February 04, 2011

PENGURANGAN RESIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS

Pada tanggal 2 Januari 2011 Bengkulu dan sekitarnya diguncang gempa bumi kembali sekitar pukul 10 malam WIB. Kekuatannya sekitar 5,5 SR. melihat dan merasakan kondisi kebencanaan Bengkulu, kesiapsiagaan dari semua elemen masyarakat Bengkulu mutlak diperlukan. Masyarakat Bengkulu jangan terbuai oleh aktivitas rutinnya. Bengkulu sendiri sudah sering dihantam gempa bumi besar pada tahun 2000 dan 2007. Sepanjang kurun waktu tahun 2000 sampai sekarang sering terjadi gempa-gempa kecil dan besar dengan durasi waktu yang relative pendek. Namun bukan berarti masyarakat Bengkulu harus berdiam diri.

Sejak ditetapkan sebagai daerah yang rawan bencana atau garis merah, propinsi Bengkulu terus melakukan tindakan penyadaran baik itu dilakukan oleh pemerintah daerah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat atau NGO (Non Governmental Organization). Namun hal itu belumlah cukup untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk kesiapsiagaan (preparedness) menghadapi kemungkinan bencana alam gempa bumi dan tsunami.

Bencana alam gempa bumi terjadi kapan saja dan tidak bisa diprediksikan. Hal ini memotivasi setiap orang dan organisasi untuk melakukan persiapan jika gempa terjadi. Salah satu organisasi yang melakukan kegiatan tersebut adalah United Nation Development Program (UNDP) bekerja sama dengan BAPPENAS. Nama programnya adalah Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) atau Saver Communities Disaster Risk Reduction (SCDRR). Program ini dilaksanakan di kota Bengkulu selama satu tahun dari tahun 2010 sampai 2011. Sebagai pelaksana ditunjuklah Lembaga Kemanusiaan Nasional Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Cabang Bengkulu. Kelurahan yang mendapatkan program tersebut ialah kelurahan Penurunan dan Lempuing.

Kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan tingkat kesadaran bencana gempa bumi dan tsunamii pada masyarakat terutama masyarakat daerah percontohan tersebut. Masyarakat di kedua kelurahan tersebut dilatih oleh fasilitator teknis untuk siap-siaga bila terjadi bencana. Masyarakat diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bencana gempa bumi dan tsunami. Kemudian masyarakat diminta untuk memberikan pendapatnya tentang bencana tersebut dan dampaknya. Mengingat kedua wilayah tersebut pernah diguncang gempa bumi.

Belajar dari pengalaman masa lalu ketika Bengkulu dilanda gempa bumi, Aceh dihantam tsunami dan beberapa daerah juga mengalami hal yang sama. Maka diperlukan suatu alat atau perangkat lunak dan keras yang bisa mengurangi resiko dari bencana tersebut. Ratusan ribu nyawa melayang akibat bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di wilayah Indonesia. Belum lagi kerugian material seperti harta pribadi, asset pemerintahan, dan lingkungan sekitarnya yang mencapai angka triliunan rupiah. Tentu saja hal itu mengganggu proses pembangunan.

Program PRBBK merupakan salah satu usaha dari NGO untuk melakukan reduksi dari semua kerugian. Melalui beragam kegiatan, masyarakat dilatih dan diberikan materi untuk bisa melakukan tindakan preventif bilamana terjadi bencana alam. Masyarakat dilatih untuk bisa menyiapkan diri dan keluarganya melakukan tindakan penyelamatan. Mereduksi resiko-resiko yang timbul akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami.

Kota Bengkulu sendiri persis berada di pesisir pantai yang membentang luas. Masyarakat kota Bengkulu menamakannya Pantai Panjang. Ada 6 daerah di propinsi Bengkulu yang berada di pesisir pantai yaitu, Kota Bengkulu, Mukomuko, Bengkulu Utara, Seluma, Bengkulu Selatan, Dan Kaur. Apalagi pusat pemerintahan Bengkulu sangat dekat dengan pantai yang beresiko tsunami. Hal ini menandakan propinsi Bengkulu berada pada jalur merah gempa bumi dan tsunami. Wajar saja jika di bengkulu ada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan lembaga yang sejenis. Namun tidak wajar jika BPBD menjadi barisan paling belakang jika ada bencana di Bengkulu.

Sepengetahuan penulis, program yang berkaitan dengan pengurangan resiko bencana masih sangat minim. Apalagi jika mengingat Bengkulu adalah daerah rawan bencana alam gempa bumi dan tsunami. Kondisi ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah maupun pusat untuk meningkatkan program sejenis di daerah-daerah rawan bencana.
Daya rusak gempa bumi dan tsunami sangat mengerikan. Sudah semestinya jika perlu dilakukan upaya pencegahan. Suatu upaya yang menyeluruh serta melibatkan semua stakeholder di Bengkulu. Merangkul semua pihak untuk bersama-sama duduk satu meja membahas rencana aksi mengurangi resiko bencana. Hal ini penting dilakukan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin makhluk hidup serta asset yang ada. Hal ini juga penting untuk mengamankan proses ekonomi dan investasi di Bengkulu. Pemerintah harus berani menjamin investor yang akan menanamkan modalnya di Bengkulu. Hal ini diharapkan bisa memajukan propinsi Bengkulu walaupun bencana senantiasa mengintai setiap saat. Disinilah letak pentingnya program pengurangan resiko bencana berbasis komunitas. Masyarakat atau komunitas menjadi elemen terpenting dan utama dalam barisan depan untuk mengurangi resiko bencana alam gempa bumi dan tsunami.

Pola penanganan bencana konvensional menjadikan manusia sebagai obyek. Hal ini artinya manusia masih menjadi target penyelamatan dan recovery bila terjadi bencana gempa bumi maupun tsunami. Sekarang paradigm tersebut perlu diganti atau dimodifikasi. Sekarang manusia merupakan subyek yang terlibat dalam penanganan bencana. Itu artinya ada keterliban dari semua stakeholder untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan resiko bencana. Diperlukan partisipasi semua pihak untuk aktif melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.

Semoga dengan lahirnya program PRBBK di kota Bengkulu, masyarakat menjadi lebih mengerti dan memahami arti pentingya mengurangi resiko bencana dan melakukan tindakan preventif terhadap bencana alam gempa bumi dan tsunami. Marilah kita bersama-sama belajar dan belajar bersama-sama untuk lebih melek dan tanggap terhadap bencana alam maupun manusia.

No comments: