September 26, 2013

CURAHAN HATI DONATUR

Sore itu (25/9) saya mengunjungi seorang donatur yang bekerja di sebuah BUMN. kedatangan saya disambut dengan hangat oleh beliau yang sebelumnya sudah membuat janji. seperti biasa silaturahim dibuka dengan perbincangan santai namun mengena. diskusi pun berlanjut ke ranah pribadi yang berkaitan dengan pendidikan anak. tanpa dinyana donatur tersebut, bapak asep (nama disamarkan), langsung curhat tentang pendidikan dasar anaknya. saya pun berusaha untuk mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh beliau. beliau menceritakan sejak tahun 2008 sudah menjadi single parent. atau sudah bercerai dengan istrinya sejah tahun itu. buah pernikahan dari mantan istrinya lahirlah 2 orang anak. satu perempuan dan satu lagi sedang mondok di pesantren. "Pada awalnya saya tidak begitu dipusingkan dengan pendidikan anak, mas," kisah beliau membuka cerita. namun dalam tulisan ini saya hanya menceritakan kalimat tidak langsung saja ya. sejak 5 tahun setelah bercerai, bapak asep mulai merasakan bahwa ada yang salah dengan pendidikan anaknya. dia sering mendapat surat dan panggilan dari sekolah tempat anaknya menimba ilmu. pihak sekolah mengatakan kepada bapak asep bahwa anaknya sering tidak mengerjakan PR. sang anak juga sering tidak konsentrasi dalam belajar di kelas. dan masih banyak lagi. padahal sang anak bersekolah di sebuah lembaga pendidikan islam ternama di kota tersebut. bagaikan disambar petir di siang bolong, alangkah terkejutnya bapak asep mendapat keterangan dari pihak sekolah. selama ini dia sudah memberikan tambahan les dan mendampingi si anak dalam belajar di rumah. apa yang salah? akhirnya setelah dikaji-kaji dan ditelusuri ternyata sang anak kurang perhatian. sejak bercerai dengan istrinya, anak-anak bapak asep lebih memilih bapak ketimbang ibunya untuk tinggal. otomatis semua kebutuhan dan perhatian berada ditangan bapak asep. namun bekerja di BUMN sungguh menguras pikiran dan waktu. hal itu menjadikan bapak asep kurang memiliki waktu untuk memantau pendidikan ananknya. jadilah anaknya mengalami kemalasan. apalagi bapak asep sering keluar kota dengan durasi waktu mingguan hingga bulanan. ketika itu sang anak mesti dititipkan ke tetanggau. ya namanya juga tetangga perhatian yang diberikan sebatas amanah yang sudah dibebankan. tetap saja bebas dan lepas kontrol. akhirnya bapak asep tersadar bahwa peranan seorang istri dan ibu tidak bisa dihilangkan. mau tak mau bapak asep kembali memikirkan untuk menikah lagi dalam rangka menghindarkan anak-anaknya dari kurang kasih sayang dan perhatian. selama ini bapak asep tidak menyadari bahwa anak-anaknya mengalami kehilangan sosok ibu yang diidam-idamkan. dan hal itu tidak direspon oleh bapak asep dengan baik. jika terus-menerus dibiarkan bisa tambah parah. maka untuk ke depan bapak asep mulai memikirkan untuk segera mencari pengganti mantan istrinya supaya bisa menggantikan kekurangan selama ini. jadilah sore itu ajang curhat. namun tak mengapalah namanya juga full service agar customer bisa merasakan bahwa kita juga peduli dengan kehidupan pribadinya. dan hal itu tidak bisa kita hindari karena customer atau muzakki sudah mempercayai kita dan kita harus menjaga kepercayaan tersebut.

No comments: