut mengundang kuli tinta untuk meliputnya menjadi berita. Bila melihat berita tersebut, Sutiyoso menegaskan bahwa dirinya patut untuk diperhitungkan dan diwaspadai oleh kandidat lain.

Tak ketinggalan mau ketinggalan momentum, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mulai unjuk gigi menjelang pelaksanaan Pilpres 2009. Momentum lebaran dan Halal bi Halal dijadikan Wapres untuk menggalang kekuatan internal partai dan menjaring simpati masyarakat lewat roadshow ke beberapa propinsi, kabupaten, dan kota yang ada di Indonesia. Kunjungan pertama adalah tempat kelahiran Wapres yaitu Sulawesi Selatan. Di sana Wapres mengadakan open house di rumahnya dan bersilaturahim dengan para tokoh, ulama, birokrat, politisi, dan cendekiawan di Makassar. Roadshow politik wapres juga dilanjutkan ke daerah konflik seperti Poso.

Di saat para kompetitornya melakukan komunikasi politik dan roadshow, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru merilis sebuah album lagu yang merupakan ciptaanya sendiri. Album tersebut berisi 10 buah lagu hasil karya SBY, salah satunya diciptakan saat bulan puasa pertama dan malam menjelang Idul Fitri 1427 H. Tepatnya hari Minggu atau Ahad, SBY meluncurkan sekaligus mempromosikan lagu-lagu ciptaanya kepada publik di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan acara tersebut disaksikan oleh para pejabat dan orang-orang penting di negeri ini. SBY juga mendaftarkan lagu-lagunya di lembaga Hak Kekayaan Intelektual atau HaKI.

Menariknya, Lagu-lagu SBY dinyanyikan oleh para penyanyi papan atas di Indonesia yang terkenal dikalangan anak muda, seperti Kerispatih, Widi AB Three, dan Dea Mirella. Bahkan, penyanyi favorit SBY, Ebiet G. Ade juga ikut berpartisipasi menyanyikan lagu ciptaan fansnya.

Melihat ulah SBY ini mungkin sangat kontras dengan yang dilakukan lawan-lawan politiknya yang sibuk mendeklarasikan diri dan berkunjung ke daerah-daerah tertentu. Sewaktu ditanya, mengenai kemungkinan SBY untuk ikut serta dalam Pilpres 2009, SBY dengan ringan hanya menjawab jika masyarakat menghendaki dan setelah melakukan hitung-hitungan (matematis).

Menurut LSI, kepopuleran SBY-Kalla mulai merosot tapi tetap berada pada posisi pertama dan dipilih masyarakat jika pilpres diadakan sekarang (2007). SBY sepertinya tidak terlalu pusing dengan pemberitaan lawan-lawan politiknya yang mulai menebar jaring dan menyusun strategi untuk meraih suara pada Pilpres 2009.

Banyak kalangan menilai tindakan SBY justru mengisyaratkan dirinya untuk kembali mencalonkan dirinya sebagai Presiden 2009-2014. bilamana dicermati dengan seksama, untuk apa SBY merilis lagu-lagu hasil ciptaannya sendiri jika bukan untuk mempromosikan atau mengkomunikasikan citra diri sebagai sosok pemimpin yang pantas untuk dipilih kembali.

Menurut hemat penulis, langkah yang dilakukan SBY adalah sebuah panggung kreativitas yang cantik. Dengan cara tersebut, SBY ingin menyampaikan pesan bahwa dirinya bukan orang yang pro status quo melainkan sebaliknya.

Membuat syair lagu adalah cara baru SBY untuk berkompetisi lagi di Pilpres. Seandainya analisis ini benar, tindakan SBY ini merupakan sebuah pendobrak tradisi lama bagaimana mencitrakan diri dalam menghadapi pilpres. Selama ini belum ada Presiden di Indonesia yang menciptakan lagu, merilis album dan di-show-kan kepada khalayak, serta didaftarkan hak ciptanya. Sangat pantas jika media massa ramai-ramai memberitakannya sebagai berita yang memenuhi unsur menarik dan unik.

Kreativitas itu sendiri adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: pertama, baru yaitu inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan; kedua, berguna (useful) yaitu lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak; ketiga, dapat dimengerti (understandable) yaitu hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu (Mangunhardja, 2003:11-12).

Definisi yang menarik tentang kreativitas adalah yang dibuat oleh George J. Seidel, dalam bukunya The Crisis of creativity, mengatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar pedayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan mana pun (Julius Chandra, 1994:15).

Melihat dari definisi di atas, maka tindakan SBY merupakan sebuah pertunjukkan panggung kreativitas atau sesuatu yang baru dan mengesankan dalam dunia perpolitikan nasional. SBY sepertinya sangat paham sekali peranan media massa untuk menjual kreativitas yang dimilikinya, dengan tujuan bisa mengantarkannya kembali untuk duduk di kursi kepresidenan untuk kedua kalinya.

Kita akan melihat secara bersama-sama, apakah kreativitas akan memenangkan Pilpres 2009 atau tradisi lama (janji-janji politik, money politic,deklarasi, bakti sosial dan pelayanan kesehatan) yang memenangkan Pilpres 2009? Kita lihat saja nanti!