June 10, 2009

IMAGE WAR

Menurut Wikipedia, ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan. Sedangkan menurut Descartes, Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia. Di sini para capres mencoba memberikan pemahaman kepada Publik bahwa mereka memiliki ide atau gagasan yang brilian kepada masyarakat. Para capres berlomba-lomba memberikan solusi kepada Publik untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, karena kualitas intelektual yang dibuktikan oleh gelar formalitas juga ikut andil menaikan citra capres. Gelar itu sendiri merupakan pengakuan resmi terhadap kredibilitas dan kapabilitas seseorang. Apalagi jika gelar itu dikeluarkan oleh sebuah institusi pendidikan ternama dan dikenal oleh masyarakat banyak. Itu artinya ideologi mereka bisa diterapkan dalam dunia intelektual, tinggal lagi bagaimana ideologi itu diwujudkan dalam program kerja kongkrit.

Ternyata capres 2009 juga memanfaatkan situs jejaring social yang lagi ngetren kini, Facebook. Para capres tidak mau ketinggalan untuk mempromosikan atau mengiklankan dirinya pada tempat-tempat high-tech. para capres saat ini berlomba-lomba untuk meraih simpati pemilih. Tentu saja mereka harus banyak buka mata dan buka telinga. Yang paling penting saat ini, mereka sedang mempelajari behavioral voters seperti Facebook tadi. Saat ini Facebook merupakan situs yang paling digandrungi oleh kawula muda. Bukan hanya kawula muda yang menggunakan Facebook, anak-anak sekolah dasar sampai ibu-ibu rumah tangga, pejabat, politisi dan hampir semua latar belakang profesi menggunakan situs tersebut. Kira-kira hal itu memberikan benefit of politic-nya? Tentu saja mempunyai efek samping yang relatif.
Walaupun kampanye belum dimulai, para capres sudah mulai saling serang atau bahasa halusnya saling kritik. Masing-masing capres mulai mengkritik kinerja lawan-lawannya, seperti yang dilakukan oleh Megawati dengan SBY. Para capres juga terlibat saling sindir dengan prinsip kerja lawan-lawanya, seperti JK dengan SBY. Para capres seolah ingin menunjukkan kepada Publik bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik. Sebutlah JK dengan branding “Lebih Cepat, Lebih Baik.” SBY dengan tagline “LANJUTKAN!” Megawati ingin membuat image dan positioning sebagai sosok pemimpin yang peduli terhadap wong cilik dan pro ekonomi kerakyatan.
Para capres juga terlibat perang opini. Sedikit saja ada isu atau kelemahan yang ada pada lawan-lawanya, langsung dimanfaatkan untuk menaikan citra. Perang ini juga mengandalkan konsultan politik. Saat ini konsultan politik mulai dilirik oleh para politisi untuk dipakai dalam kompetisi politik. Pada prinsipnya para capres menggunakan segala daya dan upaya untuk mencitrakan dirinya sebagai sosok orang yang pantas dipilih sebagai presiden dan kapabel untuk memimpin Indonesia. Inilah tujuan utama para kontestan Pilpres 2009 dalam kompetisi politik tersebut.
Untuk keperluan itu, para capres yang dibantu oleh konsultan politik, bekerja sama bahu-membahu untuk membangun citra positif yang ada pada diri mereka. Sebutlah citra yang berkaitan dengan keluarga. Citra yang berkaitan dengan kinerja. Citra yang berkaitan dengan pendidikan. Citra yang berkaitan dengan interest atau kepedulian capres terhadap sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan publik.
Tema-tema kesederhanaan, kedermawanan, kecerdasan atau pendidikan, kemiskininan, prestasi, dan keluarga adalah tema-tema yang sering diangkat dan dipublikasi ke media oleh para capres. Setiap capres terus mensosialisasikan kepada Publik tagline tersebut dengan intensitas yang signifikan agar voters tidak lupa dan selalu ingat. Artinya, mereka mengiklankan dirinya beserta semua yang berkaitan dengan capres di media massa sesering mungkin. Seperti sebuah syair lagu Duo Maia, “Waktu mau tidur, kuingat kamu. Waktu mau makan, kuingat kamu. Waktu mau mandi, kuingat kamu!” mungkin seperti inilah harapan para capres terhadap voters.
Di sini menunjukkan bahwa media massa memiliki peran yang besar untuk melakukan sosialisasi kepada Publik. Artinya media massa adalah saluran yang sangat efektif dari saluran-saluran lainnya, khususnya media elektronik dan online. Media massa digunakan untuk menyampaikan pesan iklan capres, hasil survey dan memperlihatkan kepada Publik jejak-rekam capres. Sampai jilbab capres pun juga ikut diperhatikan. Ada juga capres yang mendapatkan “berkah” dari majalah asing (Time) sebagai orang yang berpengaruh di dunia versi majalah tersebut. Tetapi, bagi mahasiswa politik, di dalam politik tidak ada sebuah kebetulan melainkan semua itu dilakukan dengan by design.
Media massa juga tidak ketinggalan untuk mencerdaskan masyarakat pemilih. Beragam acara pemilu ditayangkan dan ditampilkan. Dari mulai acara dialog, berita, feature, talkshow, wawancara dan sebagainya.
Capres incumbent pun memanfaatkan power yang masih dimiliki saat ini untuk menaikan citranya. Baru-baru ini pemerintah telah mengumumkan akan mencairkan gaji 13 pada bulan Juni dengan alasan untuk membantu PNS yang yang dipusingkan dengan biaya sekolah anak-anaknya pada tahun ajaran baru. Pemerintah juga meneken Peraturan Pemerintah (PP) tentang tunjangan dosen dan guru. Tentu saja semua kebijakan itudisebarkan ke media massa untuk membangun opini yang positif di masyarakat. Hal ini wajar saja, karena mereka adalah newsmaker. Tentu saja ini adalah pekerjaan gampang bagi mereka. Seperti melakukan kunjungan kerja. Meresmikan proyek tertentu dan sebagainya. Semua ini merupakan strategi politik untuk menaikan citra dan “menjebak” voters agar memilih mereka.
Ada tiga poin pokok dari iklan capres yang bisa kita tangkap di media massa. Pertama, tentang ideologi yang mereka miliki. Kedua, visi dan misi dari perjuangan mereka. Dan terakhir adalah program kerja kongkrit yang telah mereka lakukan maupun yang akan dilakukan setelah terpilih.
Menurut Wikipedia, ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan. Sedangkan menurut Descartes, Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia. Di sini para capres mencoba memberikan pemahaman kepada Publik bahwa mereka memiliki ide atau gagasan yang brilian kepada masyarakat. Para capres berlomba-lomba memberikan solusi kepada Publik untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, karena kualitas intelektual yang dibuktikan oleh gelar formalitas juga ikut andil menaikan citra capres. Gelar itu sendiri merupakan pengakuan resmi terhadap kredibilitas dan kapabilitas seseorang. Apalagi jika gelar itu dikeluarkan oleh sebuah institusi pendidikan ternama dan dikenal oleh masyarakat banyak. Itu artinya ideologi mereka bisa diterapkan dalam dunia intelektual, tinggal lagi bagaimana ideologi itu diwujudkan dalam program kerja kongkrit.
Ideologi yang dimiliki oleh capres kemudian dinyatakan atau dijabarkan dalam sebuah visi dan misi. Biar kita memiliki pemahaman yang sama tentang hal ini, ada baiknya kita membaca definisi dari visi itu sendiri menurut Wikipedia. Kata visi berasal dari kata vision dari Bahasa Inggris yang dapat diterjemahkan sebagai pandangan jauh ke depan. Visi sebuah organisasi adalah pandangan umum dari cita-cita yang ingin diwujudkan oleh organisasi tersebut. Penggunaan kata visi bisaanya dipadankan dengan kata misi. Dari pengertian di atas, kita bisa melihat dan membedah visi dan misi para capres. Apakah mereka telah mempunyai gambaran yang jelas bagaimana mengentaskan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, krisis global, dan semua dimensi kehidupan manusia yang akan dipimpinnya. Gambaran yang terucapkan secara gamblang dan tidak berbelit-belit. Inilah yang bisa membedakan para capres tersebut sebagai seorang pemimpin sejati dibandingkan masyarakat biasa. Hal ini juga bisa dibandingkan dengan visi dan misi setiap capres.
Visi dan misi yang dimiliki ini tidak hanya cukup dijabarkan di dalam sebuah kertas kerja atau hanya sebuah jargon. Faktor yang ketiga ini menjadi daya tarik yang signifikan. Yang terakhir ini menyangkut langkah kongkrit dari program kerja yang mereka miliki. Biasanya tindakan nyata dari para capres merupakan senjata ampuh untuk mempengaruhi audiens untuk memilih mereka. Apabila kita lihat, iklan tentang item ini sering kali dimunculkan di media massa. Para capres ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka mampu melakukan sesuatu yang dibutuhkan oleh Publik. Para capres ingin dinilai oleh Publik bukan sosok orang yang obral janji atau omong doang. Gelar No Action Talk Only adalah gelar yang sangat dihindari oleh capres. Maka, para capres berlomba-lomba untuk mengiklankan kebaikan-kebaikan dirinya. Menunjukkan kepada masyarakat Indonesia prestasi-prestasi yang telah ditorehkan selama memimpin bangsa ini. Dalam ilmu marketing, mereka ini sedang mengeksploitasi semua keunggulan-keunggulan yang mereka miliki dan tidak dimiliki oleh rivalnya.
Bak sebuah iklan, pastinya mereka ingin tampil seoptimal mungkin dari semua sisi. Sisi keindahan, estetika, keilmuan, dan sebagainya. Jika kita perhatikan, yang namanya iklan itu pasti tampilannya sempurna. Tengoklah tampilan iklan mie instan yang tentu membuat perut ini “geli”. Padahal realitanya belum tentu seperti itu, kecuali kita sendiri yang ingin berimprovisasi. Kadangkala, logika iklan juga menjungkirbalikkan pikiran umum dan tidak masuk akal dengan dalil kreativitas.
Seperti itu juga iklan yang dibuat untuk para capres. Akhir-akhir ini kita semua sudah melihat iklan-iklan politik tersebut, kan? Iklan-iklan tersebut juga menuai pro-kontra diantara tim sukses masing-masing capres. Hal ini tentu saja semakin meningkatkan suhu persaingan diantara mereka. Namun, janganlah kita menganggap hal itu adalah blessing of disguishe atau kebetulan, semua itu adalah by design. Untuk mendesain itu semua, menurut salah satu Koran nasional, pemerintah dan parpol mengeluarkan uang Rp 2,2 Triliun di tahun 2008. Bisa anda bayangkan?!
Jadi kita sebagai voters, tidak perlu bingung menentukan pilihan. Gunakanlah ketiga parameter yang telah disebutkan tadi. Tinggal anda lihat, sejauhmana keseriusan mereka menuntaskan semua permasalahan bangsa yang paling dominan menimpa masyarakat. Terus, agar kita tidak terbuai dengan janji-janji mereka atau terbius oleh iklan politik mereka, lihatlah program kerja yang telah terlaksana dan prestasi mereka selama memimpin bangsa ini. Bukankah di antara para capres tersebut ada calon incumbent dan mantan presiden? Jadi buat apa bingung, contreng saja yang sudah memberikan bukti bukan janji!


June 04, 2009

THE CHOICE

jika anda salah dalam memilih, maka cepat-cepatlah memperbaiki diri dan lakukan perbuatan baik untuk mengiringi kesalahan tersebut sehingga terhapus. jika anda benar dalam memilih, jangan tinggi hati dan selalu berbuat yang benar...fastabiqul khairat.

Hidup itu pilihan. jika anda tidak memilih,saya sarankan anda tidak usahlah hidup di dunia ini. mengapa anda takut memilih? takut memilih berarti anda hanya berjalan di tempat dan tidak kemana-mana. itu artinya anda tidak pernah mencapai target atau tujuan hidup anda. kita hidup itu punya tujuan, maka jika anda tidak memilih, berarti anda tidak mempunyai tujuan hidup. wajar saja jika saya mengatakan, anda tidak usahlah hidup di dunia karena anda tidak punya tujuan hidup dan percuma saja anda hidup di dunia ini jika badan anda saja yang hidup,namun pikiran dan hati anda tidak hidup alias zombie atau mayat berjalan.

memilih itu mempunyai konsekuensi. konsekuensi itu bisa benar dan bisa salah. apakah pilihan itu selalu benar? atau selalu salah? semua itu relatif dan kembali kepada diri kita masing-masing. salah benar menurut manusia itu adalah penilaian. sedangkan salah benar menurut agama itulah yang absolut. sangat tidak mungkin kita bisa terbebas dari kesalahan dan kebenaran.

jika anda salah dalam memilih, maka cepat-cepatlah memperbaiki diri dan lakukan perbuatan baik untuk mengiringi kesalahan tersebut sehingga terhapus. jika anda benar dalam memilih, jangan tinggi hati dan selalu berbuat yang benar...fastabiqul khairat.