October 08, 2013

"MBAK DARTI"

Mendapat amanah dari donatur untuk survei calon penerima bantuan dari dia. sang donatur bercerita bahwa dia mempunyai seorang tukang cuci yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. menurutnya, tukang cuci tersebut sudah diceraikan oleh suaminya dan mempunyai tiga orang anak. sehingga butuh bantuan. donatur tersebut berinisiatif menghubungi surveyor untuk menemui ibu tersebut, bantuan apa yang cocok untuknya. sang donatur tidak ingin identitasnya terungkap dan mempercayakan semua bantuannya melalui surveyor. inilah ceritanya ... Setelah mencari kesana-kemari, akhirnya rumah ibu sudarti ditemukan juga. Pada lokasi yang telah ditunjuk, surveyor pertama kali bertemu dengan nenek dan ibu mbak darti. Awalnya surveyor kesulitan dalam memastikan lokasi mbak darti dikarenakan nenek dan ibu mba darti tidak memberikan informasi yang akurat. Hal ini mereka lakukan karena trauma dengan penipuan yang beberapa kali mereka alami. Selain itu mereka sering mendapatkan pendataan dari pihak pemerintah, namun tidak pernah dapat. Sehingga mereka agak menjaga jarak dengan orang baru. Namun karena niat baik dan kesungguhan surveyor, akhirnya mereka mau terbuka. Sehingga lokasi langsung ditemukan. Kondisi rumah mbak darti sangat memprihatinkan jika dilihat dari luar. Dinding rumah masih terbuat dari anyaman bambu. Anyaman bambu itu juga terlihat kurang bagus dan sudah lusuh serta ada yang terbuka. Boleh dikatakan rumah tersebut tidak layak huni dan harus dibedah. Namun surveyor hanya melihat rumah dari luar dan bagian belakang. Hal yang sama juga dialami oleh orang tua mba darti. Mbak darti adalah seorang orang tua tunggal dari 3 orang anak. Sedang suami menikah lagi dengan wanita lain. Saat ini mbak darti bekerja serabutan membantu orang lain untuk menghidupi 3 orang buah hatinya. Ketiga-tiganya masih kecil-kecil. Anak pertama bernama indah, sekolah di SDN 5 kelas 5 (seharusnya kelas 2 smp). Yang kedua bernama rina berumur 9 tahun (mengalami cacat mental karena step 3 kali dan sering jatuh tanpa disadari) dan tidak sekolah. Yang bungsu laki-laki umur 5 tahun. Keseharian mba darti bekerja sebagai buruh cuci yang mendapatkan upah tiap bulan. Untuk memenuhi kebutuhan harian, mba darti berhutang dengan warung tetangga. Setiap kali gajian, hutang tersebut kemudian dibayar. Gali lobang tutup lobang. Selain itu hanya mengasuh buah hatinya. Perhatian yang paling besar diberikan kepada rina yang mengalami cacat mental. Jika dibiarkan rina dapat melakukan tindakan yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain. Sehingga dibutuhkan pengawasan ekstra baik dari mba darti maupun orang tuanya. Kondisi ini cukup membuat mba darti kerepotan. Di satu sisi dia harus menjaga dan merawat anaknya. Namun di sisi lain mba darti juga diharuskan mencari nafkah untuk ketiga buah hatinya. Sungguh suatu pekerjaan yang melelahkan dan harus tetap dilakoni memiliki profesi ganda. Mba darti juga belum pernah jualan karena masih (dulu) tergantung dengan suaminya. Membuat kue juga belum begitu menarik (karena kue yang disodorkan sudah lama jadi tengik). Mba darti juga sedang mengurus jamkesmas. Beras raskin dia dapat. Namun blsm tidak dapat. Saat ini mba darti hidup dari belas kasihan orang dan kerja serabutan. Belum ada kemauan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Disebabkan masih terbelenggu dengan konsepsi anaknya yang cacat dan minimnya dukungan dari orang tua. Seperti mba darti belum menemukan solusi dari permasalahan hidupnya. Anaknya yang cacat juga tidak sekolah (di SLB). Kesimpulan sementara mba darti diberikan bantuan tunai langsung berupa uang tunai. Kemudian setelah itu dilihat bagaimana dia mengelola uang tersebut. Sembari itu tetap didampingi hingga memiliki solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Bisa jadi ke depan diberikan bantuan untuk berjualan atau beasiswa untuk anaknya.

No comments: