March 28, 2009

kEKUASAAN

Di saat sedang panas-panasnya kampanye pemilu dan pilpres 2009 serta menjelang pilkada 2010, gubernur ternyata sangat royal membelanjakan anggaran daerah maupun uang pribadinya. Gubernur tampaknya sedang berubah wujud menjadi sinterklas atau dermawan yang sangat ringan tangan membantu sesama. Gubernur begitu diidolakan kehadirannya di suatu daerah. Adalah hal yang biasa dalam setiap kegiatan, gubernur selalu membagikan sejumlah uang, asesoris yang dimilikinya seperti jam tangan dan jaket, maupun beasiswa dan hadiah-hadiah lainnya. Yang pasti saat ini adalah momen-momen spesial bagi masyarakat bengkulu.

Jika kita memperhatikan pemberitaan akhir-akhir ini di media massa local tentang kegiatan gubernur bengkulu agusrin mariyono najamudin, mungkin akan terbersit di pikiran kita, alangkah enaknya jadi gubernur dengan beragam fasilitas yang didapatkan. Pertanyaannya, berapakah modal untuk menjadi seorang gubernur bengkulu? Rp 5-10 Milyar sudah cukup atau kurang dari jumlah itu, namun tidak ada patokan yang pasti berapa jumlah yang mesti dikeluarkan untuk menjadi seorang gubernur dari sebuah daerah kecil.

Jika kita sering membaca koran lokal, kita akan melihat publikasi tentang gubernur bengkulu yang rajin sedekah akhir-akhir ini. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, gubernur memberikan kendaraan dinas bagi Polisi dan TNI, sumbangan untuk membangun pesantren, sumbangan untuk organisasi keagamaan, sumbangan untuk kegiatan kampanye politik, sumbangan untuk guru teladan, sumbangan untuk siswa teladan, sumbangan untuk pemuka agama, dan berbagai sumbangan lainnya yang tak mungkin disebutkan semua.

Di saat sedang panas-panasnya kampanye pemilu dan pilpres 2009 serta menjelang pilkada 2010, gubernur ternyata sangat royal membelanjakan anggaran daerah maupun uang pribadinya. Gubernur tampaknya sedang berubah wujud menjadi sinterklas atau dermawan yang sangat ringan tangan membantu sesama. Gubernur begitu diidolakan kehadirannya di suatu daerah. Adalah hal yang biasa dalam setiap kegiatan, gubernur selalu membagikan sejumlah uang, asesoris yang dimilikinya seperti jam tangan dan jaket, maupun beasiswa dan hadiah-hadiah lainnya. Yang pasti saat ini adalah momen-momen spesial bagi masyarakat bengkulu.

Apakah yang dilakukan oleh gubernur itu salah? Ini bukan masalah salah atau benar, tetapi ini adalah peluang yang akan dimanfaatkan setiap orang untuk memelihara eksistensi kekuasaanya agar tetap langgeng dengan segala acara. Tinggal kita sebagai masyarakat bengkulu untuk lebih bijak menyikapi aksi gubernur kita itu. Sekilas mungkin tidak ada yang salah menurut kita. Namun jika kita mengenal lebih dalam tentang aspek hukum tata negara dan administrasi negara, sangat mungkin sekali yang yang tidak tepat.

Di dalam tulisan ini, saya tidak ingin membahas tentang benar atau salah dari kedermawanan seorang gubernur. Saya hanya ini membahas sedikit, betapa enaknya jadi gubernur seperti agusrin. Gubernur juga sedang mendirikan sebuah perusahaan yang bernama Najamudin Incorporation. Sebuah dinasti kekuasaan yang ingin menancapkan kuku-kuku kekuasaan agar tetap langgeng tujuh turunan kalau bisa.

Orang awam sering mengatakan bengkulu itu lubuknya kecil namun buayanya banyak atau daerah miskin. Namun siapa sangka ternyata daerah ini memiliki uang yang banyak dan terparkir di bank-bank lokal maupun nasional. Memang sangat sulit untuk membuktikan hal itu, namun sebagai orang yang pernah berprofesi sebagai financial consultant, hal itu sangat mungkin sekali terjadi. Orang bengkulu itu kaya dan banyak duit. Namun sayangnya yang diekspos hanya orang miskin dengan kemiskinan serta keterbelakangannya. Hal ini disebabkan ketimpangan distribusi kekayaan. Sehingga sangat kentara sekali jurang pemisah antara orang miskin dengan orang kaya. Jurangnya sangat dalam dan sulit bagi orang miskin untuk menaikkan derajatnya beberapa poin mendekati orang kaya.

Di zaman Rasulullah SAW dan kekhalifahan, sangat sulit sekali mencari orang miskin. Justru yang mudah ditemui adalah orang-orang yang ingin menyumbangkan hartanya bagi orang miskin. Hal ini disebabkan optimalnya pelaksanaan zakat di zaman itu. Selain itu setiap orang sangat anti yang namanya korupsi. Di zaman itu juga orang lebih suka menjadi pedagang dibandingkan menjadi pegawai negeri atau swasta. Hal seperti inilah yang jarang kita temui di zaman yang katanya modern dengan kemajuan teknologinya.

Ada apa dengan gubernur kita itu kawan? Apakah sudah tenggelam dan terlena dengan kekuasaannya ataukah keserakahan sudah mulai menjalari setiap aliran darahnya? Apakah gubernur kita sudah lupa dengan daratan sehingga ini selalu membasahi dirinya dengan air. Sangat mungkin sekali gubernur kita sudah ketagihan dengan kekuasaan yang dimilikinya dan saat ini sedang berusaha membangun dinasti najamudin agar kekuasaan mereka tetap langgeng di bumi raflesia. Tentunya tidak mudah untuk mempertahankan eksistensi kekuasaan karena banyak orang tertarik juga dengan kekuasaan yang sama. Jadi kita akan melihat parade pertempuran politik diantara elit yang berkuasa dan mempunyai harta. Seoptimal mungkin mereka akan menggunakan segala cara yang ada untuk memperebutkan kue kekuasaan yang ada di bengkulu. Elit politik akan berlomba-lomba untuk menarik simpati para pemilih yang emosional. Kebanyakan para pemilih berada pada ikatan emosional dan kekeluargaan dan pemilih rasional sepertinya kurang laku dan jarang didekati walaupun terkadang mereka menjadi newsmaker bagi para elit politik.

Pemilu yang sedang berlangsung saat ini merupakan salah satu sarana yang akan dimanfaatkan bagi pencari kekuasaan dan kekayaan untuk bertarung memperebutkan kursi basah dan berlumpur. Ini adalah arena yang keras dan menguras pikiran, tenaga, dan uang. Bagi yang tidak siap jangan coba-coba untuk aji mumpung, kalau tidak ingin stres dan menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Butuh persiapan dan perencanaan yang matang untuk bisa bertarung dalam pemilu, pilpres dan pilkada.


No comments: