September 22, 2015

Qurban, Kepercayaan, Dan Redistribusi Kekayaan

Tinggal beberapa hari lagi, umat Muslim di seluruh dunia akan merayakan Idul Adha dengan salah satu bagiannya adalah menyembelih hewan qurban. Ibadah qurban merefleksikan ketaatan dan ketakwaan nabi Ibrahim sehingga beliau mampu untuk mengambil keputusan untuk mengorbankan putranya, nabi Ismail demi memenuhi perintah Allah swt. Di samping pelajaran tentang ketakwaan dan keimanan, perintah berqurban juga memiliki makna yang signifikan terutama dilihat dalam kaca mata sejarah perkembangan peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, ritual berqurban atau animal sacrifice sudah ada semenjak awal masa peradaban dan diketemukan di seluruh masa awal peradaban manusia. Mulai dari Peradaban Mesir, India, Yunani hingga Aztecs. Burkert (1972), ritual animal sacrifice sudah dimulai semenjak peradaban manusia mulai mengenal teknik berburu dan menggembala (hunting and pasture) dengan tujuan ritual yang untuk menyenangi dewa pagan atau menolak musibah atau bala bencana. Perintah qurban menandai dimulainya pergeseran sistem kepercayaan manusia dari politesime-pagan menuju monoteistik, dari kepercayaan kepada dewa-dewa yang menyerupai manusia dan perlu di puaskan, menuju kepercayaan yang bersifat Omnipotence God, Ketuhanan yang Maha Kuasa. Pergeseran kepercayaan ini digambarkan secara jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37. Ayat tersebut dan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menggambarkan bentuk konsep ketuhanan monoteistik absolut dimana Tuhan tidak membutuhkan animal sacrifice dari manusia karena Tuhan adalah suatu entitas yang bersifat absolut dan Maha Kuasa. Ayat ini menegasikan kepercayaan politeisme-pagan yang menggambarkan para dewa mereka memiliki kekuasaan yang sangat bergantung dari tingkat offering atau sesembahan yang diberikan oleh manusia. Makna lain yang tergantung dari perintah berkurban ialah adanya suatu perintah ”redistribution of wealth” sebagaimana dalam QS. Al-Hajj ayat 36. “Maka makanlah sebagiannya (daging kurban) dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” Ayat yang landasan tujuan pembagian hewan qurban kepada masyarakat golongan tidak mampu menggambarkan adanya semangat ”redistribution of wealth”, terutama jika kita melihat aspek sosio-historis pada masa ayat itu diturunkan, dimana pada zaman nabi Muhammad, kelompok masyarakat Arab Quraisy merupakan kelompok masyarakat penggembala (pastures) sehingga hewan ternak (kambing, domba, unta) merupakan aset kekayaan yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat di masa itu. Spirit redistribusi kekayaan merupakan salah satu gebrakan yang dibawa oleh Nabi Muhammad ke masyarakat Quraisy. Konsep ini dalam ilmu modern yang dikenal sebagai ”distributive justice” memperlihatkan spirit islam untuk menjawab permasalahan kesenjangan ekonomi yang ada. Pemberian daging qurban kepada kelompok marginal memiliki makna simbolik Islam menentang adanya penumpukan modal/resources di kelompok tertentu dan kelompok lain yang tidak memiliki akses terhadap modal tersebut yang dalam jangka panjang akan meningkatkan kesenjangan ekonomi masyarakat dan dengan sendirinya membuat potensi konflik sosial horisontal semakin besar. Pelajaran yang bisa didapat dari semangat redistribution of wealth dalam qurban ini ialah adanya redistribusi kekayaan akan mengurangi kesenjangan, dengan dampak positif yang diterima tidak hanya oleh kelompok marginal tetapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok berkurban. Kesimpulan tersebut persis dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson dan Picket (2010), ”All levels of society benefit from more equality, not just the poorest. And there is a correlation between income inequality and higher rates of health and social problems (obesity, mental illness, homicides, teenage births, incarceration, child conflict, drug use), and lower rates of social goods (life expectancy, educational performance, social mobility”. [Sigit Prastyo: http://www.pkpu.org/news/artticle/qurban-kepercayaan-dan-redistribusi-kekayaan]

No comments: